Seorang warga Palestina tewas dan puluhan lainnya mengalami luka-luka akibat serangan baru yang dilancarkan militer Israel pada Kamis (9/5/2025) di kota Nablus, wilayah Tepi Barat.
Serangan ini kembali menambah panjang daftar korban di tengah meningkatnya eskalasi kekerasan di wilayah Palestina.
Kementerian Kesehatan Palestina mengumumkan bahwa korban tewas adalah Rami Sami Walid al-Kakhn, warga Palestina berusia 30 tahun, yang gugur setelah tertembak peluru pasukan Israel di kota Nablus.
Sebelumnya, Palang Merah Palestina dalam pernyataannya menyebutkan bahwa tim medis mereka menangani 41 korban luka.
Dari jumlah tersebut, 4 di antaranya mengalami luka tembak, sementara 2 lainnya terluka akibat serpihan proyektil. Seluruh korban dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan medis.
Selain itu, sebanyak 35 warga Palestina dilaporkan mengalami sesak napas akibat menghirup gas air mata yang ditembakkan oleh pasukan Israel.
Menurut kesaksian warga setempat, pasukan khusus Israel menyerbu kawasan kota tua Nablus dan mengepung sebuah rumah.
Terjadi juga baku tembak sengit antara militer dan kelompok perlawanan bersenjata. Militer Israel juga mengerahkan bala bantuan dari berbagai penjuru untuk memperkuat kehadiran mereka di kota tersebut.
Sumber-sumber dari Al Jazeera menyebutkan bahwa pasukan Israel menghambat pergerakan ambulans saat penggerebekan berlangsung di kota Nablus.
Bentrokan bersenjata pun pecah antara pejuang perlawanan Palestina dan pasukan Israel di kawasan tersebut.
Operasi militer meluas
Tidak hanya di Nablus, operasi militer Israel juga meluas ke wilayah lain di Tepi Barat. Di kota Qabatiya, yang terletak di distrik Jenin bagian utara, pasukan Israel dilaporkan menggelar penggerebekan.
Sementara itu, di Kamp Pengungsi Nur Shams, beberapa warga yang mencoba kembali ke rumah mereka yang terancam dihancurkan dipaksa menjalani pemeriksaan ketat oleh militer Israel.
Di Yerusalem Timur yang diduduki, sumber-sumber Al Jazeera juga melaporkan bahwa kelompok pemukim Israel kembali memasuki kompleks Masjid Al-Aqsha dengan pengawalan ketat untuk melangsungkan ritual keagamaan Yahudi. Tindakan provokatif tersebut memicu ketegangan di kawasan suci tersebut.
Kekerasan sistematis
Gelombang kekerasan di Tepi Barat dan Yerusalem meningkat tajam sejak dimulainya serangan militer Israel di Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023.
Seiring berlangsungnya perang yang telah disebut sebagai genosida oleh berbagai kalangan internasional, militer Israel dan kelompok pemukim semakin gencar melakukan aksi kekerasan terhadap warga Palestina di wilayah pendudukan lainnya.
Data terbaru mencatat bahwa sejak eskalasi itu dimulai, lebih dari 962 warga Palestina tewas di Tepi Barat dan Yerusalem, sementara sekitar 7.000 lainnya terluka.
Di Jalur Gaza, agresi militer yang didukung penuh oleh Amerika Serikat (AS) telah mengakibatkan lebih dari 171.000 warga Palestina menjadi korban, baik yang tewas maupun terluka.
Mayoritas korban adalah anak-anak dan perempuan. Selain itu, lebih dari 11.000 orang dinyatakan hilang.
Sebagian besar diduga masih tertimbun di bawah reruntuhan bangunan yang hancur akibat serangan udara dan darat Israel.