Ribuan warga Maroko turun ke jalan dalam aksi protes besar-besaran pada Ahad (20/4) untuk menolak kehadiran kapal-kapal milik perusahaan pelayaran raksasa asal Denmark, Maersk.
Kapal-kapal itu diduga membawa perlengkapan militer untuk pesawat tempur F-35 Israel.
Pesawat tempur tersebut digunakan dalam serangan ke Gaza yang hingga kini masih berlangsung.
Dengan yel-yel “rakyat ingin kapal itu angkat kaki”, massa memadati tiga pelabuhan utama di Maroko: Casablanca, Tangier, dan Pelabuhan Mediterania Tangier.
Mereka menyerukan larangan berlabuh bagi kapal-kapal yang diduga memfasilitasi logistik militer Israel melalui jalur pelayaran internasional.
Tuduhan dan rute pengiriman
Menurut Muhammad Al-Ghafri, Koordinator Nasional Front Maroko untuk Dukungan Palestina dan Anti-Normalisasi, pelabuhan Casablanca dan Tangier dipilih karena keduanya diduga menjadi lokasi persinggahan kapal yang membawa peralatan militer tujuan Israel.
Ia menjelaskan bahwa sebuah kapal asal Amerika Serikat (AS) dijadwalkan tiba di Pelabuhan Mediterania Tangier untuk menurunkan muatannya.
Setelah itu, muatan tersebut akan dipindahkan ke kapal lain dari Casablanca menuju tujuan yang sama.
Kapal yang menjadi sorotan utama dalam aksi ini adalah “Nexo Maersk”, yang diketahui sedang berada di pelabuhan Casablanca sebelum dijadwalkan berpindah ke Tangier.
Bentrok dengan aparat
Di Casablanca, suasana demonstrasi sempat memanas saat aparat keamanan mencoba membubarkan massa yang hendak menuju pelabuhan.
Para demonstran berhasil menembus barikade pertama hingga dihentikan kembali di persimpangan Jalan Hassan I dan Jalan Angkatan Bersenjata Kerajaan.
Dalam aksi tersebut, bendera Palestina berkibar di tangan para demonstran, disertai poster bertuliskan kecaman terhadap keberadaan kapal yang mereka sebut sebagai “kapal pembawa kematian”.
Mereka juga mengutip keputusan pemerintah Spanyol yang sebelumnya menolak aktivitas serupa di Pelabuhan Algeciras, sebagai preseden yang patut diikuti.
Dukungan wisatawan asing
Aksi solidaritas tak hanya datang dari warga lokal. Seorang wisatawan asal Irlandia bernama Daithi ikut serta dalam aksi di Casablanca.
Dengan membawa bendera bertuliskan “Kebebasan untuk Palestina”, ia mengungkapkan keikutsertaannya sebagai bentuk solidaritas.
“Kami juga punya masalah yang sama di Irlandia dengan Maersk,” ujarnya kepada Al Jazeera Net.
Menurut Daithi, semangat solidaritas rakyat Maroko sangat mengesankan.
“Saya pertama kali datang ke Maroko karena melihat tim nasionalnya mendukung Palestina di Piala Dunia. Sejak saat itu, saya berkali-kali kembali ke sini,” tuturnya.
Aksi di Tangier dan desakan kepada pemerintah
Sementara itu di Tangier, ribuan orang juga menggelar unjuk rasa yang dimulai dari kota kecil Al-Qasr Al-Saghir menuju pelabuhan utama Tangier Mediterania.
Pelabuhan ini diketahui sebagai salah satu titik transit penting dalam jaringan logistik Kementerian Pertahanan AS.
Abdelhafid Al-Sriti, koordinator Kelompok Kerja Nasional untuk Palestina, menyerukan pemerintah Maroko agar mendengarkan suara rakyat.
“Kami menolak pelabuhan-pelabuhan kami digunakan dalam perang genosida yang dilakukan oleh Benjamin Netanyahu terhadap rakyat Palestina,” ujarnya.
Di kota Tangier, aksi juga terjadi di pusat kota hingga mendekati pelabuhan lama, dan menurut Front Maroko, terdapat sejumlah insiden luka-luka akibat upaya aparat membubarkan massa di kedua kota.
Gerakan global lawan Maersk
Sion Assidon, salah satu pendiri gerakan Boikot Israel (BDS), yang turut hadir dalam aksi di Tangier, mengatakan bahwa gerakan menolak kehadiran Maersk bukan hanya milik Maroko.
“Ini adalah kampanye global, dan akan terus berlanjut hingga perusahaan ini bertanggung jawab atas keterlibatannya dalam kejahatan perang di Palestina,” ujarnya.
Kampanye ini juga didukung oleh kelompok pemuda Palestina yang aktif di Amerika Utara dan Eropa melalui gerakan bertajuk “The Fall of Maersk’s Mask” (Runtuhnya Topeng Maersk).
Mereka mengungkap informasi mengenai kontainer dan pelabuhan transit yang digunakan perusahaan.
Di sisi lain, pihak otoritas pelabuhan Tangier menyatakan tidak memiliki informasi rinci tentang isi muatan kapal Maersk Detroit, yang sebelumnya tiba di pelabuhan.
Menurut mereka, proses “transshipment” atau pemindahan muatan internasional tidak mengharuskan pihak pelabuhan mengetahui isi kontainer. Pihak Maersk sendiri membantah membawa senjata atau amunisi untuk militer Israel.