Thursday, June 12, 2025
HomeBeritaPep Guardiola: Melihat anak-anak Gaza dibunuh, tubuh saya ikut merasakan sakit

Pep Guardiola: Melihat anak-anak Gaza dibunuh, tubuh saya ikut merasakan sakit

Manajer Manchester City, Pep Guardiola, mengungkapkan keprihatinan mendalam terhadap krisis kemanusiaan yang terjadi di Gaza.

Ia menyebut gambar-gambar anak-anak yang menjadi korban dalam konflik di wilayah tersebut sebagai sesuatu yang “menyakitkan” dan membuat dirinya merasa “sangat terganggu.”

Pernyataan tersebut disampaikan Guardiola saat menerima gelar kehormatan dari Universitas Manchester, Senin (9/6/2025).

Dalam pidato yang menyentuh dan dibagikan secara luas di media sosial, pelatih asal Spanyol itu menyerukan agar masyarakat dunia tidak tinggal diam dalam menghadapi ketidakadilan.

“Sangat menyakitkan melihat apa yang terjadi di Gaza. Seluruh tubuh saya terasa sakit,” kata Guardiola seperti dilansir Al Jazeera.

“Kadang kita berpikir, ketika melihat anak-anak berusia empat tahun terbunuh oleh bom atau ketika rumah sakit yang seharusnya melindungi malah menjadi tempat kematian, bahwa itu bukan urusan kita. Ya, mungkin bukan. Tapi hati-hati—anak-anak yang menjadi korban berikutnya bisa jadi anak kita.”

Guardiola juga menyebutkan ketiga anaknya—Maria, Marius, dan Valentina—sebagai alasan mengapa konflik di Gaza menyentuhnya secara pribadi. “Setiap pagi sejak mimpi buruk ini dimulai, saya melihat anak-anak saya dan merasa sangat takut,” ujarnya.

Hampir separuh dari 2,3 juta penduduk Gaza adalah anak-anak. Sejak 7 Oktober 2023, Kementerian Kesehatan di Gaza mencatat sedikitnya 17.400 anak telah tewas, termasuk 15.600 yang telah teridentifikasi. Banyak lainnya masih tertimbun reruntuhan dan diduga meninggal dunia.

Selain kehilangan tempat tinggal dan sekolah, anak-anak yang selamat harus menghadapi trauma berkelanjutan, hidup di bawah blokade yang telah berlangsung selama bertahun-tahun, serta sistem kesehatan yang nyaris kolaps.

Guardiola menyebut diamnya dunia internasional sebagai bagian dari masalah. “Kita merasa lebih aman jika memilih diam daripada berbicara,” katanya. “Mungkin gambar-gambar itu terasa jauh dari kehidupan kita, dan kita bertanya, ‘Apa yang bisa kita lakukan?’”

Dalam pidatonya, Guardiola menceritakan sebuah kisah simbolik tentang seekor burung kecil yang mencoba memadamkan kebakaran hutan dengan membawa air setetes demi setetes di paruhnya.

“Kisah itu mengingatkan saya bahwa kekuatan seseorang tidak terletak pada seberapa besar tindakannya, tapi pada pilihannya—untuk hadir, untuk tidak diam, ketika itu paling dibutuhkan,” kata mantan pelatih FC Barcelona tersebut.

Ia juga menyinggung konflik di Sudan dan Ukraina, menyebut bahwa penderitaan anak-anak dan keluarga yang tak bersalah di berbagai belahan dunia menunjukkan kegagalan para pemimpin dunia.

“Kita melihat ribuan anak, ibu, dan ayah yang menderita, kelaparan, dan terbunuh. Tapi kita dikelilingi oleh para pemimpin—bukan hanya di bidang politik—yang tak mengindahkan ketimpangan dan ketidakadilan yang terjadi,” pungkas Guardiola.

 

Pizaro Idrus
Pizaro Idrus
Kandidat PhD bidang Hubungan Internasional Universitas Sains Malaysia. Peneliti Asia Middle East Center for Research and Dialogue
ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular