Sunday, March 23, 2025
HomeBeritaMengapa Israel ulangi serangannya ke Suriah? Apa yang menjadi targetnya?

Mengapa Israel ulangi serangannya ke Suriah? Apa yang menjadi targetnya?

Angkatan Udara Israel semakin meningkatkan serangan dan serbuan di wilayah Daraa, Suriah selatan.

Juru bicara tentara pendudukan Israel menyatakan bahwa serangan tersebut menargetkan lokasi militer yang menyimpan senjata dan peralatan militer milik rezim Suriah sebelumnya.

Peralatan tersebut saat ini berusaha digunakan oleh kelompok-kelompok bersenjata yang loyal terhadap rezim baru.

Serangan tersebut menargetkan lokasi militer di pedesaan Daraa. Gudang senjata dan amunisi, serta pangkalan militer seperti Resimen 175, kompleks perumahan militer, Brigade 12 di kota Izra, serta Brigade 15 di kota Inkhil, pedesaan utara Daraa. Serangan ini juga menyasar lokasi militer yang mendukung rezim Suriah yang baru.

Selain itu, serangan menargetkan Brigade 132 dari tentara rezim yang digulingkan, Bashar al-Assad, serta lokasi militer yang telah dikuasai oleh milisi Iran di wilayah tersebut.

Serangan juga mencakup daerah di Al-Kiswah, pedesaan Damaskus, serta lokasi militer di Tal al-Mani dekat kota Al-Kiswah di pedesaan Damaskus.

Untuk membenarkan serangan udara di Suriah, Staf Umum Angkatan Bersenjata Israel menyatakan dalam sebuah pernyataan bahwa keberadaan senjata tersebut di selatan Suriah merupakan ancaman bagi Israel.

“Oleh karena itu, institusi militer tidak akan membiarkan adanya ancaman militer di dekat zona demiliterisasi dan sepanjang garis gencatan senjata, dan akan bertindak melawannya,” katanya sebagaimana dikutip dari laporan Channel 13 Israel.

Motif serangan

Tentara Israel menjelaskan bahwa salah satu alasan utama untuk menyerang wilayah selatan Suriah pada bulan Desember adalah untuk mengumpulkan senjata rezim Assad. Meskipun peralatan militer tersebut tidak diarahkan kepada Israel.

Namun, Israel khawatir senjata-senjata ini akan jatuh ke tangan kelompok-kelompok yang loyal kepada rezim Suriah baru, yang dianggap sebagai ancaman bagi keamanan Israel.

Sebagai bagian dari peningkatan serangan di Suriah, tentara pendudukan Israel telah membagi wilayah selatan Suriah menjadi tiga zona:

  • Zona demiliterisasi: Dengan lebar antara 1 hingga 5 kilometer, mencakup titik-titik pemantauan strategis.
  • Zona keamanan: Memanjang hingga 15 kilometer dari perbatasan.
  • Zona pengaruh: Membentang sejauh 65 kilometer dari perbatasan, mencapai jalan menuju Damaskus.

Dalam analisis terhadap serangan udara yang semakin intensif oleh Angkatan Udara Israel di Suriah, para analis sepakat bahwa tentara Israel bersiap untuk tetap berada di Suriah dalam waktu yang tidak ditentukan guna mempertahankan zona keamanan dan Gunung Hermon.

“Serta memastikan bahwa seluruh zona keamanan di selatan Suriah tetap bebas dari senjata dan ancaman,” menurut mereka.

Sifat target serangan

Koresponden urusan Arab di Channel 12 Israel, Sapir Libkin, mengatakan bahwa serangan ini sejalan dengan kebijakan Israel untuk mencegah rezim Suriah baru yang. Rezim yang dipimpin oleh Presiden Ahmad Al-Sharaa memperoleh senjata dari rezim sebelumnya.

Libkin menambahkan bahwa tentara Israel berupaya menciptakan fakta di lapangan di sepanjang garis gencatan senjata dan di selatan Suriah dengan membagi wilayah tersebut ke dalam beberapa zona.

Tujuannya adalah untuk mencegah rezim baru memperkuat keberadaannya serta memungkinkan Israel mempertahankan kendali di berbagai tingkatan. Mulai dari perbatasan hingga Damaskus.

Libkin menjelaskan bahwa tentara Israel baru-baru ini melancarkan gelombang serangan yang tidak biasa di Suriah. Serangan menargetkan 4 provinsi berbeda yang menjadi basis kelompok bersenjata yang dianggap mengancam Israel.

