#palestine

Olmert: “Israel” Masuki Ancaman Perang Saudara

GAZA MEDIA, AL-QUDS – Mantan Perdana Menteri Israel (2005-2009) Ehud Olmert menyebutkan, “Israel telah memasuki awal perang saudara. Pembatalan undang-undang “uji kewajaran” kemarin menandai hari kelam dalam sejarah “Yahudi”, Selasa (25/7/2023).

Melalui wawancaranya dengan British Channel 4, Olmert menyampaikan “Ini adalah ancaman serius yang belum pernah kami temui di masa rezim sebelumnya. Kami sekarang memasuki perang saudara.”

“Kita berbicara tentang pembangkangan para pemukim sipil, dengan segala akibat stabilitas negara dan kemampuan pemerintah dalam mengelola urusannya. Kita berbicara tentang kegagalan sebagian besar rakyat untuk mematuhi pemerintah yang dianggap tidak sah oleh mayoritas publik,” tambahnya.

Olmert menunjukkan, “otoritas rezim Netanyahu memutuskan untuk mengancam fondasi demokrasi Israel. Sungguh ini tidak dapat ditoleransi sedikitpun.

Kemarin malam, Knesset akhirnya menyetujui RUU untuk menghapus “uji kewajaran” dengan dukungan 64 deputi-tanpa abstein-setelah pihak oposisi meninggalkan ruang parlemen Knesset selama pemungutan suara sebagai protes atas proposal tersebut.

“Tes kewajaran” adalah undang-undang yang memungkinkan pengadilan Israel untuk memantau dan meninjau keputusan pemerintah dan membatalkan beberapa di antaranya jika tidak sesuai dengan kepentingan publik.

Undang-undang “pengujian kewajaran” mengatur pemberian wewenang hukum dan administratif kepada lembaga peradilan untuk menolak keputusan pemerintah, baik yang berkaitan dengan penunjukan dalam pelayanan publik dari kementerian dan lainnya, atau yang bertentangan dengan kepentingan publik dan tidak memberikan bobot kepentingan yang sesuai.

Dilaporkan, belasan pemukim ilegal Israel terluka dan ditangkap selama protes kekerasan yang terjadi di beberapa wilayah entitas menyusul penghapusan undang-undang tersebut. Sebelumnya demonstrasi kebijakan rezim Netanyahu sudah berlangsung sejak 20 pekan lebih.

Kekacauan di wilayah jajahan “Tel Aviv” antara demonstran dan petugas polisi terus berlangsung setelah 170 ribu lebih pemukim ilegal terjun di jalanan.

Para pengunjuk rasa memblokir jalan-jalan utama dan persimpangan jalan, ribuan demonstran berkumpul di depan gedung Knesset dan Mahkamah Agung Al-Quds, “Kaplan” di Tel Aviv, dan jalan utama “Ayalon” diportal sementara waktu.

Polisi penunggang kuda dan water cannon dikerahkan untuk membubarkan pengunjuk rasa. Seseorang menabrak sejumlah demonstran di dekat Kfar Saba, beberapa pemukim dilaporkan luka ringan.

Polisi mengatakan mereka menangkap 18 provokator karena dicurigai menyerang petugas polisi, membakar dan melakukan tindakan tidak tertib selama acara protes di kota.

Menurut pernyataan polisi, 10 petugas keamanan terluka dalam bentrokan dengan pengunjuk rasa dan lainnya menerima perawatan medis. (Ofr/ofr).

Source: Safa Agency

Translator: Ofr, Gaza Media

 

Sulit Kalahkan Pejuang Jenin, Israel Kerahkan Helikopter Apache untuk Pertama Kalinya Sejak Tahun 2002

GAZA MEDIA, TEPI BARAT – Israel menggunakan helikopter serang Apache di Tepi Barat untuk pertama kalinya dalam lebih dari 20 tahun selama serangan Senin (19/6/2023) pagi di Jenin, yang menewaskan sedikitnya lima warga Palestina dan melukai 91 lainnya.

Seorang juru bicara militer Israel mengatakan bahwa setelah sebuah kapal pengangkut pasukan Panther dihantam oleh alat peledak improvisasi (IED) yang “tidak biasa dan dramatis” yang ditembakkan oleh para pejuang Palestina, sebuah helikopter tempur Apache ditembakkan untuk mendukung pasukan komando Israel.

Penggunaan helikopter AS, yang dibuat oleh perusahaan kedirgantaraan Boeing, sangat penting karena peraturan berat yang dibawanya dan karena Apache Israel diyakini tidak menembakkan rudal di Tepi Barat yang diduduki sejak tahun 2002, selama hari-hari Intifada Kedua.

Sementara Israel secara teratur meluncurkan serangan udara di Gaza, penggunaan helikopter serang bersenjata berat di tempat yang pada dasarnya merupakan zona pemukiman adalah tanda yang mendalam dari peningkatan agresi militer Israel.

Situasi keamanan di Tepi Barat kian memburuk selama beberapa waktu. Israel melancarkan serangan berulang kali ke Jenin selama setahun terakhir. Setidaknya delapan tentara Israel diyakini terluka dalam serangan Senin pagi kemarin, yang berlangsung selama beberapa jam.

Tujuan penggerebekan itu adalah untuk menangkap aktivis Hamas berusia 36 tahun, Assem Abu al-Haija, dari lingkungan Jabriyat di pinggiran kota Tepi Barat Utara.

Video dari kamp pengungsi Jenin terkam detik-detik helikopter serang menembakkan suar, memicu spekulasi bahwa pejuang Palestina di sana telah memperoleh rudal anti-pesawat yang dapat diluncurkan dari beberapa sisi

 

‘Kenangan berat’

Wafa Jarrar, seorang warga Palestina di kamp pengungsi Jenin, mengatakan kepada Middle East Eye bahwa sepupunya tewas dalam serangan udara Israel di sana pada Februari 2002.

“Apa yang terjadi hari ini tidak mudah bagi seluruh warga Jenin dan tentunya bagi mereka yang kehilangan anggota keluarga,” ujarnya. “Ini membawa serta kenangan berat dari 20 tahun yang lalu. Itu tidak mudah sama sekali, tidak pada level psikologis dan tidak pada level emosional.”

Helikopter Apache digunakan oleh Israel di Tepi Barat setidaknya empat kali selama tahun 2002.

‘Hari ini, kita mengingat bencana pada hari-hari yang mengerikan itu’ – Wafa Jarrar, penduduk Jenin

Orang-orang yang selamat dari serangan pada 6 April 2002 menjelaskan bagaimana mereka tahu bahwa api berasal dari helikopter Apache “karena kami dapat melihat kabel” yang memandu misil.

Salah satu korban serangan itu, seorang wanita terkena rudal dari helikopter Apache yang ditembakkan langsung ke kamarnya di lantai atas sebuah gedung. Bangunan itu hanya ditempati oleh warga sipil.

Jarrar mengatakan kepada Middle East Eye bahwa serangan hari Senin dan penggunaan helikopter serang telah membangkitkan kembali kenangan menjadi sasaran serangan udara Israel.

“Hari ini, dengan menyerang kami dari udara, mereka mencoba mematahkan perlawanan di Jenin,” katanya.

Ini, katanya, adalah gema dari serangan udara yang dilakukan pada tahun 2002, ketika tentara Israel berusaha menargetkan kepemimpinan kelompok pejuang Palestina. “Jumlah kerusakan sangat besar, seluruh lingkungan hancur,” kata Jarrar kepada MEE.

 

‘Tangki terbang’

Ada sisi lain di mana Zionist Israel dengan sengaja menggunakan perlatan tempur canggih dan menyebarluaskan detik-detik video penembakan dan penyerangan terhadap warga sipil Palestina adalah untuk melancarkan bisnis penjualan senjata mereka ke berbagai belahan dunia. Dengan dalih kerjasama alutsista dan kemanan, sadis memang. Wajar beberapa negara Arab lakukan kerjasama dengan mereka.

Helikopter Apache mulai beroperasi dengan Angkatan Darat Amerika Serikat pada tahun 1984 dan telah diekspor ke sejumlah negara di seluruh dunia, termasuk Mesir, Arab Saudi, Maroko, Qatar, Uni Emirat Arab, Inggris, dan Israel.

Itu telah digambarkan sebagai “helikopter paling mematikan yang pernah dibuat”, sebuah “tank terbang … dirancang untuk bertahan dari serangan berat dan menimbulkan kerusakan besar”.

Helikopter ini pertama kali digunakan dalam pertempuran militer sebagai bagian dari invasi AS ke Panama pada tahun 1989.

Apache AH-64D Longbow dikerahkan oleh AS di Afghanistan dan Irak, dan pesawat tersebut telah digunakan oleh Amerika di Kosovo, Bosnia, dan Turki. Inggris dan Belanda juga menggunakan helikopter di Afghanistan dan Irak.

Pada tahun 2021, ketika Kabul jatuh ke tangan Taliban, AS menggunakan helikopter Apache untuk membubarkan massa.

Israel menerima helikopter Apache pertamanya pada awal 1990-an. Pesawat tempur tersebut diterima oleh Skuadron 113, skuadron “Tawon” yang melakukan pembunuhan terhadap pemimpin Hizbullah Abbas Mousavi pada tahun 1992.

Israel terus menggunakan helikopter Apache secara ekstensif di Gaza dan Lebanon dan di Tepi Barat yang diduduki selama Intifada Kedua.

 

‘Hanya permulaan’

Saat ini, Angkatan Udara Israel mengoperasikan dua skuadron Apache, dengan skuadron “Tawon” menggunakan helikopter model D Longbow dan skuadron “Patan” menggunakan helikopter model A.

Setelah lebih dari dua dekade, pengerahan helikopter di Tepi Barat yang diduduki adalah tanda seberapa jauh situasi di sana telah meningkat.

Serangan besar-besaran Israel di Jenin membunuh lima warga Palestina dan melukai puluhan lainnya

Pemerintah Israel dilaporkan memberikan tekanan serius pada pasukan keamanan untuk melancarkan operasi militer ekstensif di Tepi Barat Utara.

Pasukan Ziinist dikatakan menentang operasi besar, tetapi Haaretz telah melaporkan bahwa Shin Bet (agen mata-mata Israel) melalui sejumlah dinas keamanan mereka secara bertahap berubah pikiran mereka menggunakan senjata tersebut.

Bagi warga kamp pengungsi Jenin, kehadiran helikopter serang di langit merupakan pertanda buruk.

“Hari ini, kita mengingat bencana pada hari-hari yang mengerikan itu,” kata Jarrar mengenang serangan udara tahun 2002. “Banyak orang tewas. Banyak bangunan dan banyak bisnis hancur.”

“Area penembakan di Jenin hanyalah permulaan,” katanya. “Saya yakin mereka akan segera menggunakan cara brutal seperti ini lagi.”

 

Source: Middle East Eye, Quds News Network

Editor Design: Nurlita Sari

Translate: Nafila Bachmid & OFR, Gaza Media

 

Haitham Al-Tamimi, Anak Palestina Usia 2 Tahun Syahid Dibunuh Pasukan Zionist Israel

GAZA MEDIA, RAMALLAH – Muhammad Haitham Al-Tamimi (2 tahun) bocah Palestina syahid akibat luka tembak di bagian kepala yang dilepaskan oleh pasukan Zionist Israel di Desa Nabi Saleh Ramallah, Senin sore waktu setempat (5/6/2023).

Aktivis hak asasi manusia, Bilal Al-Tamimi mengatakan kepada Kantor Berita Safa, Al-Tamimi meninggal di sebuah rumah sakit “Israel” setelah mendapat luka tembak dan kondisi kritis di bagian kepalanya.

Sementara itu, Urusan Sipil Palestina menambahkan pemindahan jenazah Tamimi tengah diproses untuk dibawa ke Kompleks Medis Palestina di Ramallah.

Al-Tamimi dan ayahnya terluka sejak Kamis malam lalu (1/6) akibat serangan brutal pasukan Zionist yang menggrebek satu buah desa dan menembakkan peluru tajam ke rumah warga mengakibatkan beberapa pemuda Palestina lainnya terluka.

At-Tamimi dipindahkan ke Rumah Sakit Tel Hashomer Israel, di mana kondisinya dinyatakan kritis.

Dengan kesyahidan Tamimi, jumlah anak kecil Palestina yang syahid bertambah 28 jiwa, 7 diantaranya tewas akibat agresi pesawat tempur Zionist di Jalur Gaza yang terjadi baru-baru ini. (as/ofr)

source: safa.ps

Wali Kota Brasil Utara Bekukan Hubungan Diplomasi dengan “Israel” Buntut Apartheid terhadap Palestina

GAZA MEDIA, BRASILIA – Pemerintahan Kota Belem di Brasil Utara resmi umumkan pembekuan semua hubungan diplomatik termasuk pembatalan kesepakatan bilateral dengan “Tel Aviv, Israel”, Kamis (18/5/2023).

Walikota Belem, Edmilson Rodriguez menegaskan keputusan tersebut karena tanggapan atas kejahatan secara terang-terangan apartheid “Israel” terhadap hak dan warga Palestina yang terus terjadi.

Dilansir dari situs resmi pemerintahan Palestina, mengutip pernyataan Rodriguez, “prinsip kendali pemerintahan kota kami adalah steril dari sistem kolonial, mengecam pengusiran Israel terhadap bangsa Palestina dari tanah leluhur mereka, ini adalah bentuk apartheid yang nyata.”

Belém, ibu kota negara bagian Pará di Amazonas Brazil ini dikenal karena budaya persatuan masyarakat adat dan sosial mereka dalam memperjuangkan keadilan dan kepedulian terhadap sesama.

Komite Nasional BDS (BNC), koalisi terbesar komunitas Palestina menyambut baik keputusan walikota Belem, juga mendesak kota-kota di seluruh dunia untuk mengikuti langkah tegas tersebut dan meningkatkan solidaritas bersama untuk membebaskan Palestina.

Kampanye solidaritas rakyat Palestina baru-baru ini mengalami peningkatan besar di banyak ibu kota bahkan di benua Eropa dan Amerika. Di mana demonstrasi masal dimediasi oleh pemerintah kota yang mengecam segala bentuk penjajahan dan kebijakan apartheid yang saat ini secara terang-terangan dilakukan “Israel”.

Banyak universitas dan dewan mahasiswa di kota-kota Barat dan Amerika bahkan meboikot negara penjajah tersebut. Termasuk acara kemahasiswaan dan perhelatan wisuda akademik.

Di tengah situasi saat ini, keputusan munisipalitas Brasil juga didahului oleh dua keputusan serupa yang diambil sebelumnya oleh walikota Barcelona dan Dewan Kota Liège di Belgia.

Dewan Kota Oslo di Norwegia juga mengecualikan perusahaan pengadaan publik yang berkontribusi langsung atau tidak langsung pada proyek pemukiman ilegal dengan “Israel”.

Perlu dicatat bahwa Amnesty International menyatakan “Israel” sebagai negara “apartheid” dan menyeru masyarakar internasional untuk mengutuk tindakan pembunuhan dan penyiksaan yang dilakukan Zionist “Israel” terhadap warga Palestina dengan kejahatan terhadap kemanusiaan.

(mhg/ofr)

Source: وكالة رأي

Khader Adnan, Simbol Perjuangan Tahanan Palestina dengan Aksi Mogok Makan Terbuka

GAZA MEDIA, TEPI BARAT – Khader Adnan (44 tahun) dari Arraba, Selatan Jenin atau yang kerap disapa Syaikh Adnan terus melanjutkan aksi mogok makan terbuka selama 77 hari berturut-turut sebagai penolakan atas penangkapan sepihak otoritas “Israel” terhadapnya, Sabtu (22/4/2023).

Asosiai Pembebasan Tahanan Palestina mengingatkan kepada seluruh pihak yang berwenang perhatikan kondisi Syaikh Adnan agar segera mendapat perawatan medis yang memadai di “Klinik Penjara Ramla Israel” mengingat kondisi kesehatannya menurun drastis.

“Kesehatan Syaikh Adnan kini dalam ancaman kematian setiap saat, karena otoritas “Israel” menolak tuntutan pembebasannya serta sengaja mengabaikan keselamatan dalam perawatan medis.” Keterangan Asosiasi Pembebasan.

Syaikh Adnan lakukan aksi mogok makan terbuka sejak penangkapannya 5 Februari lalu setelah pasukan Zionist menyerbu rumahnya di Arraba tanpa ada bukti kriminal yang jelas.

Meskipun kesehatannya memburuk, pengadilan militer “Israel” pada hari Senin “sengaja” menunda keputusan permintaan pembebasan Syaikh Adnan pada 27 April mendatang dengan dalih sampai pengadilan dapat melihat laporan terkini mengenai kesehatan sikisnya.

Penangkapan Adnan kali ini tidak bersifat administratif, melainkan “ada” surat dakwaan. Menurut pengacara Adnan, Jamil Khatib, Adnan didakwa sebagai anggota organisasi terlarang, Jihad Islam, yang menurut pengacaranya “tidak didasarkan pada bukti atau bahkan pengakuan yang jelas melainkan tuduhan sepihak oleh orang-orang yang tidak mengenalnya.”

Permintaan berulang Khatib untuk memindahkan Adnan ke rumah sakit sejauh ini juga ditolak. Selain itu “Israel” juga melarang kunjungan Randa Adnan, istrinya selama mogok makan. “Khader berbaring di tempat tidur, tidak bergerak, tubuhnya kuning tidak bisa berdiri dan berbicara lagi, kondisinya kian mengkhawatirkan.” kata Randa.

Asosiasi Tahanan Palestina mengatakan minggu ini bahwa Adnan tengah menghadapi “ancaman kematian yang bisa terjadi kapan saja”.

Diketahui, Syaikh Adnan telah berkeluarga dan memiliki 9 orang anak. Dia menjadi simbol perjuangan bagi warga dan tahanan Palestina lainnya setelah ditangkap oleh “Israel” sebanyak 12 kali dengan menghabiskan total delapan tahun di balik jeruji besi dan melakukan aksi mogok makan sebanyak lima kali.

Di masa lalu, aksi mogok makan Adnan bertentangan dengan hukum penahanan administratif – di mana metode umum yang digunakan oleh “Israel” – untuk menahan warga Palestina tanpa mengajukan tuntutan atau memberi tahu mereka kejahatan yang dituduhkan bahkan menghadirkan bukti-bukti yang memberatkan mereka. (bz/ofr)

Source: +972, وكالة صفا

Penuhi Undangan MBS, Mahmoud Abbas Harap Kerajaan Saudi Konsisten Dukung Kemerdekaan Palestina

GAZA MEDIA, RIYADH – Presiden Palestina Mahmoud Abbas bertemu dengan Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi dan Perdana Menteri Kerajaan, Pangeran Muhammad bin Salman (MBS) di Kota Jeddah atas undangan khusus dari Riyadh, Senin (17/4/2023)

Abbas menyampaikan informasi kepada MBS tentang perkembangan politik dan situasi terkini di Palestina.

Kantor berita dan informasi resmi pemerintah, Wafa menyebutkan, “pertemuan tersebut membahas lebih lanjut hubungan persaudaraan Palestina-Saudi dan cara untuk mempererat soliditas ke depannya, menanggapi hal tersebut pihak kerajaan Saudi sepakati untuk melanjutkan koordinasi di semua tingkatan.”

Mereka juga membahas – menurut (Wafa) – solusi dari ketidakadilan di wilayah tersebut, dan cara-cara untuk menyukseskan KTT Arab yang akan datang di Riyadh.

Abbas memuji inisiatif ini, “pencapaian besar dan kebangkitan komprehensif yang dicapai oleh Kerajaan Arab Saudi di berbagai bidang sehubungan dengan Visinya 2030 adalah upaya untuk meningkatkan kehadiran Kerajaan di sektor regional dan internasional.”

Dia juga menghargai peran aktif dan penting Arab Saudi dalam mendukung perjuangan Palestina di garis terdepan untuk mencapai hak sah mereka atas kebebasan, kemerdekaan dan kedaulatan dalam bernegara dengan Al-Quds sebagai ibukotanya merujuk pada kepatuhan Inisiatif Perdamaian Arab.

Sementara itu, bin Salman menegaskan posisi tegas Kerajaan untuk mendukung penuh perjuangan rakyat Palestina dalam meraih kebebasan dan kemerdekaan mereka.

Pertemuan tersebut dari pihak Palestina dihadiri oleh Sekretaris Komite Eksekutif Pembebasan Palestina (PLO) Hussein Al-Sheikh, Kepala Dinas Intelijen, Majid Faraj, penasehat Mahmud Abbas sekaligus diplomat, Majdi Al-Khalidi, serta staf diplomat kedutaan Palestina lainnya.

Dari pihak Saudi, Menteri Pertahanan Pangeran Khalid bin Salman, Menteri Luar Negeri Pangeran Faisal bin Farhan, Musaed Al-Aiban, Kepala Intelijen Khaled Humaidan, dan sejumlah pejabat kerajaan lainnya.
(as/ofr).

Emonah, Kandidat “Mesin Pembunuh” Pasukan Zionist dengan Slogannya: Smile-Kill-Enjoy

Source: Middle East Eye

*Diterjemahkan tim Gaza Media*

Editor: AqlamOFR, ✍️Nafila Bachmid

Foto edited by: Nurlita

 

Awal bulan ini, pemerintah illegal “Israel” menyetujui sebuah rencana untuk membentuk “Garda Nasional” di bawah perintah langsung menteri kemanan mereka yang konservatif dan kontroversial, Itamar Ben Gvir.

Warga Palestina mengatakan bahwa pasukan tersebut akan fokus bertindak brutal dengan skema “kerusuhan” atau “sadis” untuk menteror warga sipil Palestina lainnya.

Brigade pasukan yang telah ditentang oleh tokoh keamanan senior “Israel” ini diklaim memiliki anggaran operasional satu miliar shekel (sekitar $277 juta) dan mempekerjakan sekitar 2.000 penjaga yang akan memiliki wewenang sama dengan petugas polisi Zionist lainnya.

Ben Gvir sudah mulai mempertimbangkan calon kandidat untuk memimpin pasukan tersebut sesuai dengan rencananya sendiri.

Menurut surat kabar “Israel” Haaretz, salah satu kandidat utamanya adalah Avinoam Emunah, seorang pensiunan kolonel yang dikenal “mendoktrin” tentaranya untuk menikmati pembunuhan setiap warga sipil Palestina, di lain sisi dia memiliki sikap “antipati” terhadap wanita sebagai bentuk ketaatan terhadap agama “Yahudi” yang dianutnya.

Karier militer

Di antara peran Emunah di militer adalah bertugas di Unit 101, salah satu unit militer “Israel” yang paling terkenal brutal dan sadis. Didirikan pada tahun 1953, unit ini pertama kali dipimpin oleh mantan jenderal dan perdana menteri Ariel Sharon, yang juga salah satu mesin pembunuh/teroris ternama dari Zionist terhadap warga sipil Palestina baik yang berada di Yordania maupun Mesir. Unit 101 menerapkan hukum rimba dengan serangan mendadak terhadap warga sipil dan bertindak secara brutal dengan misinya sendiri yang terselubung ketimbang mengikuti instruksi kepala staf militer oteoitas “Israel”.

Beberapa pencapaian Emunah di unit tersebut adalah pertempuran sengit terhadap warga Palestina selama Intifada Kedua, invasi Lebanon 2006, dan agresi Gaza 2014.

“Sering kali, jika anda melihat mereka (warga Palestina) melarikan diri … Bunuh saja mereka” celoteh Emunah terhadap pasukannya.

Karier militer pria berusia 43 tahun itu menempatkannya di jalur kemajuan pesat, terlepas dari pembekuan dua tahun sebagai bagian dari teguran yang dia terima saat memimpin unit Maglan, di mana seorang tentara di unit tersebut terluka parah setelah melompat dari jip yang sedang bergerak ke semak-semak sebagai upaya melarikan diri dari kejaran pejuang Palestina.

Namun demikian, Emunah pernah ditunjuk menjadi komandan sekolah komando taktis militer “Israel” dan memimpin divisi Hermon di Dataran Tinggi Golan Suriah.

 

“Yahudi” Ortodoks yang Taat

Emunah juga dikenal dengan pandangan religiusnya yang “sangat saleh” dan ortodoks. Meskipun dia berasal dari keluarga sekuler, dia seorang “Yahudi” yang taat.

Meski dinas militer, dia bersikeras menghabiskan sebagian besar waktunya untuk berdoa dan mempelajari kitab suci “Yahudi”. Bahkan dia dikritik karena bersikeras untuk tetap terjaga di malam hari mempelajari teks agama sebelum misi penting dan berbahaya.

Selama memimpin operasi penyerbuan di Dataran Tinggi Golan Suriah yang diduduki, dia menolak untuk menerima seorang wanita sebagai juru bicara, dengan alasan “ketaatan dalam beragama”.

Setelah 24 tahun wajib militer pasukan darat, tahun 2021 lalu Emunah ikut promosi untuk memimpin divisi pasukan terjun payung, namun permintaan tersebut ditolak.

Sumber-sumber militer mengatakan bahwa antusiasme Emunah yang berlebihan dalam menggunakan kekuatan komandan melalui semangat religiusnya adalah alasan di balik penolakan promosinya tersebut, menurut surat kabar Arutz Sheva.

 

Slogan rasis & teror : ‘Senyum-bunuh-nikmati’

Menurut berbagai sumber, Emunah menghukum tentaranya yang kurang menggunakan kekerasan di Jalur Gaza.

Sebuah video yang tersebar ketika perang 2014 di Gaza menunjukkan celotehnya, “menjadi orang Arab kurang menyenangkan. Sering kali, anda akan melihat mereka melarikan diri … maka bunuhlah mereka saat tertangkap melarikan diri,” katanya kepada tentara dalam video tersebut.

“Senyumlah guys. Kalian harus menikmatinya (membunuh warga sipil Palestina). Cobalah untuk menikmatinya.”

Dalam sebuah artikel tahun 2015 yang diterbitkan di majalah militer “Israel”, dia dijuluki dengan moto “senyum-bunuh-nikmati” sebagai “kata-kata” untuk memacu adrenalin pasukan penjajah, menurut Haaretz. (Tonton: https://www.instagram.com/p/Cq2kYl8oMx5/?igshid=YmMyMTA2M2Y=)

Pinhas Hoshen, salah satu anggota pasukan Emunah mengakui, sang komandan bereaksi begitu emosional dan keras bilamana ada ancaman terhadap “Israel” di Tepi Barat. Namun, dia tidak pernah mengakui (abai) bahwa sebagai perwira tentara penjajah, kewajibannya di bawah hukum internasional adalah yang pertama dan terutama untuk melindungi rakyat sipil Palestina yang diduduki.

Saat Emunah keluar dari militer, jasa perjuangannya dipuji oleh anggota parlemen oposisi Matan Kahana dalam sebuah surat terbuka.

Namun, beberapa anggota parlemen Knesset “takut” dengan pernyataannya, sebagai anggota oposisi dapat menutupi sentimen anti-Palestina Emunah kepada publik “Israel” dan keberatan atas pengangkatannya juga menjadi rumit dirasakan dari berbagai pihak.

Banyak kekhawatiran di dalam internal pemukim ilegal “Yahudi” lainnya bahwa keputusan Ben Gvir – terlalu provokatif terhadap warga Palestina dengan mendirikan kelompok teror – yang akan mempolitisasi komando pasukan dan menggunakannya sebagai “milisi terselubung pribadinya sendiri”.

(nb/ofr)

Baru Pulang Jadi Relawan di Turki, Sameh Tewas Dibunuh Pemukim Ilegal “Israel”

GAZA MEDIA, TEPI BARAT – Dalam video yang dirilis Middle East Eye, terlihat sejumlah pemukim ilegal “Yahudi” di Desa Zatara pada Senin malam (27/02/23) lakukan aksi teror tanpa pandang bulu ke sejumlah warga Palestina.

Salah satu korban dalam aksi teror tersebut adalah Sameh Al-Aqtash (37 tahun), ayah dari 5 orang anak yang baru pulang menjadi relawan bantu korban gempa Turki. Menurut keterangan saksi, setelah terjadi penembakan, Sameh sempat dilarikan ke rumah sakit dengan kendaraan pribadi  namun para pemukim ilegal blokir jalan sekaligus cegah ambulans bantuan medis mencapai Desa Zatara. Sampai akhirnya, Sameh meninggal selang berapa lama ketika menuju rumah sakit di Kota Beita.

The New Arab menyebutkan, saudara laki-laki Sameh yaitu Abdel Moneim Aqtash menyaksikan “semalam kami berdua sedang duduk di luar bengkel las. Seketika para para pemukim ilegal “Yahudi” meneror kami secara brutal, kami sempat pukul mundur kedatangan mereka. Namun para pemukim ilegal ini kembali dengan membawa pasukan penjajah. Berdasarkan laporan saksi, militer Zionist ini lah yang menebak saudara saya, bukan para pemukim ilegal.” Sahut Abdel

Sementara itu militer “Israel” berdalih, Sameh tidak ditembak oleh mereka. Ayah lima anak itu meninggal karena luka-luka. Mereka juga menambah, tidak ada pelaku yang ditangkap atas meninggalnya Sameh.

Salah satu saksi mata melaporkan, para pemukim ilegal itu membakar toko, supermarket, rumah, pohon, mobil, dan garasi mobil milik warga Palestina lainnya. Bahkan, tak segan-segan mereka membakar apa saja yang ada di hadapan mereka.

Pejabat Palestina mengabarkan, sejauh ini para pemukim ilegal “Yahudi” telah melakukan 300 lebih aksi teror ke warga Palestina di daerah Nablus.

Untuk diketahui, sekitar 2,9 juta warga Palestina dan sekitar 475 ribu Pemukim ilegal “Yahudi” saat ini tinggal di Tepi Barat. Para pemukim ilegal ini hidup di bawah kendali otoritas “Israel” di mana status keberadaannya dinyatakan ilegal menurut hukum internasional.

Source: @middleeasteye

Translator/Editor: spt/ofr
Gaza Media Agency

Sambut Bulan Ramadhan, “Israel” Perintahkan Rubuh Paksa Rumah Warga Palestina di Al-Quds

GAZA MEDIA, AL-QUDS – Dilansir dari laman middleeasteye, Menteri Keamanan “Israel”, Itamar Ben Gvir perintahkan polisi Zionist hancurkan rumah-rumah milik warga Palestina di Al-Quds Timur meski beberapa hari ke depan umat muslim Palestina sambut bulan suci Ramadan. (Senin, 06/03/23).

Di tahun sebelumnya, otoritas “Israel” menahan diri untuk tidak menghancurkan rumah-rumah warga Palestina selama Ramadan. Bagaimanapun juga menghancurkan rumah warga sipil adalah kejahatan perang. Akan tetapi, di tahun ini media “Israel” melaporkan, polisi akan mengikuti tuntutan Itamar Ben Gvir hancurkan rumah warga Palestina meski dalam beberapa tahun terakhir ketegangan meningkat atas pelanggaran “Israel” terhadap Al-Quds dan Masjid Al-Aqsa.

“Israel” hancurkan rumah-rumah Palestina karena berbagai alasan. Termasuk klaim sepihak tidak ada izin bangunan dan dalih penggusuran rumah pelaku kejahatan perang. Kebijakan tersebut dilarang hukum internasional karena dianggap sebagai hukuman kolektif.

Dikutip dari Smart171, Data Badan Koordinasi Kemanusiaan PBB wilayah Palestina (OCHAoPt) melaporkan, saat ini terdapat 108 rumah di Area C, 50 rumah di Al-Quds Timur, 10 rumah di Area A dan B milik warga Palestina sudah dirubuh paksa oleh alat milter Zionist. Penghancuran rumah mengakibatkan warga Palestina kehilangan tempat tinggal, termasuk anak-anak dan orang tua. Data OCHAoPt terdapat 252 warga Palestina yang terpaksa mengungsi saat ini.

Sementara itu, dilansir dari Yedioth Ahronoth, polisi “Israel” peringatkan Itamar Ben-Gvir mengingat antisipasi situasi eskalasi bulan Ramadan yang tidak stabil. Apalagi sebelumnya, otritas Zionis tidak pernah lakukan penggusuran selama bulan Ramadan karena menghindari perlawanan masif dari pejuang Palestina (di Gaza & Tepi Barat).

Tidak berhenti sampai di situ. Pada pertemuan tertutup, dinas keamanan “Israel” menemui Itamar Ben Gvir bahas sebab penghancuran rumah-rumah warga Palestina selama Ramadan yang dapat menyebabkan terjadinya kerusuhan besar di semua lini.

Dalam pertemuan terpisah dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, Dinas Kemanan khawatir adanya konsensus yang terjadi. Maka operasi penegakan hukum yang diprakarsai Itamar Ben Gvir di Al-Quds Timur harus segera dihentikan. (ofr/sti)

Source: middleeasteye
Translator/editor: AqlamOFR/Penaabiru

Pasukan Zionist Bunuh 12 Warga Nablus, Ubaidah: Tabuh Genderang Perang!

GAZA MEDIA, TEPI BARAT – Pasukan Zionis bunuh 12 warga Palestina-termasuk seorang anak kecil dan dua orang tua dalam serangan brutal yang dilancarkan ke Kota Nablus, Kamis waktu setempat (22/2/2023).

“Lebih dari 60 kendaraan militer “Israel” menyerbu Nablus sekitar pukul 10 pagi sejak hari Rabu, setelah mereka menyamar dan menyusup ke Kota Tua”, kata seorang saksi mata dilansir Middle East Eye.

Nabeela Suliman, salah seorang penduduk Nablus menyebutkan, ketika ia sedang berjalan di pasar bersama putrinya, ia mendengar suara ledakan tiba-tiba, warga mulai berteriak dan panik atas tindakan teror tersebut.

“Suasananya berbeda dan sangat menakutkan. Kami mendengar suara ledakan dan orang-orang berlarian di jalanan, dan banyak dari kami menangis, meminta kepada Allah agar kota kami mendapat perlindungan.”, kata Nabeela.

Aksi teror itu ditujukan pada sebuah bangunan di kota yang dianggap sebagai tempat persembunyian para pejuang Palestina. Media Palestina mengatakan bahwa Hussam Bassam Aslim, 24 tahun dan Mohammed Omar Abu Bakr, 23 tahun tetap bertahan di wilayah milik mereka dan menolak untuk menyerah kepada pasukan penjajah.

Hampir empat jam setelah penggerebekan dimulai, kementerian kesehatan Palestina mengumumkan data terakhir 12 warga Palestina syahid terbunuh, termasuk Aslim dan Abu Bakar.

Mereka diduga sebagai anggota kelompok “Lion’s Den”, yang terkenal selama setahun terakhir karena tindakan tegas membalas teror pemukim ilegal “Yahudi” yang rasisme dan vandal di Tepi Barat.

Serangan mematikan itu memicu reaksi yang tidak biasa dari Abu Obaida, juru bicara pejuang Hamas, Brigade Izz al-Din al-Qassam yang sering membuat pernyataan publik hanya pada saat tertentu, seperti perang.

“Pejuang Palestina di Gaza memantau dengan cermat kejahatan yang dilancarkan berulang kali oleh penjajah “Israel” terhadap rakyat Palestina di Tepi Barat dan kesabaran kami telah menipis”, jelas Abu Obaida.

Faksi Palestina mengutuk keras serangan tersebut, menganggap “Israel” harus bertanggung jawab dan menerima konsekuensi atas pembantaian biadab yang mereka lakukan.

Pasukan “Israel” telah membunuh 59 warga Palestina diawal tahun 2023 ini, dengan tingkat lebih dari satu kematian setiap harinya.

Sementara itu, pihak penjajah mencatat bahwa 10 pemukim Zionis tewas terbunuh dalam aksi balasan oleh pemuda Palestina di Al Quds sejak awal tahun 2023 ini.

Oleh Fayha Shalash, Ramallah, Palestina/MEE
Terjemah oleh : Nafila Bachmid/Gazamedia