Pakistan, pada Senin, (14/10), menyambut kedatangan sekelompok mahasiswa kedokteran Gaza, Palestina untuk menyelesaikan studi mereka di negara itu.
Pakistan menegaskan dukungannya terhadap akses pendidikan dan kesehatan Palestina di tengah kekerasan yang terus berlanjut di Gaza.
Sebanyak 27 mahasiswa tiba di Lahore dari Kairo, menandai gelombang pertama mahasiswa Palestina yang diterima dalam program beasiswa yang diumumkan pada Juli lalu.
“Pakistan dengan hangat menyambut mahasiswa kedokteran Palestina untuk menyelesaikan studi mereka,” kata Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif dalam pernyataannya di X.
Kata Sharif, kehadiran para mahasiswa itu memperkuat solidaritas antara rakyat Pakistan dengan Palestina. Pakistan mendukung penuh hal Palestina untuk pendidikan, kesehatan, dan masa depan yang lebih cerah.
Pada Juli lalu, Pakistan berjanji memberikan beasiswa bagi mahasiswa kedokteran Palestina dari Gaza yang dilanda perang.
Al-Khidmat Foundation, organisasi kemanusiaan di Pakistan, bermitra dengan International Rafah University Islamabad untuk menawarkan beasiswa kepada lebih dari 100 mahasiswa dari Gaza. Perjanjian program ini telah ditandatangani dengan Kedutaan Palestina di Islamabad pada Juni.
Al-Khidmat Foundation, yang aktif di Gaza dan Mesir melalui kemitraan dengan organisasi bantuan Turki dan Mesir, mengelola program beasiswa ini.
Israel telah melanjutkan serangan brutalnya terhadap Jalur Gaza sejak serangan oleh kelompok Hamas Palestina pada 7 Oktober 2023, meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera.
Sedikitnya 62 orang Palestina lagi tewas dalam serangan Israel di Jalur Gaza, menambah jumlah korban jiwa secara keseluruhan sejak tahun lalu menjadi 42.289, kata Kementerian Kesehatan di wilayah itu, Senin (kemarin).
Sekitar 98.684 lainnya juga terluka dalam serangan yang masih berlangsung.
Serangan Israel telah mengusir hampir seluruh penduduk wilayah itu di tengah blokade yang menyebabkan kekurangan parah akan makanan, air bersih, dan obat-obatan.
Upaya mediasi yang dipimpin oleh AS, Mesir, dan Qatar untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tahanan antara Israel dan Hamas telah gagal karena penolakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk menghentikan perang.
Israel juga menghadapi kasus genosida di Pengadilan Internasional atas tindakannya di Gaza.