Tanggal 24 Mei 2020, menjadi waktu yang tak akan dilupakan Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu. Saat itu, persidangan perdana atas tuduhan korupsi kepada dirinya telah dimulai di Jerusalem.
Nahasnya, persidangan itu hanya dilakukan beberapa hari setelah ia memulai masa jabatan baru.
Netanyahu terlibat dalam beberapa kasus korupsi besar yang dikenal dengan nama Case 1000, Case 2000, dan Case 4000.
Ketiga kasus ini melibatkan tuduhan suap, penyalahgunaan kekuasaan, dan pengaruh yang tidak semestinya.
Kasus 1.000 merupakan penipuan dan pelanggaran kepercayaan. Kasus ini melibatkan tuduhan bahwa Netanyahu dan istrinya, Sara Netanyahu, menerima berbagai hadiah mewah, termasuk cerutu, sampanye, perhiasan, dan barang-barang mahal lainnya, dari para pengusaha.
Hadiah-hadiah tersebut diberikan oleh dua pengusaha kaya, Arnon Milchan, seorang produser Hollywood, dan James Packer, seorang miliarder asal Australia.
Netanyahu pun diduga menerima hadiah-hadiah ini sebagai bentuk suap, dengan imbalan keputusan yang menguntungkan para pengusaha tersebut.
Netanyahu didakwa menerima hadiah-hadiah tersebut secara ilegal, dengan nilai total mencapai ratusan ribu dolar AS.
Netanyahu membantah tuduhan tersebut, dengan alasan bahwa hadiah itu diberikan sebagai tanda persahabatan dan bukan sebagai imbalan atas kebijakan politik.
Kasus 2.000 adalah kasus enipuan dan pelanggaran kepercayaan. Dalam kasus ini, Netanyahu dituduh melakukan negosiasi dengan penerbit surat kabar Yedioth Ahronoth, Arnon Mozes, untuk memperoleh perlakuan yang lebih baik dari media tersebut.
Sebagai imbalannya, Netanyahu diduga menawarkan untuk meredakan posisi hukum surat kabar pesaing, Israel Hayom, yang dimiliki oleh miliarder Sheldon Adelson, yang mendukung Netanyahu.
Netanyahu pun dituduh berusaha mencapai kesepakatan dengan Mozes agar Yedioth Ahronoth memberikan liputan positif tentang dirinya, dengan imbalan pelonggaran regulasi terhadap Israel Hayom.
Netanyahu didakwa melakukan percakapan yang dianggap sebagai tindakan suap. Dia membantah bahwa ada kesepakatan yang tercapai dan menyebut bahwa percakapan tersebut tidak lebih dari sekadar diskusi biasa.
Kasus 4.000 merupakan penyuapan, penipuan dan pelanggaran kepercayaan. Kasus ini adalah yang paling serius dan melibatkan tuduhan penyalahgunaan kekuasaan dan korupsi terkait dengan perusahaan telekomunikasi terbesar di Israel, Bezeq.
Netanyahu diduga memberikan keputusan-keputusan yang menguntungkan kepada Bezeq dan pemiliknya, Shaul Elovitch, yang juga memiliki situs berita Walla.
Netanyahu lantas diduga menggunakan posisinya untuk mempengaruhi pemberitaan di Walla agar lebih mendukung dirinya. Sementara pada saat yang sama, dia memberikan keuntungan bisnis kepada Elovitch dengan mengatur kebijakan yang menguntungkan perusahaan Bezeq.
Dia lalu didakwa atas tuduhan suap dan penyalahgunaan kekuasaan. Kasus ini melibatkan bukti yang sangat kuat, termasuk bukti percakapan antara Netanyahu dan Elovitch.
Netanyahu menghadapi sejumlah dakwaan di pengadilan terkait ketiga kasus ini. Dia membantah semua tuduhan tersebut, dengan alasan bahwa dia tidak melakukan kesalahan dan semua keputusan yang diambilnya adalah untuk kepentingan negara.
Meskipun demikian, kasus-kasus ini telah mengguncang politik Israel dan menyebabkan ketegangan besar dalam pemerintahan Netanyahu.
Pada akhir 2022, pengadilan Israel memulai proses peradilan terhadap Netanyahu, yang berjalan hingga kini.
Penyelidikan dan proses hukum ini memicu perdebatan besar di Israel tentang integritas politisi dan peran media dalam politik, serta bagaimana elit bisnis dan politik dapat saling berhubungan dalam keputusan-keputusan yang menguntungkan satu sama lain.
Rencananya, Netanyahu akan Kembali memberikan kesaksian di hadapan pengadilan pada 2 Desember mendatang. Namun ia meminta penundaan dengan dalih perang Gaza.
Selain itu, pengadilan tempat persidangan tidak dilengkapi dengan ruang aman atau tempat perlindungan bom, yang juga menjadi dalih mengapa ia tidak bisa hadir di persidangan.
Alasan ini menjadi kartu sakti Netanyahu untuk menjadikannya jauh dari jangkauan hukum atas skandal korupsi dirinya.
Skandal terbaru adalah kebocoran dokumen rahasia dari kantornya, terkait sandera di Gaza yang melibatkan para ajudan Netanyahu. Salah satu yang ditangkap merupakan juru bicara Netanyahu, Eli Feldstein.
Para tersangka diduga membocorkan dokumen strategi Hamas yang ditemukan oleh tentara penjajah Israel di Gaza, lalu memanipulasi materi tersebut untuk menunjukkan bahwa Hamas berusaha menyelundupkan sandera ke Mesir, kemudian ke Iran atau Yaman.
Hal ini dilakukan agar Netanyahu punya alasan untuk terus bertahan di Gaza dan memerangi Hamas.
