Surat kabar Israel al-Yaum (Israel Hari Ini) melaporkan, mengutip sumber terpercaya, bahwa Koordinator Pemerintah Israel di Tepi Barat, Mayor Jenderal Ghassan Alian, bertemu dengan para pemimpin Druze Suriah untuk “memperkuat hubungan”.
Pertemuan ini terjadi sehari setelah Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu menegaskan bahwa Israel tidak akan menoleransi ancaman apa pun terhadap komunitas Druze di selatan Suriah.
Sumber tersebut juga mengungkapkan bahwa Israel mengajukan usulan yang memungkinkan penduduk setempat mendapatkan izin kerja untuk masuk ke Israel pada pagi hari dan kembali ke Suriah pada malam hari.
Surat kabar itu juga menyebutkan bahwa desa-desa dan kota-kota di selatan Suriah sebelumnya telah menolak bantuan kemanusiaan yang ditawarkan oleh tentara Israel.
Sementara itu, surat kabar Yedioth Ahronoth melaporkan bahwa belum ada kejelasan tentang strategi pertahanan Israel.
“Belum jelas apakah strategi pertahanan Israel untuk melindungi perbatasan akan diterapkan,” katanya.
Pada hari Senin sebelumnya, Presiden Suriah, Ahmed Al-Sharaa bertemu dengan tokoh-tokoh masyarakat dan pemuka Druze, menurut laporan dari kantor berita resmi Suriah (SANA).
Di sisi lain, wilayah selatan Suriah, khususnya di provinsi Sweida, Quneitra, serta kota Busra al-Sham dan Nawa di pedesaan Daraa, menyaksikan demonstrasi dan aksi protes.
Aksi tersebut menentang pernyataan Netanyahu yang menyerukan demiliterisasi kawasan tersebut dan melarang penyebaran tentara Suriah yang baru di sana.
“Kami tidak akan mengizinkan pasukan Hay’at Tahrir al-Sham atau tentara Suriah yang baru memasuki wilayah selatan Damaskus,” kata Netanyahu dalam pernyataannya pada hari Minggu.
Ia juga menambahkan bahwa tidak ada toleransi terhadap ancaman apa pun kepada komunitas Druze di selatan Suriah.
Sejak tahun 1967, Israel telah menduduki sebagian besar Dataran Tinggi Golan Suriah. Setelah kejatuhan rezim Bashar al-Assad pada 8 Desember lalu, Israel memanfaatkan situasi tersebut untuk menduduki zona penyangga Suriah.
Israel juga melancarkan serangan udara yang menghancurkan lokasi militer, kendaraan, dan persediaan amunisi tentara Suriah.