Paus Fransiskus secara rutin mengadakan percakapan telepon dengan umat Kristiani di Gaza yang berjuang bertahan hidup di tengah serangan militer Israel selama Natal.
Genosida Israel yang sudah berlangsung hampir 15 bulan ini telah menghancurkan Gaza dan mengancam keberadaan warisan Kristiani di sana.
Dalam pidato Natalnya, Paus mengecam pembunuhan anak-anak oleh Israel sebagai “kekejaman”. Ia juga mengungkapkan dalam wawancara dengan CBS bahwa setiap malam ia berbicara dengan paroki di Gaza yang menceritakan penderitaan mereka, termasuk kelaparan.
Israel menanggapi kritik Paus dengan menyebutnya “mengecewakan” dan menuduhnya menerapkan “standar ganda”. Komunitas Kristiani di Gaza, yang kini tinggal di gereja-gereja seperti Gereja Keluarga Kudus dan St. Porfirios, terus berjuang untuk bertahan hidup.
Munther Isaac, seorang pendeta Palestina, mengatakan bahwa kondisi di Gaza sangat keras, dengan Betlehem terkepung, Yerusalem terluka, dan Gaza dihancurkan. “Kristus masih tertimbun reruntuhan di Gaza,” ujarnya.