Friday, November 22, 2024
HomeHeadlinePertempuran Jabalia adalah "hidup dan mati" bagi pejuang Palestina

Pertempuran Jabalia adalah “hidup dan mati” bagi pejuang Palestina

perlawanan di wilayah ini adalah upaya untuk mencegah kehilangan kendali atas wilayah tersebut dan memasuki pertempuran yang akan melemahkan pasukan Israel secara bertahap

Perlawanan pejuang Palestina di Jabalia, utara Gaza menghadapi kondisi “hidup atau mati”, demikian dikatakan pakar militer, Brigadir Jenderal Ilyas Hanna, dalam wawancara dengan Aljazeera Arabic pada Ahad (20/10).

Hanna mengatakan, pejuang Palestina terus bertempur dari jarak dekat. Menurutnya, yang terjadi saat ini adalah masalah eksistensi bagi kelompok-kelompok perlawanan Palestina.

Hanna menggambarkan eskalasi pertempuran antara kelompok perlawanan dan militer Israel di kamp pengungsi Jabalia, yang terletak di bagian utara Gaza.

Menurutnya, perlawanan di wilayah ini adalah upaya untuk mencegah kehilangan kendali atas wilayah tersebut dan memasuki pertempuran yang akan melemahkan pasukan Israel secara bertahap.

Hanna menjelaskan, kelompok perlawanan memanfaatkan sisa-sisa amunisi yang tidak meledak dari pihak Israel. Amunisi itu digunakan kembali untuk membuat alat peledak improvisasi, senjata anti-tank, dan untuk serangan penembak jitu.

Ini mencerminkan kemampuan mereka untuk bertahan dan beradaptasi dengan sumber daya yang terbatas di tengah konflik.

Lebih lanjut, Hanna menilai penggunaan pasukan militer Israel yang tidak lengkap, serta kehadiran Brigade Infanteri Givati menandakan betapa pentingnya Jabalia dalam strategi militer Israel.

Menurutnya, Jabalia merupakan pusat penting bagi perlawanan serta basis pendukung bagi para pejuang.

Kelompok perlawanan Hamas, melalui sayap militernya, Brigade Izzuddin Al-Qassam, pada hari Ahad menyiarkan cuplikan serangan mereka terhadap kendaraan militer Israel dengan alat peledak dan senjata anti-tank.

Mereka juga terlibat dalam pertempuran jarak dekat melawan pasukan khusus Israel.

Hanna menilai operasi Israel di Jabalia merupakan bentuk baru dengan tujuan lama. Yakni membuka jalan bagi kemungkinan pemukiman Israel di masa depan, setelah penghancuran total wilayah tersebut dan pengusiran penduduk setempat.

Hanna juga mengatakan bahwa Israel sedang berlomba dengan waktu untuk melaksanakan rencananya di Jabalia sebelum tenggat waktu yang dipengaruhi situasi politik Amerika Serikat. Termasuk pemilihan presiden mendatang.

Militer Israel telah menghancurkan banyak bangunan di Jabalia, termasuk dengan cara memfungsikan bom yang ditempatkan di gedung-gedung tinggi dan juga menggunakan serangan udara.

Kamp tersebut sekarang dikepung opasukan Israel yang berusaha mencegah penduduk melarikan diri ke kota Gaza. Israel memaksa mereka untuk mengungsi ke selatan.

Di sisi lain, Kementerian Dalam Negeri Gaza telah memperingatkan warga untuk tidak mengikuti instruksi dari militer Israel yang meminta mereka mengosongkan rumah mereka.

Perkembangan di Lebanon
Sementara itu, di perbatasan utara, Hanna menjelaskan pergerakan terpenting dari militer Israel di perbatasan Lebanon melibatkan Divisi 210 yang bergerak ke arah Pertanian Shebaa.

Tujuan pergerakan ini adalah untuk memisahkan daerah Beqaa dari wilayah selatan Sungai Litani.

Divisi 210 telah bergabung dengan empat divisi lainnya yang terlibat dalam infiltrasi darat di Lebanon selatan, termasuk Divisi 98, 91, 36, dan 146.

Menurut Hanna, yang merupakan pensiunan brigadir jenderal dari Angkatan Darat Lebanon, Israel berusaha mengepung desa Aita al-Shaab sebagai upaya untuk mengisolasinya.

Hanna menegaskan, tujuan Israel adalah menguasai titik-titik ketinggian di dalam wilayah Lebanon yang memiliki pandangan langsung ke Israel, dan dapat menyerang permukiman-permukiman Israel.

Israel ingin menduduki wilayah tersebut, menghancurkannya, dan memaksa penduduknya pergi tanpa terjebak dalam perang berkepanjangan.

Baca juga: Israel poles kematian kolonelnya agar heroik seperti Sinwar

Baca juga: EDITORIAL | Sinwar dan Warga Dunia yang Merdeka

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular