Lebih dari 100.000 anak di Jalur Gaza, termasuk 40.000 bayi berusia di bawah satu tahun, menghadapi ancaman kematian dalam waktu dekat akibat tidak tersedianya susu formula dan suplemen gizi. Demikian peringatan yang disampaikan Kantor Media Pemerintah Gaza, Sabtu (27/7), seperti dilaporkan Anadolu Agency.
Dalam pernyataan resminya, kantor tersebut menggambarkan situasi ini sebagai “pembantaian yang berlangsung secara perlahan,” dan menuduh Israel dengan sengaja membuat anak-anak Gaza kelaparan melalui blokade total dan penutupan seluruh perlintasan perbatasan.
Disebutkan, banyak ibu terpaksa memberi bayi mereka air saja selama berhari-hari karena tidak tersedianya susu formula. Sementara itu, rumah sakit dan pusat kesehatan kewalahan menghadapi lonjakan kasus gizi buruk akut yang mengancam nyawa setiap harinya.
Otoritas kesehatan di Gaza melaporkan sejauh ini telah terjadi 122 kematian akibat kelaparan dan kekurangan gizi, termasuk 83 anak, di tengah runtuhnya sistem layanan kesehatan dan kelangkaan pasokan pangan mendasar.
Laporan lain menyebutkan bahwa petugas Israel mengakui telah merusak bantuan dari sekitar 1.000 truk yang masuk melalui perlintasan Kerem Shalom di Gaza selatan.
Kantor Media Pemerintah menyebut krisis ini sebagai “peringatan yang mengejutkan atas nama kemanusiaan dan hati nurani dunia,” seraya mendesak agar susu bayi dan suplemen gizi segera diizinkan masuk tanpa syarat, seluruh perlintasan dibuka kembali, blokade dicabut, dan dilakukan intervensi internasional yang mendesak untuk menghentikan apa yang mereka sebut sebagai “kampanye pemusnahan anak-anak secara disengaja.”
Pernyataan itu ditutup dengan menyebut pemerintah Israel dan negara-negara pendukungnya sebagai pihak yang “sepenuhnya bertanggung jawab atas kejahatan terhadap kemanusiaan yang akan datang,” dan memperingatkan bahwa sikap bungkam masyarakat internasional sama saja dengan “bersekongkol secara terang-terangan dalam genosida terhadap anak-anak Gaza.”