Raja Spanyol, Felipe VI, mengecam penderitaan warga Palestina di Jalur Gaza yang ia sebut sebagai “derita yang melampaui kata-kata”.
Pernyataan itu disampaikan saat kunjungannya ke Mesir, Selasa (16/9/2025), pada saat pemerintah Spanyol kian vokal menyerukan tindakan internasional untuk menghentikan genosida yang dilakukan Israel.
“Serangan-serangan Israel telah menimbulkan begitu banyak korban, menciptakan krisis kemanusiaan yang tak tertahankan, dan membawa penderitaan yang tak terkatakan bagi ratusan ribu warga sipil tak bersalah. Gaza hancur total,” kata Felipe VI.
Ungkapan itu jarang muncul dari sang raja yang biasanya enggan menanggapi isu-isu politik internasional.
Ia menambahkan, kunjungannya ke Mesir dilakukan pada “masa yang penuh kegoncangan dan tragedi di kawasan Timur Tengah”.
Pemerintah Spanyol sendiri kini menjadi salah satu suara paling lantang di Eropa dalam mengkritik Israel.
Setelah bersama Irlandia dan Norwegia mengakui negara Palestina pada Mei 2024, Madrid mengambil sejumlah langkah politik dan diplomatik guna menekan Israel agar menghentikan perang yang mereka sebut sebagai genosida terhadap rakyat Palestina.
Gelombang protes publik juga semakin terasa di Spanyol. Pada Minggu (14/9/2025), tahap akhir balap sepeda “La Vuelta a España” terpaksa dibatalkan setelah sekitar 100.000 orang turun ke jalan-jalan Madrid menolak keterlibatan tim Israel dalam ajang tersebut.
Perdana Menteri Spanyol, Pedro Sánchez, bahkan mengusulkan agar Israel dikeluarkan dari seluruh kompetisi olahraga internasional “selama kebiadaban di Gaza terus berlangsung”.
Sejak Oktober 2023, Israel melancarkan serangan militer yang oleh banyak kalangan dinilai sebagai perang pemusnahan terhadap warga Gaza, dengan dukungan penuh Amerika Serikat (AS).
Aksi itu meliputi pembunuhan massal, kelaparan sistematis, penghancuran infrastruktur, serta pengusiran paksa.
Israel sejauh ini mengabaikan seruan dunia internasional, termasuk perintah Mahkamah Internasional untuk menghentikan operasi militer.
Menurut data terbaru Kementerian Kesehatan Gaza, jumlah korban jiwa mencapai sekitar 65.000 orang, dengan 165.000 lainnya terluka.
Selain itu, 428 warga Palestina, termasuk 146 anak-anak, dilaporkan meninggal akibat kelaparan yang disebabkan blokade dan penghancuran jalur pasokan bantuan.