Qatar mengonfirmasi negosiasi untuk mengakhiri genosida Israel terhadap warga Palestina di Jalur Gaza terus berlangsung, namun belum memungkinkan untuk menetapkan batas waktu penyelesaiannya.
Hal tersebut dilaporkan kantor berita Anadolu pada Rabu (8/1).
Pernyataan ini disampaikan Majed Al-Ansari, penasihat Perdana Menteri Qatar sekaligus juru bicara Kementerian Luar Negeri, dalam jumpa pers mingguan di Doha, sebagaimana dirilis kementerian tersebut.
Menurut Al-Ansari, pembahasan masih berada pada “level teknis”. Ia menegaskan komitmen Qatar untuk melanjutkan upaya mediasi meskipun menghadapi tantangan besar.
“Qatar selalu percaya pada pentingnya melanjutkan upaya ini, betapapun sulitnya keadaan,” ujar Al-Ansari.
Pekan lalu, delegasi Israel kembali ke Doha untuk melanjutkan negosiasi tidak langsung dengan kelompok Hamas. Pembicaraan ini dimediasi Qatar dan Mesir dengan tujuan menyelesaikan pertukaran tahanan serta mencapai gencatan senjata.
Al-Ansari menjelaskan, perwakilan dari semua pihak bertemu secara rutin di Doha dan Kairo. Dia mengingatkan, belum ada batas waktu atau ekspektasi spesifik terkait negosiasi tersebut.
“Kami akan mengumumkan hasil langsung begitu ada kesepakatan yang tercapai,” tambahnya.
Sejak lebih dari setahun lalu, Hamas telah menyatakan kesiapan untuk menyelesaikan kesepakatan. Bahkan, pada Mei 2024, Hamas menyetujui proposal yang diajukan Presiden AS Joe Biden.
Namun, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menarik diri dari kesepakatan tersebut dan mengajukan syarat baru, termasuk melanjutkan operasi militer di Gaza serta menolak menarik pasukan.
Di sisi lain, Hamas bersikeras pada penghentian penuh permusuhan dan penarikan pasukan Israel.
Kritik datang dari oposisi Israel dan keluarga para tawanan yang menuduh Netanyahu menghambat kesepakatan demi kepentingan politiknya.
Para menteri garis keras dalam koalisinya, seperti Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir dan Menteri Keuangan Bezalel Smotrich, bahkan mengancam akan meninggalkan pemerintahan jika gencatan senjata disetujui.
Saat ini, Israel menahan lebih dari 10.300 warga Palestina, sementara Hamas dikabarkan menahan sekitar 100 tawanan Israel di Gaza. Hamas menyebutkan, puluhan tawanan tewas akibat serangan udara Israel yang membabi buta.
Perang yang dilancarkan Israel di Gaza telah menewaskan hampir 46.000 orang, mayoritas perempuan dan anak-anak, sejak serangan lintas batas oleh Hamas pada 7 Oktober 2023.
Hal ini terus berlangsung meski Dewan Keamanan PBB telah menyerukan gencatan senjata segera.
Pada November tahun lalu, Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel juga menghadapi tuntutan genosida di Pengadilan Internasional atas perang yang dilancarkan terhadap wilayah tersebut.
Baca juga: Prajurit Israel kembali tewas dalam pertempuran di Gaza
Baca juga: Israel gusar banyak negara ingin tangkap tentaranya akibat genosida Gaza