Saturday, September 6, 2025
HomeBeritaMediapart: Penjualan senjata Prancis melonjak pada 2024, termasuk ke Israel

Mediapart: Penjualan senjata Prancis melonjak pada 2024, termasuk ke Israel

Tahun 2024 tercatat sebagai salah satu tahun terbaik bagi ekspor senjata Prancis.

Menurut laporan investigasi yang diterbitkan Mediapart, total nilai kontrak ekspor mencapai 21,6 miliar euro (sekitar Rp 375 triliun), tertinggi kedua setelah rekor 27 miliar euro pada 2022.

Jurnalis Pierre Januel menulis bahwa angka ini jauh melampaui capaian 2023 yang hanya 8,3 miliar euro, sekaligus hampir dua kali lipat rata-rata 10 tahun sebelumnya sebesar 11,5 miliar euro per tahun.

Data tersebut bersumber dari laporan 2025 Kementerian Angkatan Bersenjata Prancis tentang ekspor persenjataan—dokumen internal yang salinannya diperoleh Mediapart.

Bila termasuk pesanan untuk kebutuhan militer Prancis sendiri, total nilainya bahkan menembus 40 miliar euro.

Menurut laporan itu, lonjakan terutama didorong oleh kontrak besar penjualan jet tempur Rafale ke Indonesia dan Serbia, serta kapal selam serang ke Belanda.

Menteri Angkatan Bersenjata, Sébastien Lecornu, dalam kata pengantar laporan tersebut, menyebut keberhasilan program industri utama seperti Rafale, kapal selam Barracuda, meriam Caesar, fregat, dan helikopter sebagai bukti kekuatan industri pertahanan Prancis.

Eropa kini menjadi pasar utama bagi industri senjata Prancis, dengan porsi 60 persen dari seluruh kontrak ekspor.

Sejumlah negara Eropa disebut berupaya menutupi kekurangan investasi pertahanan sekaligus mengganti peralatan yang sudah dikirim ke Ukraina.

Kondisi ini memberi Prancis peluang memperluas kemitraan strategis dalam sektor persenjataan.

Israel

Laporan tersebut juga menyingkap bahwa Israel termasuk pembeli senjata Prancis dengan peningkatan signifikan pada 2024.

Total nilai kontrak mencapai 27,1 juta euro (sekitar Rp 471 miliar), tertinggi sejak 2017, di tengah perang brutal yang menewaskan puluhan ribu warga sipil di Gaza.

Namun, penjualan itu menuai kontroversi. Prancis sebelumnya menandatangani perjanjian internasional yang melarang ekspor senjata apabila berisiko digunakan untuk kejahatan perang atau serangan terhadap warga sipil.

Sementara itu, pada 2024, Jerman dan Inggris telah menangguhkan sebagian lisensi ekspor persenjataan ke Israel.

Pada Juni lalu, situs investigasi Disclose melaporkan bahwa Prancis tengah menyiapkan pengiriman perlengkapan senapan mesin ke Israel.

Koalisi internasional “Progressive International” juga merilis data bea cukai Israel yang menunjukkan adanya aliran pasokan senjata dari Prancis secara “rutin dan berkesinambungan”.

Meski jumlah izin ekspor ke Israel menurun dari 75 lisensi pada 2023 menjadi 50 lisensi pada 2024, nilai kontraknya justru melonjak tajam: dari 176,2 juta euro menjadi 387,8 juta euro (sekitar Rp 6,7 triliun).

Rincian lisensi 2024 mencakup dua kontrak senilai 122 juta euro untuk kategori ML3 (amunisi dan perangkat detonator), 6 lisensi senilai 6,4 juta euro untuk kategori ML5 (sistem peluncuran, pemandu, dan peringatan), serta 3 lisensi senilai 5 juta euro untuk kategori ML15 (peralatan pencitraan dan pengacau sinyal).

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular