Pemimpin kelompok Ansar Allah (Houthi) di Yaman, Abdul Malik al-Houthi, mengutuk keras serangan militer Israel terhadap Iran.
Ia menyebut tindakan itu sebagai perkembangan yang sangat berbahaya bagi stabilitas kawasan secara keseluruhan.
Dalam pidatonya, al-Houthi menyerukan kepada negara-negara Arab dan Islam agar bersatu menghadapi agresi Israel dan tidak tunduk pada tekanan Amerika Serikat (AS).
“Israel menjadikan pusat-pusat bantuan kemanusiaan di Gaza sebagai lokasi eksekusi, genosida, dan jebakan kematian. Ini bukan hanya agresi militer, tapi kejahatan terhadap kemanusiaan,” ujarnya dalam pernyataan yang disiarkan oleh media milik kelompok tersebut.
Al-Houthi menekankan bahwa sudah semestinya Israel dipandang sebagai musuh utama bagi seluruh negara Arab.
Ia mendesak dunia Arab membangun kemampuan militer dan politik yang cukup untuk menghadapi ancaman ini.
Ia juga meminta agar negara-negara Islam tetap tegas dalam menentang serangan Israel terhadap Iran.
“Amerika berusaha memengaruhi posisi negara-negara Arab dan Islam agar condong ke pihak Israel. Ini tidak bisa dibiarkan. Negara-negara yang wilayah udaranya dilanggar, terutama Irak, harus segera bertindak untuk mencegah pelanggaran tersebut, karena itu sama dengan pelanggaran kedaulatan mereka sendiri,” lanjutnya.
Ia menyinggung sikap beberapa negara yang mengaku netral, tetapi pada saat yang sama mengizinkan wilayah udaranya digunakan oleh pesawat-pesawat militer Israel.
“Netralitas semacam itu hanya ilusi ketika wilayah mereka dijadikan jalan bagi agresor,” katanya, merujuk pada Yordania, Suriah, dan Irak.
Al-Houthi juga memperingatkan agar tak satu pun negara mencoba membenarkan pelanggaran wilayah udaranya oleh Israel.
Ia menilai bahwa negara-negara yang membiarkan hal itu terjadi sejatinya telah menyerahkan sebagian kedaulatannya.
Ia khusus menyerukan kepada rakyat Irak untuk memperjuangkan lepas dari kondisi “terjajah secara udara”, sebagaimana yang terjadi di Suriah dan Yordania.
Lebih jauh, al-Houthi menekankan pentingnya meningkatkan kesadaran umat Islam terhadap ancaman yang dihadapi.
Ia menyatakan bahwa peristiwa-peristiwa besar yang terjadi semestinya mendorong solidaritas dan kerja sama antarbangsa di dunia Islam.
Sementara itu, pejabat senior kelompok Houthi, Mohammad al-Bukhaiti, beberapa hari lalu mengatakan bahwa pihaknya siap membantu Iran dalam menghadapi Israel, sebagaimana mereka telah mendukung perjuangan rakyat Palestina di Gaza.
Dalam wawancara dengan Al Jazeera, al-Bukhaiti menegaskan bahwa pihaknya terus menjalin koordinasi dengan Teheran dalam eskalasi yang sedang berlangsung.
Pernyataan itu mengonfirmasi untuk pertama kalinya bahwa serangan Houthi ke wilayah Israel dilakukan dalam kerja sama langsung dengan Iran.
Jebakan kematian
Terkait kondisi kemanusiaan di Gaza, al-Houthi menyampaikan bahwa Israel telah mengubah pusat-pusat distribusi bantuan menjadi “tempat eksekusi massal”.
Ia menuding Israel secara sengaja menargetkan warga Palestina yang kelaparan dan berkumpul di lokasi-lokasi pembagian bantuan, terutama di wilayah Khan Younis dan Rafah.
“Setiap hari, tempat bantuan menjadi lokasi pembantaian warga. Mereka datang hanya untuk sepotong roti, lalu dibantai dengan artileri, peluru, atau serangan udara. Ini adalah genosida yang disamarkan dalam rupa distribusi bantuan,” ujarnya.
Menurut al-Houthi, Israel dan AS menjadikan pengelolaan bantuan sebagai alat kekerasan struktural.
Ia menilai bahwa operasi militer Israel bertujuan tunggal: mengosongkan Gaza dari rakyat Palestina melalui kelaparan, pengusiran, dan penghancuran total permukiman.
Dalam sepekan terakhir, al-Houthi menyebut bahwa Israel telah menghancurkan sejumlah kawasan hunian secara menyeluruh, dan menilai pekan ini sebagai “salah satu yang paling brutal” dengan korban mencapai lebih dari 3.000 orang tewas dan luka-luka.
Ia menambahkan bahwa serangan Israel kini lebih sistematis dan menyasar seluruh lapisan masyarakat, termasuk anak-anak dan perempuan, dengan tujuan akhir memusnahkan eksistensi rakyat Palestina di Gaza.
Sejak 27 Mei lalu, Israel mulai menerapkan skema distribusi bantuan melalui lembaga bernama “Badan Kemanusiaan Gaza”, sebuah entitas yang didukung Israel dan AS tetapi ditolak oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Hal ini memperkuat dugaan adanya agenda tersembunyi di balik bantuan yang tidak berada dalam pengawasan internasional.
Menurut data yang dirilis, sekitar 400 warga Palestina yang mengantre bantuan telah menjadi korban serangan Israel.
Sejak serangan Israel ke Gaza dimulai pada 7 Oktober 2023, dengan dukungan penuh dari Amerika Serikat, lebih dari 185.000 warga Palestina telah menjadi korban tewas atau luka-luka, mayoritas di antaranya adalah anak-anak dan perempuan.
Di samping itu, terdapat lebih dari 11.000 orang yang masih hilang, ratusan ribu pengungsi internal, dan kondisi kelaparan akut yang merenggut banyak nyawa.