Monday, December 2, 2024
HomeEditorialEDITORIAL | Sinwar dan Warga Dunia yang Merdeka

EDITORIAL | Sinwar dan Warga Dunia yang Merdeka

Sinwar, yang ditemukan tewas dengan mengenakan rompi tempur dan kafiyeh. Dia menderita luka tembak di kepala, lengan, dan lutut, mengundang simpati tidak hanya dari umat Islam, tetapi juga dari "warga dunia yang merdeka"

Israel baru-baru ini mempublikasikan foto dan video kematian Yahya Sinwar, pemimpin Hamas, yang gugur dalam pertempuran pada Rabu (16/10) di Tal Sultan, Rafah, bagian selatan Jalur Gaza.

Langkah ini diambil oleh Israel untuk meyakinkan dunia internasional bahwa mereka telah berhasil membunuh buronan nomor satu, yang dianggap paling bertanggung jawab atas serangan 7 Oktober 2023.

Sebelum Hamas secara resmi mengumumkan kematian Sinwar pada Jumat (18/10), Israel beberapa kali mengklaim bahwa Sinwar telah tewas, meskipun klaim-klaim sebelumnya tidak pernah terbukti.

Namun, kali ini, Israel mengakui bahwa mereka menemukan Sinwar secara tidak sengaja dalam baku tembak saat melakukan patroli rutin di Rafah. Jasad pejuang yang mereka temukan di medan pertempuran diduga kuat adalah Yahya Sinwar.

Tentara Israel kemudian mengambil foto dan video jenazah tersebut sebagai bukti. Gigi jenazah tersebut dicocokkan dengan catatan gigi Sinwar.

Sebagai bagian dari prosedur forensik, mereka memotong jari telunjuk kiri jasad itu untuk dianalisis.

Hasilnya menunjukkan kecocokan, yang mengonfirmasi bahwa jasad tersebut memang Yahya Sinwar.

Selain untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Sinwar telah gugur, Israel juga bermaksud mempermalukan Sinwar dan melemahkan semangat perlawanan Hamas serta rakyat Palestina.

Namun, meskipun Israel berusaha mengolok-olok kematian Sinwar, respons dunia tampaknya justru berbeda.

Sinwar, yang ditemukan tewas dengan mengenakan rompi tempur dan kafiyeh. Dia menderita luka tembak di kepala, lengan, dan lutut, mengundang simpati tidak hanya dari umat Islam, tetapi juga dari “warga dunia yang merdeka”.

Warga Dunia yang Merdeka

Frase “Warga Dunia yang Merdeka” sering digunakan oleh Hamas dalam pernyataan resmi mereka. Biasanya, frase ini muncul setelah sapaan kepada rakyat Palestina, bangsa Arab, dan umat Islam di seluruh dunia.

Dengan menyapa “Warga Dunia yang Merdeka,” Hamas berupaya menyampaikan pesan perjuangan mereka yang tulus kepada seluruh masyarakat dunia.

Melalui gambar dan video yang disebarkan Israel, dunia melihat bahwa Sinwar gugur di medan perang.

Dia tidak melarikan diri ke luar negeri, tidak bersembunyi di dalam terowongan, dan tidak menggunakan para pengungsi sebagai perisai manusia.

Bahkan, Sinwar tidak menjadikan para sandera Israel sebagai tameng hidup.

Seorang influencer asal Amerika Serikat, @sneako, menulis: “Yahya Sinwar membawa perspektif baru bagi Barat tentang Hamas.” Pemilik nama asli Nico Kenn De Ballinthazy tersebut memandang Sinwar sebagai sosok yang lahir di kamp pengungsi dan berjuang untuk membebaskan bangsanya.

Bahkan seorang jurnalis Yahudi Amerika, Dan Cohen, menyatakan bahwa Israel melakukan kesalahan besar dengan menyebarkan gambar kematian Sinwar yang sempat melakukan perlawanan sebelum gugur.

“Zionis menyadari mereka telah melakukan kesalahan dengan menyebarkan gambar Sinwar. Dunia sudah melihat sosok pejuang sejati,” tulis Cohen di akun Twitternya @dancohen3000.

“Israel mungkin menganggap ini sebagai akhir yang memalukan, namun saya tidak yakin dunia akan melihatnya seperti itu,” tulis @keithwoods.

“Boleh saja tidak menyukai Sinwar. Tapi kita tidak bisa mengatakan bahwa dia mati sebagai pecundang, seperti halnya Bibi (Netanyahu) yang bersembunyi di bunker. Sinwar bertempur di garis depan seperti seekor singa,” tambah Jake Shields, atlet asal Amerika Serikat, melalui akun Twitternya, @jakeshields.

Israel dan pendukungnya mungkin mengolok-olok kematian Sinwar, namun “Warga Dunia yang Merdeka” melihatnya dengan cara yang berbeda. Mereka adalah orang-orang yang merdeka dari hegemoni pemikiran dan cengkeraman penguasa dunia yang tunduk pada Zionisme.

Yahya Sinwar memang gugur dibunuh oleh penjajah yang dahulu mengusir orang tuanya dari Majdal Asqalan, 76 tahun yang lalu. Namun, Sinwar sendiri telah lama mengimpikan untuk mati syahid di tangan musuhnya, Israel.

Tiga tahun yang lalu, Sinwar pernah mengatakan bahwa dia lebih memilih mati di tangan musuhnya daripada meninggal karena usia tua atau penyakit. “Supaya aku bertemu Allah sebagai syahid,” ucap Sinwar kala itu.

Kini, “Warga Dunia yang Merdeka” mendengar seruanmu, Yahya Sinwar. Mereka mendukung perjuanganmu, Abu Ibrahim. Allah, Rabbmu mendengar dan mengabulkan cita-citamu.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular