Kepala Staf Militer Mesir, Ahmed Fathy Khalifa, melakukan kunjungan mendadak pada Kamis (7/9) ke perbatasan negaranya dengan Jalur Gaza untuk memeriksa situasi keamanan di wilayah tersebut. Demikian dilaporkan kantor berita Anadolu.
Dalam pernyataan militer, Khalifa disebutkan telah meninjau langkah-langkah keamanan di sepanjang perbatasan dengan Gaza, meski tidak memberikan rincian lebih lanjut.
“Angkatan bersenjata mampu mempertahankan perbatasan tanah air, dari generasi ke generasi,” kata Khalifa selama kunjungannya.
Kunjungan ini terjadi sehari setelah seorang pejabat tinggi Mesir menuduh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menghambat negosiasi gencatan senjata. Netanyahu membuat klaim tentang penyelundupan senjata melalui perbatasan Mesir-Gaza.
Koridor Philadelphi, wilayah demiliterisasi di sepanjang perbatasan Mesir-Gaza, menjadi titik perselisihan dalam negosiasi gencatan senjata dan pertukaran tahanan antara Israel dan Hamas.
Netanyahu bersikeras mempertahankan kehadiran militer di sepanjang koridor ini. Dia beralasan jalur tersebut menjadi “jalur utama” bagi Hamas untuk memperkuat persenjataan mereka.
Baca juga: Mesir tolak tuduhan Netanyahu tentang penyelundupan senjata ke Gaza
Baca juga: Kairo tegas tolak kehadiran Israel di area perbatasan Gaza-Mesir
Mesir menolak kehadiran militer Israel di koridor tersebut. Mesir mengecam tuduhan Netanyahu terkait penyelundupan senjata ke Gaza melalui wilayah Mesir.
Pekan lalu, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant menyatakan bahwa penarikan militer Israel dari Koridor Philadelphi tidak akan menimbulkan masalah keamanan bagi Israel.
Selama berbulan-bulan, Amerika Serikat, Qatar, dan Mesir telah mencoba mencapai kesepakatan antara Israel dan Hamas untuk memastikan pertukaran tahanan, gencatan senjata, dan memungkinkan bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza. Namun, upaya mediasi ini terhenti karena Netanyahu menolak memenuhi tuntutan Hamas untuk menghentikan perang.
Israel terus melanjutkan serangan brutal di Jalur Gaza sejak serangan Hamas pada 7 Oktober, meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera.
Lebih dari 40.800 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, tewas dan hampir 94.300 lainnya terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.
Blokade yang berlangsung di wilayah tersebut telah menyebabkan kekurangan pangan, air bersih, dan obat-obatan, membuat sebagian besar kawasan tersebut hancur.
Israel menghadapi tuduhan genosida atas tindakannya di Gaza di Mahkamah Internasional.