Presiden Israel Isaac Herzog mendesak para pemimpin politik Israel untuk mengambil langkah terakhir dalam mencapai kesepakatan gencatan senjata sekaligus pembebasan sandera di Gaza.
Dalam acara penyalaan lilin Hanukkah bersama para tentara yang terluka di Tel Aviv, Rabu (25/12), Herzog menegaskan dukungan penuh terhadap pemerintah untuk mencapai kesepakatan tersebut.
Hal tersebut dilaporkan Times of Israel pada Rabu (25/12).
“Kita berada di saat kritis untuk memulangkan mereka,” kata Herzog.
Herzog mengatakan, dia baru saja mengadakan konferensi di Kediaman Presiden yang membahas kondisi medis para sandera. Dia mendengar langsung dari sandera yang telah dibebaskan dan para ahli medis.
“Berdasarkan informasi yang disampaikan, saya bisa katakan: nyawa para sandera berada dalam bahaya besar dan langsung. Ancaman terhadap hidup mereka meningkat setiap hari,” kata Herzog.
Herzog meminta pemerintah untuk menggunakan seluruh kekuatan dan sumber daya demi mewujudkan kesepakatan.
“Ini adalah tugas kalian, tanggung jawab kalian. Kalian memiliki dukungan penuh saya untuk memulangkan mereka,” tambahnya.
Namun, Herzog juga mengingatkan bahwa Hamas adalah “musuh biadab” yang berupaya melemahkan Israel melalui “manuver psikologis.”
Proses Negosiasi yang Tersendat
Meskipun peran Herzog sebagian besar simbolis, mantan anggota parlemen ini pernah terlibat dalam diplomasi, termasuk dalam upaya pembebasan turis Israel yang ditahan di Turki.
Di sisi lain, negosiasi terkait pembebasan sandera dan gencatan senjata yang sebelumnya diwarnai optimisme kini kembali tersendat.
Pemimpin oposisi, Yair Lapid, menuduh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu tidak benar-benar berniat menandatangani kesepakatan pembebasan sandera.
“Jika Netanyahu benar-benar bertekad, dia seharusnya pergi sendiri ke Kairo atau Doha. Dia seharusnya menggerakkan seluruh komunitas internasional untuk mencapai kesepakatan,” ujar Lapid.
Kantor Netanyahu, dalam pernyataannya Rabu (25/12), menuduh Hamas melanggar kesepakatan yang sudah dicapai dan menyalahkan kelompok tersebut atas kebuntuan negosiasi.
“Organisasi teroris Hamas kembali berbohong dan mengingkari kesepakatan sebelumnya, membuat negosiasi menjadi semakin sulit. Namun, Israel akan terus berusaha tanpa lelah untuk memulangkan semua sandera kami,” bunyi pernyataan tersebut.
Perbedaan yang Belum Terselesaikan
Hamas, pada hari yang sama, menuduh Israel membuat tuntutan baru yang menyebabkan penundaan negosiasi.
Sumber-sumber yang mengetahui proses pembicaraan mengungkapkan kepada media bahwa meskipun tim negosiasi Israel telah kembali dari Qatar, diskusi internal masih berlangsung. Jika ada kemajuan, tim baru akan dikirim kembali ke Doha.
Beberapa perbedaan utama masih menjadi penghalang, termasuk belum adanya daftar resmi sandera yang masih hidup atau meninggal yang dapat ditukar dalam kesepakatan.
Menurut laporan Channel 12, Israel menegaskan bahwa pembicaraan tidak dapat dilanjutkan hingga daftar tersebut diberikan.
Kesepakatan yang dimediasi Qatar, Mesir, dan Amerika Serikat ini diharapkan dapat menjadi langkah awal dalam mengakhiri konflik yang terus berlangsung sejak serangan Hamas pada 7 Oktober tahun lalu.
Baca juga: Empat negara Arab nyatakan dukungan untuk pemerintahan baru Suriah
Baca juga: UNRWA: Tiap satu jam, satu anak Gaza terbunuh oleh Israel