Rusia akan menarik seluruh pasukan militernya dari Suriah dalam waktu maksimal sebulan, menurut laporan dari sumber yang dekat dengan departemen operasi militer di Suriah, yang dikutip oleh Al-Araby Al-Jadeed pada Senin (16/12).
Sebagian pasukan Rusia sudah ditarik dari pangkalan Hmeimim di Latakia, yang merupakan pangkalan terbesar Rusia di Suriah. Dalam dua hari terakhir, Rusia menarik sekitar 10 persen pasukan tempurnya, dengan peralatan militer dikirim ke Rusia menggunakan pesawat setiap harinya.
Menurut informasi dari Observatorium Abu Amin, pasukan Rusia yang berada di pangkalan Hmeimim, kawasan Jableh, Tartous, dan bandara Qamishli akan ditarik bertahap dalam waktu sebulan.
Minggu lalu, pasukan Rusia juga menarik diri dari tujuh pos pengamatan di Quneitra dan perbatasan Golan yang diduduki, serta dari bandara T4 di Homs. Beberapa peralatan militer juga ditarik dari bandara Qamishli.
Pusat Studi Jusoor melaporkan bahwa ada sekitar 830 lokasi militer asing di Suriah, termasuk yang terkait dengan Rusia, AS, Turki, dan Iran. Rusia memiliki 105 lokasi militer di Suriah.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Belanda mengatakan penarikan pasukan Rusia dari Suriah harus menjadi syarat untuk mencabut sanksi Uni Eropa terhadap kelompok pemberontak yang menggulingkan Assad.
Kaja Kallas, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, menambahkan bahwa mereka akan mendiskusikan langkah selanjutnya dengan pemerintah transisi di Damaskus.
Sejak awal Perang Dingin, Moskow telah mendukung Suriah dan mengakui kemerdekaannya pada 1944, saat Damaskus berusaha membebaskan diri dari penjajahan Prancis. Barat selama ini menganggap Suriah sebagai satelit Soviet.
Pangkalan-pangkalan militer Rusia di Suriah menjadi bagian integral dari kehadiran militer global Rusia: Pangkalan Laut Tartous merupakan satu-satunya pusat perbaikan dan pasokan Rusia di Laut Mediterania, dengan Hmeimim menjadi pos utama untuk kegiatan militer dan tentara bayaran di Afrika.
Rusia juga memiliki pos pemantauan di Suriah yang dijalankan bersama dengan stasiun sinyal Suriah, menurut sumber militer Suriah dan intelijen Barat.
Fasilitas Tartous sendiri telah ada sejak 1971, dan setelah Rusia campur tangan dalam perang saudara untuk membantu Assad, Moskow pada 2017 diberikan sewa gratis selama 49 tahun.