Seorang jendral purnawirawan Israel, Mayor Jendral Yitzhak Brik, pada Kamis (22/8) mengingatkan, Israel bisa menghadapi kehancuran dan setahun, jika perang melawan Hamas dan Hizbullah di Lebanon terus berlanjut.
“Negara ini benar-benar sedang berlari menuju tepi jurang,” kata Brik dalam tulisannya yang diterbitkan harian Israel, Haaretz seperti dikutip kantor berita Anadolu Agency.
“Jika perang yang melelahkan melawan Hamas dan Hizbullah terus berlanjut, Israel akan runtuh dalam waktu tidak lebih dari setahun.”
Tentara Israel telah melancarkan serangan brutal di Jalur Gaza sejak serangan Hamas pada 7 Oktober, yang menewaskan hampir 40.300 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, serta melukai lebih dari 93.100 lainnya.
Serangan ini telah memicu serangan lintas batas selama berbulan-bulan antara Hizbullah dan Israel di tengah kekhawatiran akan perang habis-habisan antara kedua belah pihak.
Brik meragukan klaim para pejabat Israel tentang Hamas akan menyerah, dan bahwa pemimpinnya Yahya Sinwar akan tertangkap.
“Kebanyakan pernyataan yang ambisius dari Menteri Pertahanan Yoav Gallant sepanjang perang di Gaza telah terbukti tidak berdasar,” katanya.
“Dengan pernyataan-pernyataan ini, Gallant, bersama dengan rekannya Kepala Staf IDF Herzi Halevi dan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, telah menipu publik Israel,” tambahnya.
Baca juga: EKSKLUSIF | Militer Israel krisis amunisi dan ingin akhir perang di Gaza
Baca juga: 6 sandera Israel tewas akibat kebocoran gas saat serangan Israel di Gaza
Mantan jenderal tersebut mengatakan Gallant mulai menyadari bahwa “konsep kemenangan total di Gaza adalah omong kosong.”
“Tampaknya dia mulai menyadari bahwa kegagalan untuk mencapai kesepakatan pertukaran sandera dengan Hamas akan mengarah pada perang regional yang akan menempatkan Israel dalam bahaya serius,” kata Brik.
Adapun potensi kesepakatan pertukaran sandera dengan Hamas, dia mengatakan bahwa “menjadi tidak mungkin”. Ini disebabkan Netanyahu mengeluarkan syarat baru dalam perundingan kesepakatan yang diusulkan.
Selama berbulan-bulan, Amerika Serikat, Qatar, dan Mesir telah mencoba mencapai kesepakatan antara Israel dan Hamas untuk memastikan pertukaran tawanan dan gencatan senjata serta memungkinkan bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza. Namun, upaya mediasi terhenti karena penolakan Netanyahu untuk memenuhi tuntutan Hamas untuk menghentikan perang.
Israel terus melanjutkan serangan brutalnya di Jalur Gaza setelah serangan oleh Hamas pada 7 Oktober lalu, meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera.
Blokade Israel di Gaza telah menyebabkan kekurangan pangan, air bersih, dan obat-obatan yang parah, meninggalkan banyak wilayah dalam kehancuran.
Israel menghadapi tuduhan genosida di Mahkamah Internasional, yang telah memerintahkan penghentian operasi militer di kota Rafah di bagian selatan, di mana lebih dari satu juta warga Palestina mencari perlindungan sebelum daerah tersebut diinvasi pada 6 Mei.
Baca juga: PENTING! Setiap bulan, lebih dari 1000 tentara Israel masuk pusat rehabilitasi
Baca juga: EKSKLUSIF | Takziyah ke rumah Ismail Haniyah di Doha