Armada kapal yang membawa para aktivis dan bantuan kemanusiaan menuju Jalur Gaza kembali berlayar dari Pelabuhan Barcelona, Spanyol, pada Senin malam (1/9/2025), setelah sempat tertunda akibat cuaca buruk.
Keberangkatan ini menandai dimulainya kembali misi kemanusiaan yang melibatkan ratusan tokoh dari berbagai negara untuk menyalurkan bantuan ke wilayah yang terdampak konflik berkepanjangan.
Dalam pernyataan resminya di platform media sosial Instagram, penyelenggara Global Sumud Flotilla menyatakan bahwa rombongan kapal pertama kini telah berlayar. “Kapal-kapal ini tidak hanya membawa awak mereka, tetapi juga semangat semua yang berdiri di dermaga dan mereka yang mendukung di seluruh dunia,” tulis pernyataan tersebut.
“Lebih banyak kapal akan bergabung dalam beberapa hari mendatang dari berbagai wilayah di Mediterania. Pesan dari Barcelona sangat jelas: dunia sudah cukup, dan Palestina tidak sendiri,” lanjut pernyataan itu.
Sekitar 200 aktivis, politisi, dan seniman dari 44 negara sebelumnya ikut dalam keberangkatan awal pada Minggu lalu, yang diawali dengan aksi solidaritas besar di pusat kota Barcelona.
Sejumlah tokoh yang turut serta dalam misi ini antara lain aktivis iklim asal Swedia Greta Thunberg, aktor asal Irlandia Liam Cunningham, aktor Spanyol Eduardo Fernandez, serta mantan Wali Kota Barcelona Ada Colau.
“Setiap kapal yang berlayar menuju Gaza adalah seruan untuk martabat kemanusiaan. Misi ini bukan ancaman—ini adalah aksi kemanusiaan melawan kebiadaban,” ujar Eduardo Fernandez dalam pernyataan pada Minggu. “Diam berarti ikut bersalah. Diam membunuh sama seperti bom.”
Penyelenggara menyebutkan, armada ini akan diperkuat dengan kapal-kapal tambahan yang berangkat dari Italia dan Tunisia, sehingga total akan mencakup lebih dari 500 orang dan sekitar 60 kapal. Rombongan ini ditargetkan tiba di Gaza pada pertengahan September.
Greta Thunberg menambahkan bahwa segala upaya harus dilakukan untuk mengakhiri blokade terhadap Gaza. “Setiap hari, semakin banyak orang yang mulai menyadari besarnya skala pembantaian dan genosida yang dilakukan Israel,” ujarnya. “Berita hari ini bukan soal armada ini yang berangkat, melainkan soal bagaimana dunia tetap diam, dan bagaimana para politisi mengkhianati serta meninggalkan rakyat Palestina.”
Thunberg sebelumnya juga berpartisipasi dalam misi serupa awal tahun ini. Namun, kapal yang ia tumpangi saat itu dicegat oleh otoritas Israel, dan seluruh awak yang berjumlah 12 orang dideportasi.
Sejak awal Maret, Israel menerapkan blokade total terhadap Jalur Gaza, yang telah menciptakan kondisi kemanusiaan yang sangat buruk bagi sekitar 2,4 juta penduduknya. Blokade tersebut telah menyebabkan kelaparan, meluasnya wabah penyakit, serta keruntuhan layanan dasar dan infrastruktur.
Sejak Oktober 2023, lebih dari 63.500 warga Palestina dilaporkan tewas akibat kampanye militer Israel di wilayah tersebut. Serangan besar-besaran yang dilancarkan oleh Israel menuai kecaman luas dari komunitas internasional dan dituduh sebagai bagian dari kejahatan genosida.
Pada November tahun lalu, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel juga tengah menghadapi gugatan kasus genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) atas tindakannya di Jalur Gaza.