Mufti Agung Suriah, Syekh Usamah Ar-Rifa’i, menyerukan kepada seluruh rakyat Suriah untuk Bersatu.
Seruan itu untuk menghadapi apa yang ia sebut sebagai fitnah yang dinyalakan oleh musuh-musuh tanah air dan umat.
Hal itu merujuk pada bentrokan berdarah yang terjadi di kawasan Ashrafiyah Sahnaya, pinggiran Damaskus.
Dalam pernyataan yang disiarkan oleh Al Jazeera pada Rabu (30/4), Ar-Rifa’i memperingatkan bahwa konflik sektarian atau kekerasan bersenjata yang diprovokasi oleh pihak luar tidak akan menghasilkan kemenangan bagi siapa pun.
“Wahai rakyat Suriah, jauhilah fitnah. Semua pihak akan menjadi korban dalam fitnah semacam ini,” tegasnya.
Ia menuduh pihak-pihak yang memantik kekacauan sebagai mereka yang tidak menginginkan kebaikan bagi Suriah, melainkan kehancurannya.
Ar-Rifa’i mengimbau warga untuk tidak terprovokasi oleh ujaran kebencian atau ajakan balas dendam yang beredar, khususnya melalui media sosial.
Seruan itu muncul beberapa jam setelah terjadinya serangan terhadap markas keamanan di kawasan Ashrafiyah Sahnaya.
Serangan itu menyebabkan tewasnya 16 anggota aparat keamanan umum Suriah. Sumber dari Kementerian Dalam Negeri Suriah menyampaikan kepada Al Jazeera bahwa kelompok bersenjata yang menyerang masih diburu aparat, dan bahwa situasi masih “sangat sensitif”.
Ketegangan menjalar ke Jaramana
Di wilayah Jaramana, selatan Damaskus—daerah dengan populasi besar warga Druze—pasukan keamanan juga meningkatkan kehadiran mereka setelah terjadi bentrokan antara kelompok bersenjata yang menewaskan sedikitnya delapan orang.
Kementerian Dalam Negeri Suriah menyatakan bahwa kekerasan ini dipicu oleh penyebaran rekaman suara yang menghina Nabi Muhammad SAW.
Hal itu memicu kemarahan luas dan memunculkan ajakan balas dendam serta penyebaran ujaran kebencian secara masif di media sosial.
Dalam pernyataan resmi, pihak kementerian menyebut bahwa keberadaan kelompok bersenjata di Ashrafiyah Sahnaya menjadi ancaman langsung terhadap keamanan warga sipil.
Oleh karena itu, aparat disebut telah menerapkan langkah-langkah keamanan ekstra ketat dan meminta warga untuk tetap tinggal di rumah serta melaporkan keberadaan “pihak-pihak yang melanggar hukum”.
Hingga Rabu malam, Kementerian Dalam Negeri mengumumkan bahwa operasi militer di kawasan Ashrafiyah Sahnaya telah dinyatakan selesai.
Sejumlah orang yang diduga sebagai pelaku serangan terhadap aparat keamanan telah berhasil ditangkap.
Ancaman dari Israel
Sementara itu, Israel kembali melancarkan serangan udara ke tiga sasaran keamanan di Sahnaya. Ledakan keras dilaporkan terdengar di ibu kota dan wilayah sekitarnya.
Militer Israel menyebut operasi ini sebagai bentuk pencegahan terhadap “ancaman terhadap komunitas Druze” di Suriah.
Juru bicara militer Israel menyatakan bahwa Kepala Staf Eyal Zamir telah menginstruksikan persiapan untuk serangan lebih lanjut terhadap sasaran-sasaran pemerintah Suriah jika kekerasan terhadap warga Druze terus berlanjut.
“Pasukan kami siaga penuh di kawasan dan memantau secara aktif perkembangan di Suriah,” ujar pernyataan tersebut.
Konflik di wilayah Druze, termasuk di Suweida dan Jaramana, kini telah menjadi titik fokus regional.
Ketegangan semakin diperparah oleh campur tangan asing dan provokasi identitas sektarian yang membuka celah baru bagi konflik berkepanjangan.
Dalam konteks ini, seruan Mufti Agung Suriah menandai upaya otoritas agama untuk meredakan ketegangan dan mencegah konflik yang dapat meledak menjadi kekacauan nasional.
Namun, dengan dinamika yang terus berkembang, masa depan stabilitas di wilayah selatan Suriah masih penuh ketidakpastian.