Selain itu, Israel juga melakukan serangan intensif di sepanjang perbatasan Suriah-Lebanon untuk mencegah penyelundupan dan transfer senjata ke Hizbullah.

Mengenai sifat target yang diserang oleh Angkatan Udara Israel, Libkin mengatakan bahwa Israel telah menyerang puluhan target di Suriah Selatan.

“Termasuk artileri di wilayah Khan Arnabeh, radar, dan peralatan deteksi yang digunakan untuk membangun citra intelijen udara, serta markas dan lokasi militer yang menyimpan senjata dan peralatan militer rezim Suriah sebelumnya di pedesaan Damaskus,” ungkapnya.

Kehadiran militer Israel

Menurut koresponden militer situs web “Ynet”, Elisha Ben Kimon, serangkaian serangan udara Israel yang paling penting dan luas di Suriah telah berlangsung selama lebih dari dua bulan.

Baru-baru ini, radar serta peralatan pengawasan dan deteksi di Suriah selatan menjadi target, selain markas dan lokasi militer rezim Suriah baru.

Serangan ini dilakukan dengan dalih “menghilangkan ancaman di masa depan,” yang menunjukkan bahwa Israel menganggap rezim Al-Sharaa sebagai ancaman.

Ben Kimon menjelaskan bahwa dalam seminggu terakhir, serangan Israel terutama menargetkan rezim Al-Sharaa. Serangan itu berbeda dari sebelumnya ketika serangan lebih difokuskan pada markas dan lokasi militer rezim Assad.

Mengenai alasan di balik serangan ini dan jenis target yang diserang, Ben Kimon mengatakan bahwa tentara Israel tidak akan membiarkan keberadaan aset militer ini di Suriah selatan karena dianggap sebagai ancaman terhadap Israel.

“Serangan ini bertujuan untuk menghilangkan ancaman di masa depan serta menggagalkan ancaman apa pun yang dapat menghambat ekspansi dan keberadaan Israel di wilayah tersebut,” kata Ben.

Ancaman yang muncul

Analis keamanan dan militer di surat kabar “Yedioth Ahronoth”, Ron Ben Yishai, berpendapat bahwa setelah jatuhnya rezim Assad dan lemahnya rezim baru yang didukung oleh kelompok bersenjata, Israel semakin yakin.

“Bahwa rezim Al-Sharaa dan kelompok pendukungnya merupakan ancaman yang berkembang, yang mengharuskan Israel untuk mengambil tindakan pencegahan guna menanggulanginya,” katanya.

Ben Yishai menambahkan bahwa hal itu bukan hanya ancaman dari kelompok bersenjata yang merebut kekuasaan bersama Al-Julani.

“Dan mencoba menampilkan citra yang moderat dan stabil, tetapi juga mencerminkan kekhawatiran bahwa Suriah bisa menjadi pusat stabilitas politik yang rapuh. Hal ini termasuk keberadaan pangkalan militer Kekaisaran Ottoman, yang coba dibangkitkan kembali oleh Recep Tayyip Erdoğan,” imbuhnya.

Di antara ancaman yang berkembang pesat di Suriah dan menjadi perhatian khusus bagi institusi keamanan Israel, menurut Ben Yishai, adalah keberadaan Hamas dan Jihad Islam.

“Yang mungkin ingin beroperasi dari Suriah untuk menyerang permukiman perbatasan Israel di Dataran Tinggi Golan dan wilayah Galilea. Selain itu, ada kekhawatiran bahwa Turki akan mempersenjatai dan melatih tentara Suriah baru yang dibentuk oleh Al-Sharaa,” tuturnya.

Ia menyimpulkan bahwa dalam menghadapi berbagai ancaman ini, Israel berupaya membentuk realitas baru di wilayah dekat selatan Damaskus.

Israel tidak akan bersedia menghadapi milisi rezim baru di selatan Damaskus, maupun kehadiran milisi Sunni di Dataran Tinggi Golan Suriah,” terangnya.

Menurutnya, banyak lokasi strategis di wilayah ini yang telah ditinggalkan oleh tentara Suriah sebelumnya. Tetapi, lanjutnya, masih dipenuhi dengan senjata yang dapat digunakan oleh pihak-pihak yang bermusuhan dengan Israel.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular