Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez pada Rabu (9/7/2025) secara terbuka menuduh Israel melakukan genosida terhadap rakyat Palestina dan menyatakan bahwa Uni Eropa belum berbuat cukup untuk menghentikannya.
“Tak ada satu pun pihak yang menginjak-injak prinsip dasar Uni Eropa—atau menggunakan kelaparan dan perang untuk melenyapkan suatu negara yang sah—yang layak menjadi mitra Uni Eropa,” ujar Sanchez dalam pidato di hadapan parlemen Spanyol.
Ia secara langsung mengkritik pemerintahan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, dan menyebut tindakan-tindakan yang dilakukan sebagai “salah satu episode tergelap dalam sejarah abad ke-21.”
“Gambar-gambar mengerikan anak-anak yang mencari keluarganya di bawah reruntuhan, atau yang meninggal karena kelaparan di dalam tenda, seharusnya tidak hanya menyentuh hati dan membuat kita malu, tetapi juga mendorong komunitas internasional—khususnya Eropa—untuk bertindak,” tegasnya.
Sanchez mengungkapkan bahwa pada Februari 2024, Spanyol dan Irlandia telah meminta Uni Eropa untuk meninjau ulang kepatuhan Israel terhadap Perjanjian Asosiasi Uni Eropa-Israel, khususnya Pasal 2 yang mengaitkan kerja sama dengan penghormatan terhadap hak asasi manusia.
“Kami harus memperjuangkan agar analisis itu benar-benar dilakukan,” ujarnya.
Menurut Sanchez, pada 23 Juni lalu, perwakilan khusus Uni Eropa telah menyerahkan laporan kepada para menteri luar negeri Uni Eropa, yang menyimpulkan bahwa terdapat “lebih dari cukup indikasi” bahwa Israel telah melanggar ketentuan tersebut.
Meski Uni Eropa belum mengambil tindakan konkret, pemerintah Spanyol kini mendorong agar kerja sama dalam kerangka perjanjian tersebut segera ditangguhkan.
“Apa yang kita kecam ketika dilakukan oleh (Presiden Rusia) Vladimir Putin di Ukraina, tak bisa kita biarkan dilakukan Netanyahu di Palestina,” tambahnya.
Sejak Oktober 2023, serangan militer Israel di Jalur Gaza telah menewaskan lebih dari 57.000 warga Palestina dan menghancurkan sebagian besar wilayah, menjadikannya nyaris tak layak huni.