Sunday, March 30, 2025
HomeBeritaKronologi Israel gunakan kelaparan sebagai senjata tekan warga Gaza

Kronologi Israel gunakan kelaparan sebagai senjata tekan warga Gaza

Israel terus menerapkan kebijakan kelaparan terhadap warga Palestina di Jalur Gaza. Sementara serangan udara yang terus berlanjut menewaskan ratusan orang, termasuk banyak anak-anak.

Selama 17 bulan perang yang menghancurkan di Gaza, Israel berulang kali menggunakan makanan dan bantuan kemanusiaan internasional sebagai alat tekanan kolektif terhadap warga Palestina.

Penduduk sipil di Gaza mengalami kekurangan pangan yang parah dan kondisi yang menyerupai kelaparan sepanjang perang.

Puluhan anak meninggal akibat kelaparan. Sementara banyak orang lainnya meninggal karena luka-luka atau penyakit yang sebenarnya dapat dicegah di tengah krisis kemanusiaan yang semakin parah.

Otoritas Israel terus menerapkan kebijakan kelaparan terhadap 2,3 juta penduduk Gaza yang terkepung. Termasuk dengan kembali melarang masuknya bantuan kemanusiaan penting pada awal Maret.

Pada 18 Maret, Israel secara sepihak melanggar gencatan senjata yang telah berlaku sejak Januari dan kembali melancarkan serangan di seluruh Gaza, menewaskan ratusan warga Palestina lainnya.

Gabungan antara pengeboman dan situasi kemanusiaan yang memburuk semakin memperparah kondisi bagi warga Gaza. Namun situasi ini telah berlangsung sejak perang dimulai pada Oktober 2023.

Berikut adalah tinjauan lebih dekat tentang bagaimana Israel menggunakan bantuan sebagai alat hukuman terhadap Gaza:

Oktober 2023

9 Oktober: Israel mengumumkan blokade total terhadap Gaza, melarang masuknya semua makanan, air, obat-obatan, bahan bakar, dan listrik. Menteri Pertahanan saat itu, Yoav Gallant, bersumpah untuk mengambil tindakan terhadap “binatang manusia” dan memerintahkan “blokade total.”

Setelah 13 bulan, Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Gallant dan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu atas tuduhan kejahatan perang. Termasuk “menggunakan kelaparan sebagai metode perang.”

21 Oktober: Truk bantuan pertama memasuki Gaza melalui jalur darat dari Mesir, sementara Israel tetap melanjutkan pemboman selama dua minggu berikutnya.

Di bawah tekanan internasional, Israel akhirnya mengizinkan masuknya sejumlah kecil truk bantuan ke Gaza.

November 2023

24 November: Gencatan senjata sementara antara Israel dan Hamas memungkinkan peningkatan kecil dalam jumlah bantuan kemanusiaan yang masuk ke Gaza.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan organisasi bantuan internasional melaporkan bahwa jumlah bantuan yang masuk masih jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan penduduk Gaza, yang mayoritas adalah anak-anak.

Gencatan senjata sementara ini juga memungkinkan pertukaran terbatas antara tahanan di Gaza dan tahanan Palestina di Israel. Tapi tidak ada komitmen untuk mengakhiri perang atau mengembalikan warga Palestina yang dipaksa meninggalkan rumah mereka.

Hanya seminggu kemudian, gencatan senjata berakhir dan Israel kembali melanjutkan serangan brutalnya, menewaskan lebih banyak warga sipil, jurnalis, pekerja bantuan, dan dokter.

Februari 2024

29 Februari: Israel menewaskan setidaknya 112 warga Palestina dan melukai lebih dari 750 lainnya saat mereka menunggu bantuan makanan di barat daya Kota Gaza. Peristiwa ini dikenal sebagai “Pembantaian Tepung.”

Militer Israel melakukan serangan serupa terhadap konvoi bantuan kemanusiaan, mengklaim menargetkan “teroris” tanpa bukti.

PBB dan organisasi bantuan berulang kali melaporkan bahwa otoritas Israel sengaja menghalangi masuknya banyak truk bantuan ke Gaza.

Selain serangan, blokade bantuan dan kondisi yang memburuk akibat serangan darat serta kehancuran luas menyebabkan konvoi bantuan sering diserang dan dijarah.

Pemukim ekstremis Israel juga beberapa kali menyerang atau mencoba mencegah masuknya bantuan ke Gaza.

April 2024

1 April: Drone Israel menyerang konvoi bantuan dari organisasi World Central Kitchen (WCK), menewaskan 6 pekerja bantuan asing dan seorang sopir Palestina.

Organisasi WCK terpaksa menghentikan operasi kemanusiaannya, mengikuti jejak banyak organisasi internasional lainnya yang menangguhkan bantuan ke Palestina.

Investigasi oleh Al Jazeera mengungkapkan bahwa 3 kendaraan WCK secara sengaja menjadi target serangan. Hal ini enambah jumlah korban tewas di antara pekerja bantuan, yang sebagian besar adalah warga Palestina.

Oktober 2024

6 Oktober: Israel memberlakukan blokade besar-besaran di Gaza utara, menyatakan seluruh wilayah tersebut sebagai zona perang dan memerintahkan evakuasi paksa terhadap ratusan ribu warga Palestina.

Blokade di utara, bersamaan dengan serangan di bagian lain Gaza, terus berlanjut hingga gencatan senjata dengan Hamas diberlakukan pada 19 Januari 2025.

Israel membatasi masuknya bantuan kemanusiaan selama musim dingin yang keras.

Menteri sayap kanan Israel, termasuk Menteri Keuangan Bezalel Smotrich dan Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir, menyerukan pelarangan total bantuan kemanusiaan dan mendukung pendudukan militer penuh atas Gaza.

Januari 2025

19 Januari: Gencatan senjata mulai berlaku, memungkinkan masuknya lebih banyak bantuan ke Gaza.

Namun, organisasi bantuan menegaskan bahwa jumlah bantuan masih jauh dari cukup untuk mengembalikan kehidupan ke tingkat yang stabil.

Meskipun lebih banyak truk bantuan diizinkan masuk setelah gencatan senjata, jumlahnya masih jauh di bawah kesepakatan gencatan senjata.

Dengan bayi yang meninggal akibat kedinginan, Israel melarang masuknya ribuan rumah darurat dan peralatan berat untuk membersihkan reruntuhan rumah serta infrastruktur yang hancur.

Maret 2025

2 Maret: Untuk kedua kalinya sejak perang dimulai, Israel menghentikan semua bantuan kemanusiaan ke Gaza, dan keputusan ini tetap berlaku.

10 Maret: Kepala UNRWA, Philippe Lazzarini, memperingatkan krisis kelaparan baru yang mengancam Gaza dan menuduh Israel menggunakan “bantuan kemanusiaan sebagai senjata secara ilegal.”

18 Maret: Israel mengakhiri gencatan senjata dan melancarkan salah satu kampanye pengeboman paling brutal di Gaza. Akibatnya, menewaskan lebih dari 400 warga Palestina dan melukai lebih dari 500 lainnya dalam satu hari saja.

25 Maret: PBB mengumumkan penarikan 30% staf internasionalnya dari Gaza setelah serangan udara Israel pada 19 Maret. Sebab, menewaskan seorang staf PBB asal Bulgaria dan melukai 6 pekerja bantuan asing lainnya.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular