Monday, November 18, 2024
HomeBeritaPalestinaMedia AS beberkan celaan Biden ke Netanyahu, kuatkan isu keretakan

Media AS beberkan celaan Biden ke Netanyahu, kuatkan isu keretakan

Presiden Joe Biden tertegun sejenak saat pertemuan dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Tel Aviv, Israel, pada Rabu, 18 Oktober 2023. Miriam Alster/Pool/Reuters/File
Presiden Joe Biden tertegun sejenak saat pertemuan dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Tel Aviv, Israel, pada Rabu, 18 Oktober 2023. Miriam Alster/Pool/Reuters/File

Media Amerika baru-baru ini mempublikasikan artikel yang membeberkan kabar tentang percakapan antara Presiden Amerika Serikat Joe Biden dengan orang dekatnya.

Dalam artikel yang ditulis Jonathan Martin, jurnalis senior The Politico, disebutkan Biden mencela Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu dengan sebutan “bad f*c***g guy” atau “orang sialan” jika diartikan ke bahasa Indonesia.

Kabar tersebut ditepis juru bicara Biden, Andrew Bates, yang menyebut hubungan keduanya telah berjalan sejak lama dan saling menghormati baik ketika di publik maupun secara personal.

Meski penyebutan itu off the record, namun kabar ini langsung menjadi santapan empuk media-media Amerika dan seluruh dunia.

Hal ini menguatkan dugaan retaknya hubungan Biden dengan Netanyahu. 

Pasalnya, di berbagai media telah diberitakan bahwa dukungan yang diberikan Biden kepada Israel telah melemahkan elektabilitas Partai Demokrat di Amerika hingga ke tingkat lokal. 

Biden dan wakil presidennya, Kamala Harris, keduanya berasal dari Demokrat, yang sebagian besar pemilih potensialnya merupakan kalangan liberal, imigran, muslim, Arab-Amerika, dan kaum muda progresif.

Sejak pecahnya perang Hamas-Israel, kalangan inilah yang sangat vokal memprotes sikap pemerintahan Biden-Harris yang mendukung Tel Aviv tanpa syarat.

Padahal puluhan ribu nyawa penduduk Gaza telah berjatuhan disebabkan rudal Israel.

Menurut artikel tersebut, Harris adalah orang yang paling mewaspadai larinya konstituen Demokrat disebabkan kebijakan politik luar negeri pemerintahannya dalam perang Gaza.

Karena itu, dalam beberapa waktu terakhir, Harris kerap mendinginkan pendukungnya dengan memperlihatkan gestur empati terhadap rakyat Palestina.

“Hukum kemanusiaan internasional harus dihormati. Terlalu banyak orang Palestina tak bersalah yang terbunuh. Terus terang saja, tingkat penderitaan yang dirasakan warga, dan foto dan video yang muncul dari Gaza sangatlah kacau. Ini sangat memilukan,” ucap Harris saat menghadiri pertemuan diplomatik dengan pemimpin Arab di Dubai, awal Desember lalu.

Dalam perkembangan terakhir, Qatar, Mesir, Amerika, dan Israel mengadakan pertemuan intensif di Paris untuk membahas perang Gaza. 

Salah satu poin penekanannya adalah pemberlakuan gencatan senjata. Hal ini disambut positif banyak pihak, kecuali Netanyahu.

Dalam pernyataan persnya, PM Israel itu menyatakan akan melanjutkan perang di Gaza untuk menghabiskan Hamas hingga memperoleh kemenangan total.

Suatu target yang menurut mantan penasihat luar negeri Gedung Putih, Richard Haass, sangatlah muluk.

“Sulit untuk membayangkan hal tersebut. Saya ragu itu adalah target yang terukur,” ungkapnya saat diwawancarai CNN.

Sikap Netanyahu yang menolak gencatan senjata dengan Hamas juga membuat Biden takut Amerika akan kembali terseret perang ke Timur Tengah.

Terlebih melihat eskalasi reaksi yang mulai meningkat dari Iran, Irak, Iran, Suriah, dan Lebanon dalam merespons perang Gaza.

Jika sudah begitu, tekanan internasional yang saat ini diarahkan ke Netanyahu bisa berbalik ke dirinya karena memicu front pertempuran baru di Timur Tengah dengan negara-negara poros Iran. 

Selain itu, gelombang protes dari konstituen Demokrat akan menguat karena ia dinilai gagal menekan Netanyahu.

Atas segala kekhawatiran tersebut, kabarnya Biden mencela Netanyahu sebagai “orang sialan”, menurut The Politico.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular