Wednesday, April 2, 2025
HomeBeritaPakar militer: Israel gagal lakukan operasi darat besar-besaran di Gaza

Pakar militer: Israel gagal lakukan operasi darat besar-besaran di Gaza

Pakar militer dan strategis, Brigadir Elias Hanna, mengatakan bahwa tentara pendudukan Israel memiliki rencana militer baru atau model yang digunakannya untuk menyerang Jalur Gaza.

Namun, ia menekankan bahwa perlawanan Palestina di Gaza juga memiliki taktik dan strategi yang akan diterapkan dalam tahap mendatang.

Sebelumnya, tentara pendudukan Israel meminta penduduk Kota Rafah dan daerah lain di selatan Gaza untuk mengosongkan rumah mereka sebelum serangan dilakukan.

Ini terjadi bersamaan dengan syahidnya dan terluka puluhan warga Palestina di Gaza akibat serangan udara Israel pada hari kedua Idul Fitri.

Menurut Brigadir Hanna, ada 4 jalur yang coba digunakan tentara pendudukan Israel untuk masuk ke Gaza.

Dari Beit Lahia menuju Beit Hanoun, dari jalur Netzarim, dari lokasi “Kisufim” menuju Al-Qarara hingga Khan Yunis di selatan Gaza.

Dia menambahkan bahwa Rafah menjadi fokus utama bagi tentara pendudukan. Selain mengontrol protokol kemanusiaan, mereka juga meminta penduduk kota tersebut untuk mengungsi ke daerah yang diklaim aman. Padahal sebenarnya tidak, seperti daerah Al-Mawasi.

Setelah melanggar gencatan senjata di Gaza, tentara pendudukan meningkatkan tekanan militer terhadap Gaza dan perlawanan.

Namun, menurut Brigadir Hanna, situasi kini telah berubah, dan perlawanan ingin mengetahui setidaknya apa tujuan jangka panjang pendudukan Israel.

Respon perlawanan

Mengenai respons perlawanan jika tentara pendudukan memutuskan untuk tetap berada di wilayah Gaza, Brigadir Hanna menjelaskan bahwa perlawanan telah mengatur kembali diri mereka baik secara personel maupun struktural.

Mereka juga telah menunjuk pemimpin baru sebagai pengganti yang gugur dalam agresi. Saat ini, perlawanan mengandalkan persediaan utama dan kemampuan rudalnya, yang telah terlihat dalam serangan ke Tel Aviv dan daerah sekitar Gaza sebelumnya.

Ia juga menyebutkan bahwa jika upaya diplomasi gagal, perlawanan akan menerapkan taktik dan strategi baru dengan membawa tentara pendudukan ke dalam area pemukiman, di mana pertempuran penentu akan terjadi.

Tentara pendudukan Israel sendiri berusaha memasuki Gaza dari daerah kosong dan jalur aman menuju kawasan padat penduduk, karena mereka percaya bahwa di sanalah pusat kekuatan perlawanan berada.

Brigadir Hanna juga menilai bahwa tentara pendudukan Israel kecil kemungkinan akan melancarkan operasi darat besar-besaran di Gaza.

Pasalnya, mereka membutuhkan sekitar 5 hingga 6 brigade tempur penuh. Bukan dari pasukan cadangan, yang saat ini sulit tersedia. Bahkan, sekitar 30-35% dari pasukan cadangan menolak untuk bergabung kembali.

Selain itu, tentara pendudukan sudah mengalami kelelahan setelah 15 bulan berperang.

Kesimpulannya, meskipun tentara pendudukan Israel menggunakan model baru dalam menghadapi perlawanan Palestina di Gaza.

Belum diketahui bagaimana perlawanan akan merespons dan persiapan apa yang telah mereka siapkan untuk menghadapi skenario terburuk.

Sementara itu, Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, mengumumkan bahwa pejuangnya telah meledakkan sebuah tank Israel dengan bom di dekat garis perbatasan.

Mereka juga dan menembaki lokasi tersebut dengan mortir di timur Khan Yunis, selatan Gaza.

Pada 20 bulan ini, Al-Qassam juga mengumumkan bahwa mereka telah menembakkan rudal ke Tel Aviv sebagai respons terhadap pembantaian yang dilakukan Israel terhadap warga sipil di Gaza.

Serangan ini bertepatan dengan pengumuman tentara pendudukan tentang dimulainya operasi darat di Jalur Pantai dari arah Beit Lahia, utara Gaza.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular