Kabar duka datang dari Gaza. Fauzy Husein Al Reqeb, yang merupakan ayah mertua dari relawan kemanusiaan Muhammad Husein Gaza, telah berpulang.
Husein Gaza mengabarkan bahwa ayah mertuanya meninggal dunia pada Selasa, 6 Sya’ban 1446 Hijriyah atau bertepatan 4 Februari 2025, pukul 21.00 Waktu Gaza, di RS Nasir, Jalur Gaza Selatan.
“Semoga Allah Ta’ala menempatkan beliau di Firdaus bersama para syuhada,” ujar Husein.
Kepergian Fauzy Husein Al Reqeb atau akrab disapa Abu Mukhlis meninggalkan duka mendalam bagi keluarga dan mereka yang mengenalnya.
Hidup dengan satu ginjal
Husein mengatakan Abu Mukhlis yang hanya hidup dengan satu ginjal tidak menyurutkan pengabdiannya untuk terus menjadi jembatan kebaikan bagi tetangganya.
Bahkan di tengah pantauan drone Israel yang terus mengintai, beliau tidak pernah berhenti bergerak, mempersiapkan makanan siap saji untuk korban genosida yang terjadi di Gaza.
“Dan ini adalah pertemuan terakhir sebelum kami meninggalkan rumah kediaman mertua dan bergerak menuju perbatasan rafah,” kenang Husein.
Bertemu di Universitas Islam Gaza
Husein pertama kali bertemu dengan Abu Mukhlis pada tahun 2011, ketika ia baru mendaftar di Universitas Islam Gaza.
Pada saat itu, Husein yang merupakan satu-satunya mahasiswa asing di kampus tersebut menarik perhatian banyak orang.
Dalam kerumunan yang penasaran, seorang pria paruh baya berperawakan besar, yang kemudian dikenal Husein sebagai Abu Mukhlis, tiba-tiba menarik tangannya dan mengajaknya keluar dari keramaian.
“Besok kamu ke kampus bawa baju ganti untuk tiga hari. Ya, kamu jadi tamu istimewa saya selama tiga hari ke depan,” ujar Abu Mukhlis mengajak Husein untuk tinggal di rumahnya.
Memberi cap ijazah Abu Ubaidah
Abu Mukhlis dikenal sebagai staf administrasi kampus sejak awal berdirinya Universitas Islam Gaza pada tahun 1980-an. Bahkan, ia yang memberikan stempel di atas ijazah Abu Ubaidah saat masih menjadi mahasiswa.
“Berawal dari menjamu saya selama 3 hari, standar kewajiban memuliakan tamu dalam Islam, di kediamannya, hubungan kami berujung menjadi semakin kuat. Saat itulah beliau memperkenalkan saya kepada putra putrinya yang salah satunya kelak menjadi ibu dari anak anak saya,” ucap Husein.
Namun, beberapa tahun terakhir hidup Abu Mukhlis tidaklah mudah. Ia harus menjalani hidup dengan hanya satu ginjal akibat penyakit kronis yang diderita.
“Hal yang juga banyak melanda ribuan warga Gaza lainnya yang hidup sulit di tengah krisis air bersih,” tuturnya.
Mengidap kanker
Namun ujian hidupnya tak berhenti di situ. Di tengah serangan udara Israel yang terus menggempur Gaza, Abu Mukhlis juga harus menghadapi kenyataan pahit bahwa ia mengidap kanker. “Bagaimana tidak, tidak ada fasilitas perawatan yang memadai untuk mencegah kanker itu timbul,” ungkap Husein.
Menurut Husein, kondisi medis yang semakin memburuk serta ketidakmampuan untuk mendapatkan perawatan yang layak adalah bagian dari strategi penjajah untuk membunuh warga Gaza perlahan. “Itulah salah satu cara penjajah memvonis ‘mati’ warga Gaza selama ini. Termasuk Almarhum,” tuturnya.
Kehidupan Abu Mukhlis yang penuh perjuangan akhirnya berakhir pada malam Selasa, pukul 21.00.
“Akhirnya, tadi malam, Selasa pukul 21, Abu Mukhlis meninggal dunia. Beliau menyusul Ummu Mukhlis (sang istri) yang lebih dahulu meninggal juga karena sakit 9 tahun silam.” ujar Husein.
“Semoga Allah ta’ala merahmati keduanya, menerima seluruh amal ibadah nya, mengampuni segala dosa dosa nya, dan dimasukan kedalam gerbong para syuhada di Jannah Firdaus Al A’la,” pungkas Husein.