Hingga kini, penjajah Israel terus melanjutkan serangan mematikan di Jalur Gaza sejak tahun lalu, yang telah menewaskan lebih dari 43.600 orang, mayoritas adalah perempuan dan anak-anak.
Konflik ini juga meluas ke Lebanon, di mana Israel melancarkan serangan mematikan di seluruh negara tersebut, dalam eskalasi dari perang lintas perbatasan yang telah berlangsung antara Israel dan Hizbullah sejak dimulainya perang Gaza.
Israel juga menghadapi kasus genosida di Pengadilan Internasional atas perang mematikan mereka di Gaza.
The Bibi Files, dokumenter korupsi Netanyahu
Kasus skandal korupsi Netanyahu pun telah memancing Alexis Bloom dan Alexander Gibney, seorang sutradara asal Afrika Selatan dan AS, untuk membuat film dokumenter kasus sang penjagal.
Film dokumenter berjudul “The Bibi Files” berencana tayang perdana secara resmi di Doc NYC pada 14 November 2024. Sebelumnya, film ini telah diputar sebagai karya yang sedang dalam tahap pengembangan di Festival Film Internasional Toronto 2024.
Film ini mengangkat materi dari rekaman interogasi yang bocor terkait dengan persidangan Netanyahu.
Rekaman tersebut berasal dari penyelidikan terhadap tuduhan korupsi, suap, dan penipuan yang melibatkan Netanyahu, yang dilakukan oleh polisi Israel antara tahun 2016 hingga 2018.
Rekaman interogasi ini bocor pada akhir 2023 dan diterima oleh pembuat film Alexander Gibney.
Dalam film ini, selain Netanyahu, juga ditampilkan rekaman dari istrinya, Sara Netanyahu, putranya, Yair Netanyahu, teman-teman, serta rekan-rekannya, termasuk pekerja rumah tangga di kediaman resmi Netanyahu di Beit Aghion.
Selain rekaman interogasi yang sudah pernah dipublikasikan dalam bentuk audio, film ini menyajikan rekaman video yang sebelumnya tidak pernah terungkap.
Gibney mengungkapkan, “Rekaman-rekaman ini memberikan wawasan tentang karakter Netanyahu dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya. Ini adalah bukti yang kuat mengenai sifatnya yang korup dan bagaimana hal itu membawa kita ke kondisi saat ini.”
Film ini juga melibatkan wawancara dengan sejumlah tokoh penting yang bersedia berbicara tentang Netanyahu, antara lain mantan Perdana Menteri Ehud Olmert, mantan kepala Shin Bet Ami Ayalon, dan jurnalis Raviv Drucker yang juga berperan sebagai produser.
Beberapa individu dalam film ini, yang merupakan orang dalam dari lingkaran Netanyahu, menceritakan pengalaman mereka, meskipun mereka hanya bersedia berbicara di luar rekaman.
Gibney dan Bloom telah mulai mengerjakan film ini sebelum Operasi 7 Oktober 2023 yang mengubah dinamika politik di Israel.
Bloom sendiri mencatat bahwa banyak orang yang telah menduduki posisi tinggi dalam pemerintahan atau lembaga intelijen Israel, seperti mantan kepala staf Netanyahu dan mantan pejabat Shin Bet, yang siap diwawancarai namun dengan syarat anonim.
Salah seorang sumber bahkan menggambarkan kepemimpinan Netanyahu seperti karakter dalam serial televisi House of Cards.
Bloom mengatakan, “Sebenarnya, kisah tentang Netanyahu ini sudah cukup dikenal di Israel. Banyak orang Israel yang mengungkapkan kepada saya bahwa saya perlu menyebarkan cerita ini ke dunia yang lebih luas.”
Film ini dijadwalkan untuk dirilis melalui platform film digital Jolt di Amerika Serikat pada 11 Desember 2024.
Kesaksian sidang korupsi Netanyahu diperkirakan akan berlangsung selama beberapa jam setiap hari dan memakan waktu berminggu-minggu untuk diselesaikan.
Pada Juli tahun ini, tim hukum Netanyahu juga telah mengajukan permohonan kepada pengadilan untuk menunda kesaksian dari bulan November hingga Maret 2025, dengan alasan ia harus memimpin penanganan perang.
Jaksa tolak penundaan sidang Netanyahu
Meski berkali-kali surat penundaan diajukan tim hukum Netanyahu, permohonan tersebut selalu ditolak, dan pengadilan menetapkan tanggal kesaksian pada Desember 2024.
Pengacara Netanyahu tak menyerah. Mereka Kembali mengajukan penundaaan pemeriksaan kesaksian.
Tapi, kembali, Jaksa Agung Israel menolak permintaan Netanyahu untuk menunda kesaksiannya dalam persidangan korupsi.
Pada Senin (11/11), Netanyahu mengajukan permohonan ke pengadilan untuk menunda kesaksiannya selama sekitar 80 hari, dengan alasan kesibukannya menangani konflik yang tengah berlangsung di Gaza dan Lebanon.
Namun, Kantor Jaksa Agung menyatakan keberatannya terhadap permintaan penundaan tersebut di hadapan Pengadilan Distrik Yerusalem.
Mereka berpendapat bahwa Netanyahu sudah diberi cukup waktu untuk mempersiapkan kesaksiannya.
Menurut surat kabar Haaretz, pengadilan akan membahas permintaan Netanyahu dan memutuskan hal tersebut pada Rabu.
Menurut hukum Israel, persidangan ini tidak mengharuskan Netanyahu untuk mengundurkan diri dari jabatannya kecuali jika Mahkamah Agung memvonisnya bersalah, sebuah keputusan yang kemungkinan akan memakan waktu berbulan-bulan untuk dicapai.