Thursday, January 23, 2025
HomeHeadlineRibuan ibu hamil di Gaza kekurangan kebutuhan dasar

Ribuan ibu hamil di Gaza kekurangan kebutuhan dasar

"Saya tidak siap untuk melahirkan. Kami sangat lelah," ujar Jawaher, seorang ibu yang mengungsi dari Gaza utara. Ia mengaku harus mencari perlindungan selama dua hari dalam proses persalinannya

Krisis kemanusiaan di Gaza menyebabkan lebih dari 50.000 ibu hamil tanpa akses kebutuhan dasar. Demikian laporan situs Middle Eas Eye pada Rabu (11/12).

Para perempuan dan anak perempuan di Gaza menghadapi kekurangan makanan, air bersih, perlengkapan sanitasi, serta tempat berlindung yang memadai di tengah musim dingin yang semakin berat.

Menurut laporan terbaru dari Dana Populasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNFPA), kondisi sanitasi dan kebersihan di Gaza semakin memburuk, diperparah oleh suhu dingin, hujan lebat, dan naiknya pasang laut. Akumulasi limbah dan penyebaran penyakit juga menjadi ancaman serius.

“Musim dingin yang keras memperburuk kondisi sanitasi dan kebersihan, menyebabkan infeksi saluran reproduksi dan saluran kemih yang semakin banyak dialami oleh perempuan karena minimnya akses produk sanitasi,” ungkap laporan tersebut.

Sekitar 72 persen perempuan di Gaza dilaporkan kesulitan mendapatkan produk kebersihan menstruasi.

Malnutrisi Meluas

Laporan UNFPA juga memperingatkan bahwa kerawanan pangan dan malnutrisi meningkat secara drastis. Sebanyak 345.000 orang, termasuk 38.000 remaja perempuan dan 8.000 ibu hamil, kini berada dalam kondisi mirip kelaparan.

Saat ini, 90 persen populasi Gaza menghadapi kerawanan pangan, dengan tingkat malnutrisi yang sepuluh kali lipat lebih tinggi dibandingkan sebelum perang dimulai.

Sistem kesehatan Gaza berada di ambang kehancuran akibat serangan terus-menerus dari pasukan Israel. Sebanyak 84 persen fasilitas kesehatan hancur, meninggalkan hanya 17 dari 36 rumah sakit yang masih berfungsi sebagian.

Di Gaza utara, rumah sakit utama untuk ibu dan bayi, Rumah Sakit Kamal Adwan, dikepung oleh pasukan Israel. Kerusakan fasilitas ini membuat ibu hamil sulit mendapatkan perawatan penting, dan banyak bayi meninggal akibat kekurangan inkubator, listrik, dan pasokan medis.

“Saya tidak siap untuk melahirkan. Kami sangat lelah,” ujar Jawaher, seorang ibu yang mengungsi dari Gaza utara. Ia mengaku harus mencari perlindungan selama dua hari dalam proses persalinannya sebelum akhirnya berhasil mencapai Rumah Sakit al-Sahaba untuk melahirkan.

Ketidakpastian Masa Depan

Menurut Komite Penyelamatan Internasional, pada Desember 2023, setidaknya terdapat 155.000 ibu hamil dan menyusui di Gaza yang berisiko tinggi mengalami malnutrisi.

Isra, seorang ibu muda, menceritakan bahwa ia melahirkan anak pertamanya di tengah serangan udara dan tanpa sanitasi yang memadai. “Saya tidak pernah membayangkan akan melahirkan anak pertama saya jauh dari rumah dan dikelilingi oleh ledakan bom,” katanya.

Sejak konflik dimulai pada 7 Oktober 2023, lebih dari 44.805 orang tewas dan 106.257 lainnya terluka di Gaza. Menurut data PBB, sekitar 70 persen korban tewas adalah perempuan dan anak-anak.

Adla, seorang pengungsi dari Jabalia, mengungkapkan penderitaannya. “Kami tidak memiliki kasur, makanan, pakaian—tidak ada apa-apa. Kami melarikan diri dari serangan udara hanya dengan membawa diri kami,” tuturnya.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular