Wednesday, April 2, 2025
HomeBeritaPengamat Israel peringatkan Netanyahu tak ikuti pernyataan Trump

Pengamat Israel peringatkan Netanyahu tak ikuti pernyataan Trump

Situasi di Israel tampak kacau dan penuh kebingungan setelah pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump mengenai Gaza.

Ancaman Trump terhadap Hamas—dengan mengatakan bahwa Gaza akan berubah menjadi “neraka” jika semua tahanan Israel tidak dibebaskan sebelum Sabtu siang—menyebabkan kegelisahan di Tel Aviv dan ketidakpastian mengenai apa yang akan terjadi jika pertempuran kembali meletus.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, segera menginstruksikan para menterinya untuk tidak mengeluarkan pernyataan atau komentar mengenai Gaza dan tahap keenam dari kesepakatan pertukaran tahanan.

Ia berjanji kepada mereka bahwa Israel akan mendapatkan dukungan dari AS untuk menghancurkan Hamas jika perang kembali dimulai.

Namun, para analis dan peneliti Israel memperingatkan agar tidak terlalu menyesuaikan diri dengan pernyataan Trump. Mereka mengkhawatirkan bahwa hal ini dapat menyebabkan runtuhnya perjanjian gencatan senjata dan membahayakan nasib 76 warga Israel yang masih ditahan oleh Hamas.

Kebingungan politik

Media Israel memperkirakan bahwa penghentian sementara tahap keenam dari kesepakatan pertukaran ini membuat 9 tahanan yang seharusnya dibebaskan dalam tiga pekan ke depan tetap berada dalam tahanan.

Selain itu, ada 24 tahanan lainnya yang menurut perkiraan Israel masih hidup dan diharapkan dibebaskan dalam tahap kedua kesepakatan.

Dengan perkembangan ini dan pelanggaran Israel terhadap protokol kemanusiaan di Gaza, analis militer Haaretz, Amos Harel, menyatakan bahwa Trump dan Netanyahu sedang bermain api.

“Dan atas dasar ini tentara Israel bersiap menghadapi kemungkinan pertempuran baru di garis depan Gaza,” tambahnya.

Sebagai refleksi dari kebingungan di tingkat politik, analis militer tersebut menjelaskan bahwa Angkatan Bersenjata Israel bersiap untuk mobilisasi cadangan terbesar sejak perang dimulai jika gencatan senjata runtuh.

“Situasi saat ini sangat dramatis, menegangkan, dan tidak pasti,” ujarnya.

Baginya, melanjutkan perang dapat menyebabkan kematian puluhan tahanan serta banyak tentara dan warga sipil Israel maupun Palestina di Gaza.

Ia juga mengingatkan agar tidak terlalu bergantung pada pernyataan Trump.

“Tidak bijak bergantung pada pernyataan Trump, meskipun terdengar sangat kuat dan sepenuhnya berpihak pada Israel,” katanya.

Harel mempertanyakan reaksi Hamas terhadap ancaman AS tersebut.

“Bagaimana Hamas akan bereaksi terhadap ancaman baru dari AS? Apakah mereka punya sesuatu untuk hilang? Bagaimana Israel dan AS akan bertindak jika Hamas menolak ancaman Trump? Bahkan jika pertempuran kembali dimulai, apakah itu akan membawa kemenangan bagi Israel?” Tegasnya.

Tekanan yang meningkat

Analisis serupa disampaikan oleh pengamat keamanan dan militer dari Yedioth Ahronoth, Ron Ben-Yishai, yang berpendapat bahwa pernyataan Trump telah menciptakan kebingungan di Israel.

Menurutnya, Netanyahu kini berada di bawah tekanan dari berbagai pihak, termasuk Trump, para menteri dalam pemerintahannya, keluarga para tahanan, dan opini publik Israel.

Ben-Yishai menjelaskan bahwa Hamas telah mengumumkan penghentian kesepakatan pertukaran tahanan pada Sabtu mendatang, tetapi masih membuka pintu bagi para mediator untuk melanjutkan negosiasi.

Namun, ancaman Trump telah memperumit situasi, terutama dengan sikap pemerintahan Netanyahu yang tampak sejalan dengan pernyataan tersebut.

Menurutnya, pernyataan Trump telah menempatkan Netanyahu dalam dilema politik dengan koalisinya, terutama sayap kanan yang tidak ingin terlihat lebih moderat dibandingkan Trump.

“Sayap kanan ekstrem menginginkan perang kembali, meskipun operasi militer baru di Gaza dapat membahayakan para tahanan. Oleh karena itu, ada kemungkinan bahwa krisis ini akan diselesaikan secara diplomatis, dan tahap pertukaran tahanan akan tetap berlangsung sesuai rencana,” katanya.

Kekhawatiran atas masa depan kesepakatan

Sementara itu, pengamat politik dari situs berita Walla, Barak Ravid, berpendapat bahwa Netanyahu optimis dengan Trump. Baginya, Netanyahu melihat pernyataan presiden AS itu sebagai kesempatan emas untuk memperkuat koalisinya.

“Namun, ia mengabaikan dampak pernyataan tersebut terhadap nasib para tahanan Israel,” katanya.

Ravid menjelaskan bahwa ancaman Trump terhadap Hamas telah mendorong Netanyahu untuk mengesampingkan kesepakatan pertukaran tahanan.

“Rencana Trump untuk memindahkan penduduk Gaza telah menciptakan kesan di kalangan pemimpin Israel bahwa semua masalah mereka telah teratasi. Ada euforia di antara para menteri, tetapi para tahanan bisa menjadi korban dari kegembiraan ini,” ujarnya.

Menurut sumber keamanan Israel, ada kekhawatiran bahwa euforia para menteri Netanyahu dapat menyebabkan kegagalan tahap pertama dari kesepakatan pertukaran tahanan.

Ia juga memperingatkan pernyataan Netanyahu dalam rapat kabinet terakhir.

“Kehadiran Trump di Gedung Putih memberikan kesempatan besar bagi Israel untuk melakukan apa pun yang diinginkan di Gaza,” ungkapnya.

Ravid menekankan bahwa agar Netanyahu berhati-hati untuk tidak secara terbuka mengadopsi pernyataan Trump. Bahkan, menurutnya, ketika Trump mengancam Hamas dengan neraka.

Sikap ini, menurutnya, hanya menambah kebingungan dan ketidakjelasan dalam posisi resmi Israel mengenai gencatan senjata dan kesepakatan pertukaran tahanan di Gaza.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular