Wednesday, March 26, 2025
HomeBeritaPenulis Israel: Trump hampir picu perang dunia ketiga

Penulis Israel: Trump hampir picu perang dunia ketiga

Dalam sebuah artikel yang diterbitkan oleh surat kabar Israel Zman, penulis Dan Bar Nir menyoroti kebijakan kontroversial Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump.

Ia mempertanyakan apakah pendekatan Trump dalam menangani isu global dapat memicu Perang Dunia Ketiga.

Penulis mencatat bahwa meskipun Trump pernah berjanji untuk mengakhiri perang di dunia, visinya yang dikenal dengan slogan “America First” berlandaskan prinsip bahwa AS tidak akan ikut campur dalam urusan luar negeri kecuali jika ada kepentingan yang jelas dan mendesak.

Oleh karena itu, strategi luar negerinya tidak berfokus pada menjaga keseimbangan kekuatan global.

Menurut penulis, pendekatan ini mungkin memberikan keberhasilan dalam jangka pendek. Tetapi dalam jangka panjang dapat melemahkan dominasi global AS dan memperkuat musuh-musuhnya.

Dilema Ukraina

Penulis menyoroti bahwa perang pertama yang ingin diakhiri oleh Trump adalah perang antara Rusia dan Ukraina, yang berlangsung sejak Februari 2022.

Sejak awal invasi Rusia, Barat menganggap Ukraina sebagai “tameng Eropa”. Ada kekhawatiran bahwa jika Vladimir Putin berhasil merebut Ukraina, Rusia mungkin akan mencoba menguasai seluruh benua.

Karena itu, pemerintahan Presiden Joe Biden sebelumnya memberikan bantuan besar kepada Kyiv yang mencapai $175 miliar.

Namun, setelah Trump kembali berkuasa, sikap AS berubah drastis. Trump tidak melihat alasan untuk terus menggelontorkan dana sebesar itu demi melindungi Ukraina dan lebih memilih untuk segera mengakhiri perang.

Hal ini menyebabkan ketegangan yang memuncak saat Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berkunjung ke Gedung Putih.

Bukan hanya Ukraina yang terdampak. Trump juga mengumumkan pengurangan kontribusi AS terhadap NATO, meragukan kelangsungan aliansi militer di Asia Tenggara, serta menarik diri dari berbagai perjanjian dagang dengan sekutu.

Trump juga mengajukan syarat untuk mengubah perjanjian dengan Korea Selatan agar pasukan AS tetap berada di Semenanjung Korea.

Ia bahkan mengancam akan membatasi perdagangan dengan Kanada dan secara samar menyatakan kemungkinan mencaplok negara itu ke dalam AS.

“Kami tidak akan melindungi kalian”

Penulis berpendapat bahwa kebijakan Trump mengirim pesan jelas kepada sekutu Washington.

“Amerika Serikat bukan lagi jaring pengaman kalian… Bersiaplah untuk bergantung pada diri sendiri,” tulisnya.

Namun, pendekatan Trump di Timur Tengah sangat berbeda. Sejak masa jabatan pertamanya, ia menerapkan kebijakan “yang baik melawan yang jahat”.

Pesan ini mempunyai arti memperkuat hubungan dengan negara-negara yang sejalan dengan kebijakan AS dan menentang Iran.

Menurut penulis, Abraham Accords—yang ditandatangani pada September 2020—menandai perubahan geopolitik besar dan tetap bertahan meskipun ada berbagai tantangan, termasuk perang di Gaza.

Perjanjian ini telah menciptakan kerja sama regional yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Serangan AS di Yaman serta meningkatnya ancaman terhadap Iran dan Hamas menunjukkan bahwa Trump menerapkan kebijakan pencegahan militer di Timur Tengah. Sementara di bagian dunia lain, ia membongkar aliansi tradisional AS.

Perang dunia ketiga

Penulis mengingatkan bahwa dunia sebelumnya pernah berada di ambang Perang Dunia Ketiga, khususnya selama Krisis Rudal Kuba tahun 1962, ketika Uni Soviet memiliki pengaruh besar di Eropa, Asia Tengah, Afrika Utara, Timur Jauh, dan Timur Tengah.

Namun, keseimbangan kekuatan antara blok Barat dan Timur saat itu mencegah terjadinya perang besar.

Saat ini, menurut penulis, justru AS yang berpotensi membuka jalan bagi pecahnya Perang Dunia Ketiga.

Meskipun Trump berhasil meredakan ketegangan di Ukraina dan Gaza, strateginya yang melemahkan sekutu tradisional AS dapat membawa konsekuensi berbahaya.

Penulis menyimpulkan bahwa meskipun bisa dipahami bahwa rakyat Amerika lelah menjadi “polisi dunia”, menyerahkan posisi yang telah dibangun selama beberapa dekade dapat memberi kesempatan bagi “blok anti-demokrasi” untuk memperkuat persenjataan mereka dan bersatu melawan Barat yang semakin terpecah.

“Ketika perang dunia berikutnya meletus, Amerika Serikat akan dipaksa kembali menyelamatkan dunia. Tetapi kali ini, tidak ada jaminan bahwa mereka akan berhasil,” tegasnya.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular