Kuwait

Noha Al-Maya Ditetapkan Sebagai Wanita Peneliti Nuklir Pertama dari Arab Teluk

GAZAMEDIA, KUWAIT – Peneliti wanita asal Kuwait, Noha Al-Maya peroleh sertifikat sebagai penemu dalam pendeteksian kontaminasi radioaktif kedokteran nuklir dan menjadikannya sebagai wanita Arab Teluk pertama yang mendapatkan sertifikat tersebut.

Al-Maya memenangkan medali perak di Pameran Internasional Penemuan dan Inovasi Teknis Malaysia “ITEX” untuk penemuannya.

Penetapan ini diselenggarakan oleh Malaysian Invention Society sejak 1989 sebagai platform internasional bagi para penemu, investor, peneliti, dan ilmuwan untuk mempromosikan penemuan, kreativitas, dan teknologi mereka, serta tempat pertukaran perdagangan dan keahlian dalam sains dan pengetahuan.

Nuha Al-Maya lulus dari Universitas Kuwait melalui jurusan spesialisasi kedokteran nuklir melanjutkan perjalanannya dalam penelitian dan penemuan di bidang ini, berdasarkan studi dan pekerjaannya di kedokteran nuklir dan berbagai studi energi alam lainnya. [ml/ofr]

Kuwait Boikot Film “Death on The Nile” yang Dibintangi Artis Israel

GAZAMEDIA, KUWAIT – Sebuah film berjudul “Death On The Nile” yang dibintangi aktris berkebangsaan Israel yakni Gal Gadot ditolak beredar dan diputar di bioskop-bioskop Kuwait.

Negara kaya penghasil minyak di teluk jazirah Arab ini menolak lantaran sang pemeran utama film yang diangkat dari novel karya Agatha Christie tersebut mendukung penjajahan rezim Zionis Israel terhadap warga Palestina.

“Ada aksi protes dan larangan dari sejumlah kalangan masyarakat di Kuwait untuk memboikot film itu karena tokoh utamanya, Gal Gadot, mendukung agresi Israel di Gaza pada musim panas 2014 silam, ” kata laporan jurnal yang diterbitkan media Kuwain, Al-Qabas, Minggu (6/2).

Selama agresi Mei 2021 di Gaza, Kuwait memanggil duta besar Ceko pasca menerbitkan poster di Internet yang menyatakan dukungannya untuk Israel dan membuat mereka harus meminta maaf atas keputusan tersebut.

Kuwait sendiri merupakan salah satu negara di kawasan teluk yang menikmati kehidupan politik relatif nyaman dan berbeda dari negara-negara penghasil minyak lainnya. Negeri mungil dengan mata uang termahal didunia ini masih menolak normalisasi dengan pihak Israel dan terus mendukung secara penuh perjuangan saudaranya di Palestina. []

Abu Hawash Tolak Hentikan Mogok, Kuwait Sampaikan Solidaritas

GAZA MEDIA, KUWAIT – Sebuah tim pemuda Kuwait yang pro Palestina menyampaikan solidaritasnya terhadap tawanan Palestina, Hisham Abu Hawash yang mogok makan selama 134 hari yang menolak penahanan administratifnya di tengah peringatan akan situasi kesehatan berbahaya yang mengancam nyawanya.

Tim Al-Quds Amanati menulis dalam postingan di Instagram, “Pembiaran menggerogoti tulang tawanan Hisyam Abu Hawash. Dia layu – bukan karena kekurangan makanan – tetapi layu oleh umat yang berpaling meninggalkannya di medan pertempuran dengan “lambung kosong” yang berjuang sendirian.”

Tim meminta agar dukungan untuk tawanan Abu Hawash dilanjutkan dan tidak tinggal diam tentang hal itu, seperti dikutip dari Palinfo, Kamis (30/12).

Tim menerbitkan di halamannya sebuah adegan pertemuan pertama dengan putra tawanan Abu Hawash dengan ayah mereka dan mengomentarinya, dengan mengatakan: “Tuhan memotong hati para penjahat Zionis.”

Postingan tersebut mendapat komentar dukungan dari asosiasi Pemuda untuk Yerusalem dengan mengatakan, “Ya Allah, kuatkan hati pahlawan kami Hisham Abu Hawash, dan buat dia kaya dengan-Mu daripada selain-Mu.”

Pada hari Minggu kemarin, otoritas pendudukan memutuskan untuk membekukan penahanan administratif tahanan Hisham Abu Hawash, beberapa saat tak lama setelah kesehatannya memburuk dan dia dipindahkan ke Rumah Sakit Assaf Harofeh, tetapi dia menolak untuk menghentikan mogok makannya dan meminta penahanan administratifnya dihentikan.

Dalam konteks terkait, aktivis Al-Quds, Hanadi Al-Halawani menceritakan informasi mengejutkan tentang kondisi kesehatan tahanan Abu Hawash dari dalam kamar tempat sang tawanan tinggal.

Al-Halawani menjelaskan bahwa tahanan, Hisham Abu Hawash kehilangan pendengaran dan penglihatannya serta tidak dapat berbicara. Bahkan dilarang mandi selama lebih dari 70 hari.

Pengadilan pendudukan Israel memainkan peran kunci dalam prosedur pelecehan terhadap tawanan Palestina melalui keputusan mereka tergantung pada keputusan badan intelijen pendudukan, “Shin Bet.”

Pada 12 Desember, Pengadilan Pendudukan Militer menolak banding dalam kasus Abu Hawash, dan menyetujui perintah penahanan administratifnya selama empat bulan, meskipun kondisi kesehatannya menurun serius.

Abu Hawash menikah dan ayah dari lima anak. Dia telah ditahan sejak Oktober 2020, dan dua perintah penahanan administratif dikeluarkan terhadapnya untuk jangka waktu 6 bulan. Dia juga mantan tawanan yang menghabiskan total 8 tahun dalam pendudukan penjara.

Para tawanan Palestina selalu terlibat dalam serangkaian pertempuran “lambung kosong” (mogok makan) untuk menekan otoritas pendudukan Israel agar berhenti menggunakan kebijakan yang kejam dan zhalim terhadap mereka.[]

Pekan Ketiga Agenda “Duta Al-Quds” Terus Berlanjut Di Kuwait

 

GAZA MEDIA, KUWAIT – Ikatan Pemuda Peduli Al-Quds di Kuwait melanjutkan agenda “Duta Al-Quds” jarak jauh, pekan ketiga berturut-turut dengan tema “Jadilan Duta Untuk Al-Quds.”

Agenda ini bertujuan menyiapkan sekitar 100 pemuda untuk berkontribusi membela dan bekerja untuk Al-Quds dan Masjidil Aqsha, sesuai spesialisasi masing-masing, seperti dikutip dari Palinfo.

Ketua Ikatan Pemuda Peduli Al-Quds Yusuf Al-Kandari mengatakan kepada Quds Press, “Acara ini bertujuan menggalang partisipasi para pemuda, saat ini yang terdaftar sudah melampaui target, mencapai 130 orang.”

Hal itu menunjukan kepedulian para pemuda Kuwait untuk membantu perjuangan Palestina, di samping mengetahui dampak dan perkembangan yang terjadi, sehingga bisa menyelaraskan kondisi dukungan, pembelaan dan support bagi persoalan Al-Quds, lanjut Yusuf.

Agenda ini untuk meningkatkan kapasitas penyadaran, dan beralih dari fase penerimaan informasi, menuju tahap interaksi memberikan penyadaran.

Al-Kandari menjelaskan, pada akhir acara diharapkan setiap duta Al-Quds akan melakukan peran aktif baik secara personal mupun terlibat dalam kerja kolektif, bersama lembaga maupun cabang sukarelawan.

Pada intinya, Ikatan Pemuda Peduli Al-Quds merupakan pihak yang berinisiatif mengelola dan membersamai para pemuda untuk memberikan dukungan bagi persoalan Al-Quds.

Agenda acara terdiri dari 4 poin utama, yaitu pelatihan sukarelawan, mencakup sector budaya, pemikiran dan pemahaman umum tentang pesoalan Al-Quds, Masjidil Aqsha dan persoalan Palestina.

Kedua, Perjalanan Kuwait dalam mendukung persoalan Palestina. Ketiga, menyiapkan sukarelawan untuk membela Al-Quds dan persoalan Palestina. Keempat, komitmen dan tugas bagi duta Al-Quds.[]

Tak Mau Bersahabat dengan Israel, Kuwait Tolak Kapal Komersil Israel Masuk Kewilayahnya

GAZAMEDIA, KUWAIT – Negeri kaya akan sumber daya alam berupa minyak bumi dikawasan teluk Persia yakni Kuwait secara tengas melarang lewatnya kapal komersial yang memuat barang dari dan ke negeri zionios Israel melalui perairan teritorialnya.

Keputusan yang dinilai sangat berani dan tegas ini diambil oleh negara berbentuk monarki tersebut sebagai bentuk penolakan terhadap normalisasi dengan negara yang dinilai sebagai penjajah bangsa Palestina.

Keputusan yang diumumkan oleh Menteri Pekerjaan Kuwait, Rana Al-Faris, menetapkan bahwa Semua kapal yang datang dari pelabuhan lain, dilarang menurunkan muatannya di pelabuhan Kuwait.

Sementara itu, Hamas menghargai kebijakan Kuwait, dan melalui Departemen Media Luar Negeri, Hisham Qaseem mengatakan keputusan tersebut merupakan implementasi dari kebijakan lama Kuwait untuk kemenangan bangsa Palestina.

Sebagai informasi, patut dicatat bahwa Kuwait adalah satu-satunya negara Teluk yang konsisten dan eksplisit menolak normalisasi dan pengakuan pendudukan Israel sejak tahun 1960-an. Negeri dengan juml;ah penduduk 4,2 juta jiwa ini selalu mendukung kemerdekaan Palestina. []

Kuwait Perketat Prosedur Visa ke Lebanon

GAZA MEDIA, KUWAIT – Pada Rabu (10/11) pihak berwenang Kuwait memperketat prosedur pemberian visa kepada warga Lebanon.

Keputusan itu diambil berkait hubungan kedua negara teluk yang sedang tidak baik sejak beberapa bulan terakhir.

Sebuah l-sumber keamanan Kuwait mengatakan ada keputusan lisan untuk secara ketat mengeluarkan visa turis dan komersial kepada Lebanon tanpa surat edaran resmi.

Krisis diplomatik terjadi saat Menteri Informasi Lebanon, George Qardahi, memberikan pernyataan mengenai peran militer negara Teluk dalam perang Yaman.

Arab Saudi, Emirates, Bahrain, dan Kuwait memutuskan untuk mengusir duta besar Lebanon, dan krisis masih terus berlanjut. []