Tuesday, March 4, 2025
HomeBeritaOsama Hamdan: Proyek Trump tidak akan berhasil dan pengalaman 1948 tidak akan...

Osama Hamdan: Proyek Trump tidak akan berhasil dan pengalaman 1948 tidak akan terulang

Pemimpin Hamas, Osama Hamdan, menegaskan bahwa rencana yang diajukan oleh Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, sejalan dengan proyek Zionis yang dicanangkan oleh pemerintahan Benjamin Netanyahu lebih dari 2 tahun lalu.

Proyek tersebut berupa pemindahan paksa rakyat Palestina dan pengosongan Jalur Gaza.

Dalam wawancara dengan Al Jazeera Net di sela-sela partisipasinya dalam Forum Al Jazeera di Doha, Hamdan menekankan bahwa rakyat Palestina tidak akan mengulangi pengalaman pengusiran yang terjadi setelah Nakba 1948.

Dari peristiwa itu, mereka belajar pelajaran yang sangat berat, dan kini mereka bertekad untuk tetap bertahan di tanah air mereka. Ia juga menegaskan bahwa proyek Trump tidak akan berhasil.

Hamdan menambahkan bahwa Hamas tidak akan menerima tekanan apa pun. Menurutnya, pengalaman telah membuktikan bahwa Hamas tidak akan memberikan konsesi mendasar dalam perjuangannya melawan musuh.

Ia menekankan bahwa masa depan perlawanan semakin kuat, meskipun penuh dengan penderitaan dan pengorbanan, karena tujuan utama adalah pembebasan Yerusalem.

Ia juga tidak menutup kemungkinan bahwa Israel akan kembali melanjutkan agresinya ke Gaza setelah pembebasan tahanan Israel.

Menurutnya, segala kemungkinan bisa terjadi dalam menghadapi musuh Zionis, dan Hamas siap untuk semua skenario.

Berikut wawancara lengkapnya:

Bagaimana anda melihat ancaman Donald Trump mengenai pemindahan paksa warga Gaza? Apakah ini proyek nyata yang ingin ia wujudkan?

Ancaman dan propaganda yang disebarkan Trump ini sepenuhnya sejalan dengan proyek Zionis yang sudah lebih dulu diluncurkan oleh pemerintahan Netanyahu lebih dari 2 tahun lalu.

Dalam program pemerintahannya, mereka telah membahas pemindahan paksa warga Palestina.

Menteri Keuangan Israel saat itu bahkan mengklaim bahwa rahasia bertahannya Israel selama 76 tahun adalah karena pengusiran warga Palestina pada 1948. Kelangsungan Israel harus diikuti dengan gelombang pengusiran baru.

Namun, saya pikir siapa pun yang mengusulkan proyek ini tidak memahami 2 hal penting.

Pertama, ia tidak memahami sifat konflik, perubahan dinamika, dan perkembangannya yang baru. Kedua, ia tidak memahami karakter rakyat Palestina, yang tidak akan mengulangi pengalaman pahit tahun 1948.

Rakyat Palestina telah belajar dari sejarah dan tetap teguh pada tanah air mereka. Oleh karena itu, saya yakin proyek ini tidak akan berhasil karena rakyat Palestina tetap bertahan.

Sementara itu, Hamas tidak akan pernah menerimanya. Selain juga adanya penolakan dari sikap politik Palestina secara umum terhadap proyek pemindahan paksa ini.

Apakah menurut anda rencana ini bertujuan untuk menekan Hamas agar memberikan konsesi? Bagaimana masa depan gerakan ini?

Pengalaman perundingan selama setahun penuh telah membuktikan bahwa tekanan untuk membuat Hamas memberikan konsesi mendasar dalam konflik dengan musuh adalah sesuatu yang tidak mungkin terjadi.

Hamas telah membuktikan bahwa meskipun menghadapi agresi, serangan udara, dan perang lebih dari 15 bulan, ia tetap berpegang pada prinsipnya. Hamas tidak mengalami kekalahan dalam pertempuran, bahkan justru keluar sebagai pemenang.

Di setiap tahap perjuangan, orang-orang selalu bertanya tentang masa depan perlawanan. Kami katakan bahwa masa depan perlawanan semakin kuat.

Jika kita melihat perjalanan perjuangan di Palestina sejak 1980-an hingga hari ini, kita akan menemukan bahwa itu adalah perjalanan yang terus meningkat. Meskipun, penuh dengan penderitaan, luka, dan pengorbanan.

Perlawanan ini akan terus berlanjut hingga mencapai tujuannya, yaitu membebaskan Yerusalem.

Ada yang berpendapat bahwa Israel akan menyelesaikan pertukaran tahanan dan kemudian membuka kembali pertempuran, apa pendapat anda tentang hal ini?

Segala kemungkinan terbuka dalam menghadapi musuh Zionis, dan karena itu kami siap untuk semua skenario.

Kami memiliki pengalaman panjang dengan pendudukan Israe. Kami telah banyak belajar bagaimana menghadapi situasi sulit serta mendapatkan keuntungan bagi perjuangan kami dan perjuangan umat Islam secara keseluruhan.

Kami memiliki tujuan yang adil, dan kami tidak akan mundur sampai memperoleh hak-hak sah kami. Kami sangat memahami pola pikir musuh yang kami hadapi.

Apa yang anda harapkan dari Konferensi Timur-Tengah (KTT) Arab mendatang?

Saya berharap ada 2 hal utama dari KTT Arab mendatang. Pertama, penolakan terhadap ide-ide Amerika dan Israel mengenai pemindahan paksa rakyat Palestina. Kedua, lahirnya sikap Arab yang mendukung hak-hak rakyat Palestina dan perlawanan mereka. Serta, adanya program untuk rekonstruksi Gaza yang didukung oleh negara-negara Arab.

Kami siap membantu dalam implementasinya karena pada akhirnya, kami menginginkan kepentingan terbaik bagi rakyat kami.

Kami juga bagian dari bangsa Arab yang harus berdiri bersama kami dan mendukung hak-hak sah kami. Ini yang kami harapkan, insya Allah.

Saat ini Israel fokus pada Tepi Barat, apa yang ingin mereka capai di sana?

Proyek strategis Israel adalah menguasai Tepi Barat, yang telah dibagi menjadi zona A, B, dan C sejak awal.

Mereka bertujuan untuk mencaplok wilayah itu sepenuhnya. Jika tidak ada kesepakatan nasional Palestina dalam menghadapi rencana ini, maka bahaya yang kita hadapi akan sangat besar.

Oleh karena itu, situasi saat ini menuntut adanya persatuan nasional untuk melawan rencana Zionis, baik di Gaza maupun di Tepi Barat.

Apakah anda memperkirakan fase kedua dari perjanjian gencatan senjata akan segera terlaksana?

Sebagai Hamas, kami akan berupaya agar fase kedua ini dapat terlaksana sesuai dengan standar Palestina. Saya kira, pilihan Israel tidaklah mudah.

Mereka tidak dapat begitu saja keluar dari perjanjian setelah fase pertama, terutama karena ada tekanan besar dari masyarakat Israel untuk melanjutkan kesepakatan hingga semua tahanan mereka dibebaskan.

Oleh karena itu, kami sebagai Hamas tetap berpegang pada perjanjian ini dan berharap tidak ada pelanggaran dari pihak Israel.

Bagaimana masa depan rekonsiliasi antara Hamas dan Fatah? Apa kendala utamanya?

Saya pikir kita membutuhkan lebih dari sekadar rekonsiliasi. Kita perlu menata kembali rumah tangga Palestina berdasarkan proyek nasional yang jelas. Yaitu mengembalikan perjuangan asli kita untuk pembebasan dan kepulangan. Ini adalah program asli Organisasi Pembebasan Palestina (PLO).

Menurut saya, kendala utama yang menghambat rekonsiliasi adalah keyakinan sebagian pihak bahwa ada peluang politik melalui negosiasi dengan musuh.

Namun, setelah peristiwa “Thufan Al-Aqsa” (Badai Al-Aqsa), menjadi jelas bahwa tidak ada peluang politik dengan musuh Zionis.

Bisakah anda berbicara tentang Komite Dukungan Masyarakat di Gaza? Apa hasil yang telah dicapai?

Hingga saat ini, komite ini masih dalam tahap perencanaan sebagai bagian dari upaya mengelola Gaza selama periode transisi menuju rekonstruksi dan pemilihan umum Palestina. Saat ini, ide ini masih tetap ada dan terus dibahas.

 

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular