Saturday, November 16, 2024
HomeAnalisis dan OpiniOpiniOPINI: Setahun pembantaian Zionis di Palestina, sampai kapan?

OPINI: Setahun pembantaian Zionis di Palestina, sampai kapan?

Hasbi Aswar

Pengajar Hubungan Internasional, Universitas Islam Indonesia

Kordinator Nasional The Indonesian Islamic Studies and International Relations Association (INSIERA)

Tanggal 7 Oktober 2024 adalah hitungan setahun sejak Israel melakukan genosida dan 66 tahun pendudukan Zionis terhadap Muslim Palestina. Sejak saat itu, kita dapat menyaksikan sikap negara – negara barat yang terus mendukung dan mensuplai kebutuhan – kebutuhan hidup Israel.

Di sisi lain, negara – negara Muslim kebanyakan tak berdaya, bahkan Sebagian diantaranya terlibat dalam memfasilitasi Israel untuk terus bertahan hidup dan melakukan pembantaian di tanah Palestina.

Tahun 1948, perlawanan terhadap Israel pernah dilakukan oleh beberapa negara sampai tahun 1973 tapi setelah itu, negara – negara Muslim satu persatu menjalin hubungan baik dengan Israel mulai dari Mesir, Yordania, sampai perjanjian Abraham 2020. Saat ini yang banyak melakukan perlawanan adalah kelompok – kelompok pejuang yang didukung oleh Iran.

Terlepas dari kontroversi dunia Islam soal Iran, hanya negara ini yang jelas menunjukkan sikap tegas terhadap Israel baik lisan maupun perbuatan seperti mendukung kelompok-kelompok perlawanan Hamas, Hizbullah, dan Houthi. Negara-negara Muslim lainnya, baik yang sudah melakukan normalisasi dengan Israel maupun yang belum, tampaknya lebih memilih untuk mendukung status quo.

Saudi Arabia, misalnya, menunjukkan sikap ambivalen. Meski tidak secara resmi melakukan normalisasi dengan Israel, perannya dalam mendukung stabilitas di kawasan justru memungkinkan Israel untuk melanjutkan serangan militernya tanpa gangguan berarti. Sikap ini juga diamini oleh negara-negara Arab dan Muslim lainnya seperti Yordania, Mesir, Lebanon, Turki, tidak mampu memberikan tekanan yang signifikan.

Negara-negara Muslim seakan takut mengambil langkah tegas, baik karena ketakutan akan kekuatan militer Israel yang didukung Amerika Serikat, atau karena kepentingan geopolitik mereka yang terkait erat dengan hubungan mereka dengan Washington.

Padahal, jika negara-negara tetangga Israel seperti Yordania, Lebanon, Mesir, dan Turki bersatu menghentikan aliran logistik penting—minyak, gas, bahkan senjata yang sering kali melalui wilayah mereka—Israel tidak akan mampu melanjutkan agresinya.

Yang terjadi justru sebaliknya. Negara-negara Muslim ini malah memfasilitasi Israel dengan membiarkan aliran kebutuhan perang terus mengalir ke wilayah Zionis tersebut. Inilah yang memungkinkan Israel untuk terus mengebom Gaza dan memperluas ekspansinya terus menerus.

Dengan menggunakan standar misi cita – cita besar “Greater Israel” yang mencakup Sungai Nil di Mesir dan eufrat di Irak, wilayah Israel akan menjangkau wilayah sekitar, Yordania, Irak, Suriah, Libanon, Mesir, dan Arab Saudi.

Kepentingan AS di balik dominasi Israel

Secara strategis, kepentingan Amerika Serikat di Timur Tengah sangat jelas. Amerika ingin memastikan bahwa kawasan ini tetap berada di bawah kendalinya. Israel adalah “pion” dalam permainan geopolitik Amerika, yang digunakan untuk menjaga agar kawasan ini tetap stabil sesuai dengan kepentingan Washington.

Salah satu kepentingan utama Amerika adalah menjaga aliran minyak dari Timur Tengah tetap stabil dan mengalir ke negara-negara Barat. Selain itu, Amerika juga berupaya memastikan bahwa negara-negara di Timur Tengah tetap setia kepadanya, terutama dalam menghadapi ancaman dari kelompok-kelompok Islam yang dianggap berbahaya.

Tak hanya itu, Amerika juga berusaha menghalangi kekuatan besar lainnya, seperti China dan Rusia, dari memperoleh pengaruh yang signifikan di kawasan ini.

Oleh karena itu, tidak mengherankan jika Amerika menghabiskan miliaran dolar setiap tahunnya untuk mendukung Israel. Tahun ini saja, Amerika telah menggelontorkan sekitar 17 hingga 20 miliar dolar untuk memastikan bahwa kekuatan militer Israel tetap superior di Timur Tengah.

Amerika paham bahwa tanpa Israel, posisinya di kawasan ini akan melemah, dan ancaman dari kelompok-kelompok Islam yang memperjuangkan pembebasan Palestina akan semakin kuat.

Harapan pada persatuan Muslim

Persatuan Muslim adalah kunci untuk menghentikan serangan Israel saat ini dengan efektif dan cepat sebagaimana Sejarah juga telah pernah membuktikan itu.

Pada masa Nabi Muhammad SAW, pengusiran Bani Quraizah dan Bani Nadhir dari Madinah dilakukan dalam waktu yang relatif singkat setelah mereka melakukan pengkhianatan dan pelecehan terhadap Muslimah.

Pada masa Kekhalifahan Abbasiyah, pembebasan wilayah Amuriyah dari Romawi dilakukan hanya karena satu perempuan Muslimah dilecehkan oleh pasukan Romawi.

Di era sultan Usmani, Abdul Hamid II, perwakilan Theodore Herzl gagal membujuk sultan untuk menjual Sebagian tanah Palestina walaupun saat itu diimingi-imingi pembayaran hutang Usmani oleh kaum Yahudi.

Melakukan tindakan unilateral di luar kerangka PBB bisa dilakukan melihat PBB tidak kunjung mengambil sikap tegas dalam kasus ini.

Kita bisa melihat bagaimana AS dan sekutunya mengambil sikap dalam memerangi Irak, Afghanistan, dan Libya untuk kepentingan mereka. Sikap kompak barat juga terlihat dalam mendukung Ukraina melawan Rusia di luar keterlibatan PBB.

Saat ini, dunia Islam lebih layak untuk mengambil sikap dan lebih terlegitimasi melihat opini dunia berpihak kepada Palestina.

Saat Iran melakukan serangan  terhadap Israel beberapa waktu lalu saja, postingan – postingan media sosial menunjukkan suka cita dari warga dunia yang peduli dengan Palestina. Ini artinya, dunia butuh Solusi efektif dan segera terhadap kasus ini.

Bayangkan jika yang mengirimkan rudal itu adalah koalisi dunia Islam, dengan segala kemampuan tempur dan logistik mereka. Tentunya, bukan untuk membantai warga Yahudi, tapi menghancurkan asset – asset strategis Israel seperti gudang logistik militer, pangkalan militer, fasilitas – fasilitas komando untuk melumpuhkan kekuatan militernya.

Jika itu terjadi, tidak butuh waktu lama, kita akan menyaksikan Netanyahu, Gallant, Itamar Ben Gvir beserta para teroris Yahudi lainnya digantung di pusat kota Tel Aviv seperti dulu para penjahat perang Nazi di eksekusi.

Harapan itu masih ada jika kita mau mengubah cara pandang dan pemimpin – pemimpin umat Islam masih punya Iman dan kepedulian terhadap sesama saudara Muslim mereka.

Pizaro Idrus
Pizaro Idrus
Pengajar HI Universitas Al Azhar Indonesia, Mahasiswa PhD Hubungan Antarbangsa Universitas Sains Malaysia.
ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular