Saturday, November 22, 2025
HomeBeritaPalestinian for Sale: Unggahan prajurit Israel yang buka tabir pelanggaran berat...

Palestinian for Sale: Unggahan prajurit Israel yang buka tabir pelanggaran berat di Gaza

Tuduhan pelanggaran berat terhadap warga sipil di Gaza kembali mencuat, bukan hanya melalui tindakan di lapangan, tetapi juga lewat unggahan para prajurit Israel sendiri di media sosial.

Sejumlah foto dan video yang beredar menunjukkan praktik penculikan, perlakuan merendahkan martabat, dan kekerasan yang dilakukan terhadap warga Palestina, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan khusus.

Salah satu unggahan terbaru memicu gelombang kecaman yang luas. Seorang prajurit Israel yang telah mengakhiri masa dinas tempurnya mempublikasikan foto dirinya sambil menuliskan komentar bernada provokatif, “Palestinian for sale”—“Palestinian untuk dijual”.

Media internasional menyebutnya sebagai cerminan dari “kebiadaban dalam konteks genosida.”

Bersamaan dengan itu, aktivis daring menyebarkan video yang memperlihatkan sejumlah prajurit Israel menculik seorang pemuda di Jabalia saat operasi darat.

Hingga kini, nasib pemuda tersebut tidak diketahui. Peristiwa itu semakin menguatkan kekhawatiran atas hilangnya banyak warga sipil tanpa jejak sejak perang terakhir.

Unggahan-unggahan tersebut memantik kemarahan luas warganet. Banyak di antara mereka menilai bahwa foto dan video itu membuka tabir tentang skala pelanggaran yang terus berlangsung.

Foto dan video itu juga menggambarkan kondisi warga sipil Palestina yang hingga kini masih hidup dalam ketidakpastian.

Sebagian warganet menilai bahwa caption “Palestinian for sale” bukan sekadar ejekan, melainkan bukti gamblang tentang praktik dehumanisasi yang terstruktur dalam tubuh militer Israel.

Mereka menilai bahwa perayaan atas penyiksaan dan perlakuan semena-mena terhadap tahanan memperlihatkan keretakan moral yang mendalam di lingkungan militer tersebut.

Dalam salah satu komentar, seorang pengguna menulis tentang pemuda yang diculik dari Jabalia.

“Ini tetangga kami, Islam Subhi Afaneh. Ia penyandang disabilitas dan hilang sejak operasi terakhir di Jabalia,” tulisnya.

Komentar lain menegaskan bahwa pemuda tersebut tidak mampu menyebutkan namanya karena kondisi keterbatasannya, sehingga identitasnya tidak segera diketahui setelah ditangkap.

Para aktivis lainnya menyebut bahwa tindakan-tindakan seperti ini menunjukkan jenis kekerasan yang justru dirayakan, bukan disesalkan.

Perilaku demikian, menurut mereka, memperlihatkan budaya impunitas yang mengakar.

Kondisi di mana para tentara merasa bebas untuk menampilkan pelanggaran mereka tanpa takut akan konsekuensi hukum.

Sejumlah unggahan juga mengaitkan fenomena ini dengan film dokumenter Inggris terbaru berjudul “Breaking Ranks: Inside Israel’s War”.

Dokumenter tersebut memaparkan kesaksian prajurit Israel—baik yang tampil dengan nama asli maupun identitas tersembunyi—yang menggambarkan adanya praktik “penembakan tanpa batas” terhadap warga sipil Gaza.

Para prajurit itu menyebut bahwa mereka menerima perintah untuk menghancurkan bangunan di wilayah yang sebelumnya ditetapkan sebagai zona aman, serta menargetkan individu yang tidak menunjukkan ancaman langsung.

Para penulis blog dan aktivis sepakat bahwa rangkaian peristiwa ini bukanlah insiden terpisah.

Melainkan bagian dari pola lebih luas yang menunjukkan praktik penghilangan paksa, perlakuan tidak manusiawi, dan potensi kejahatan perang yang terus berulang.

Mereka menilai bahwa situasi tersebut mencerminkan degradasi moral yang dalam di tubuh militer Israel, sekaligus menegaskan minimnya mekanisme akuntabilitas yang dapat menahan laju pelanggaran.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Terpopuler