Perang

Jubir Kremlin: Rusia ‘Kehilangan Pasukan yang Signifikan’ di Ukraina

GAZA MEDIA, MOSKOW – Rusia telah menderita “kerugian pasukan yang signifikan” di Ukraina, kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov, Kamis.

“Ini adalah tragedi besar bagi kami,” katanya kepada SkyNews TV dalam sebuah wawancara.

Perang Rusia-Ukraina, yang dimulai 24 Februari, telah memicu kemarahan internasional, dengan Uni Eropa, AS, dan Inggris, antara lain, menerapkan sanksi keuangan yang keras terhadap Moskow.

Setidaknya 1.611 warga sipil telah tewas di Ukraina dan 2.227 terluka, menurut perkiraan PBB, dengan angka sebenarnya dikhawatirkan jauh lebih tinggi.

Lebih dari 4,3 juta warga Ukraina telah melarikan diri ke negara lain, dengan jutaan lainnya mengungsi, menurut badan pengungsi PBB.

Pengacara Arab: Kekerasan Israel atas Tawanan adalah Kejahatan Perang

GAZA MEDIA, KAIRO – Sekretaris Jenderal Persatuan Pengacara Arab, Kapten Al-Makawi Ben Issa mengatakan bahwa apa yang dilakukan penjajah Israel terhadap tawanan yang sakit tidak sesuai dengan Konvensi Jenewa dan merupakan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan yang tidak akan dilupakan dan akan diingat selalu oleh sejarah. Pelanggaran ini juga tidak akan gugur kapanpun.
Dalam pernyataannya hari ini, Kamis, dia meminta komunitas internasional dan organisasi hak asasi manusia untuk menekan penjajah Israel agar segera membebaskan tahanan Nasser Abu Hamid yang sakit, yang kondisi kesehatannya memburuk dan mengalami koma selama sembilan hari berturut-turut, seperti dikutip dari Palinfo, Kamis, (13/1).
Ben Isa mengatakan bahwa penjajah Israel terus melakukan kejahatannya terhadap tawanan Palestina dan dengan sengaja membahayakan kesehatan mereka dengan tidak memberi perawatan medis. Ini tidak sesuai dengan aturan paling dasar dari hukum humaniter internasional.
Dia menyinggung bahwa tawanan Abu Hamid, yang menderita kanker paru-paru, menghabiskan hidupnya di penjara pendudukan Israel. Ia menilai tindakan Israel sebagai serangan terhadap nilai-nilai kemanusiaan yang paling dasar.
Sekretaris Jenderal Persatuan Pengacara Arab mengimbau masyarakat internasional untuk keluar dari sikap bisunya yang memalukan dan bertanggung jawabnya dengan memaksa “Israel” mematuhi hukum internasional, dan untuk membebaskan para tawanan, terutama tawanan Abu Hamid.[]

‘Israel’ Mulai Manuver Militer di Tepi Barat

GAZA MEDIA, YERUSSALEM – Pasukan penjajah Israel pada Minggu (21/11) mengumumkan dimulainya manuver militer komprehensif di garis depan Tepi Barat dan Jalur Gaza dengan nama Country Shield.

Juru bicara pasukan ‘Israel’ menyatakan bahwa manuver akan dihadiri oleh pasukan dari Brigade Tengah dan Selatan, Staf Umum, infanteri dan angkatan udara, dengan partisipasi ribuan tentara cadangan.

Dia menambahkan bahwa Divisi Operasi akan memimpin tentara untuk manuver, yang mensimulasikan skenario pecahnya eskalasi militer di kedua front.

Dia menunjukkan fokusnya adalah pada penerbitan peringatan tentang potensi ancaman di daerah sekitar Jalur Gaza. []

AS Jatuhkan Hukuman pada Warga Iran  

GAZA MEDIA, WASHINGTON – Amerika Serikat, Kamis (20/11) mengajukan tuntutan pidana terhadap dua warga Iran dan menjatuhkan sanksi pada enam orang lainnya atas apa yang dikatakan pihak berwenang sebagai upaya mempengaruhi pemilihan presiden AS 2020.

Sumber keamanan AS mengatakan, Seyed Kazemi (24), dan Sajjad Kashian (27) memperoleh informasi rahasia tentang proses pemungutan suara dari situs web pemilihan di Amerika Serikat.

Surat dakwaan menuduh bahwa mereka juga berhasil meretas jaringan komputer perusahaan AS sebagai bagian dari rencana untuk menyebarkan tuduhan palsu tentang pemilu.

Kecurigaan AS tentang campur tangan Iran dalam pemilihan presiden 2020 muncul pada Oktober tahun lalu. []

‘Israel’ Khawatir akan Terjadi kerusuhan di Palestina

GAZA MEDIA, TEPI BARAT – Kepala Logistik Militer Israel Mayor Jenderal Yitzhak Turgeman mengungkapkan kekhawatirannya akan terjadi kerusuhan besar di wilayah Palestina.

Menurutnya, selama perang terakhir di Gaza pada bulan Mei lalu, terjadi banyak insiden pelemparan batu ke truk militer, sehingga mereka terisolasi di tengah jalan.

Tentara ‘Israel’ khawatir akan ada insiden dalam skala besar, dan diperlukan skenario yang berbeda untuk menghadapi ancaman ini.

Saat ini, pengerahan pasukan tidak mungkin melalui jalur Wadi Ara, sebuah jalan lembah di sebelah utara Palestina, yang membuat pasukan berurusan dengan hal yang tidak sepadan dengan tugas militer.

Unit-unit tentara akan dipersenjatai lebih lengkap untuk melindungi diri dari tempat – tempat para demonstran Palestina. []

Utusan Amerika Dorong Gencatan Senjata di Ethiopia

GAZA MEDIA, WASHINGTON – Utusan Amerika dan Afrika berupaya memecahkan kebuntuan dan memulai dialog antara para pihak yang bertikai di Ethiopia untuk segera mengakhir perang yang berkecamuk di negara tersebut.

Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price, mengatakan dalam konferensi pers di Washington, Rabu (10/10) bahwa, utusan AS, Jeffrey Feltman, telah berada di Ibu Kota Addis Ababa untuk melanjutkan upaya mediasi dan mendukung upaya utusan Uni Afrika, Olusegun Obasanjo.

Price mencatat bahwa ada sedikit peluang untuk menyelesaikan krisis di Ethiopia secara damai. Dalam komentar terakhir Perdana Menteri, Abi Ahmed, dalam tweetnya di Twitter, mengatakan bahwa tantangan yang dihadapi negaranya adalah prasangka antarmasyarakat. Ia menambahkan bahwa tantangan ini dapat diatasi dengan persatuan.

Dengan bangga sebagai orang Afrika, ia mengatakan “Tidak ada yang lebih mendesak untuk direbut kembali, kecuali sejarah benua kita.”

Sejak November 2020, setidaknya 60.000 pengungsi Ethiopia telah melarikan diri ke Sudan karena perang di wilayah Tigray antara Tentara Federal dan pasukan Front Pembebasan Tigray.

Seperti diberitakan, tanggal 4 November 2020, bentrokan bersenjata meletus antara kedua pihak Ethiopia di wilayah Tigray, setelah pasukan pemerintah memasuki wilayah tersebut sebagai tanggapan atas serangan sebuah pangkalan militer.

PBB melaporkan setidaknya 16 staf lokalnya di Ethiopia ditahan setelah serangan pemerintah yang menargetkanpemberontak etnis Tigray. Ini terjadi di tengah desakan sejumlah negara untuk mengakhiri perang selama setahun di negara itu.

Penahanan di Addis Ababa mengikuti deklarasi keadaan darurat nasional enam bulan pekan lalu setelah pemberontak Tigray dan Oromo mengklaim kemajuan besar di lapangan, meningkatkan kekhawatiran di Ibu Kota Addis Ababa. []

Lebih 3 Juta Orang Butuh Bantuan Darurat di Myanmar

GAZA MEDIA, WASHINGTON – Lebih dari 3 juta orang membutuhkan bantuan untuk “menyelamatkan jiwa” di Myanmar setelah militer di sana merebut kekuasaan dan menggulingkan pemerintah sipil, kata kepala kemanusiaan PBB pada Senin.

Martin Griffiths, koordinator bantuan darurat PBB, mengatakan bahwa setelah kudeta militer 1 Februari lalu, Myanmar telah dicengkeram oleh “konflik dan ketidakamanan yang meningkat, masalah pandemi Covid-19 dan ekonomi yang gagal”.

Dia memperingatkan bahwa tanpa solusi politik untuk krisis, maka jumlah orang yang membutuhkan bantuan “hanya akan terus meningkat.”

Lembaga kemanusiaan telah menyediakan bantuan makanan, uang tunai dan nutrisi kepada 1,67 juta orang tahun ini, menurut angka PBB, tetapi rakyat Myanmar menghadapi kendala yang ditimbulkan oleh “kurangnya akses dan dana kemanusiaan.”

“Akses ke banyak orang yang sangat membutuhkan di seluruh negeri tetap sangat terbatas karena hambatan birokrasi yang diberlakukan oleh militer,” kata Griffiths dalam sebuah pernyataan saat Dewan Keamanan rapat secara tertutup mengenai krisis di Myanmar.

“Saya mendesak militer Myanmar – dan semua pihak – untuk memfasilitasi akses kemanusiaan yang aman, cepat dan tanpa hambatan,” lanjut dia.

Griffiths lebih lanjut meminta masyarakat internasional untuk mendanai kegiatan bantuan, dan mengatakan pihaknya telah menerima kurang dari setengah rencana pendanaan USD385 juta bantuan yang ditetapkan setelah kudeta militer.

“Rakyat Myanmar membutuhkan bantuan kami untuk memastikan bahwa hak-hak dasar mereka ditegakkan dan mereka dapat hidup dengan bermartabat,” tutur dia, seraya mengeluhkan bahwa “dunia sekarang sedang menonton.”

Militer Myanmar menangkap para pemimpin dan pejabat partai Liga Nasional untuk Demokrasi yang berkuasa, termasuk pemimpin de facto dan Penasihat Negara Aung San Suu Kyi, pada 1 Februari, dan menyatakan keadaan darurat satu tahun.

Awal bulan ini, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan sedikitnya 37.000 orang, termasuk perempuan dan anak-anak, telah mengungsi karena eskalasi konflik baru-baru ini di barat laut negara itu. []

Israel Gelar Latihan Militer Skala Besar

GAZA MEDIA, YERUSALEM – Israel pada Ahad (31/10) meluncurkan latihan militer untuk menguji kesiapan pasukan dalam menghadapi serangan skala besar. Latihan militer tersebut mencakup penembakan roket yang tepat, penggunaan senjata kimia, dan serangan siber.

Latihan militer rencananya akan berlangsung hingga Rabu (3/11) mendatang. Latihan diikuti oleh seluruh tentara Israel serta semua kantor pemerintah dan darurat.

“Beberapa aspek yang akan kami simulasikan dalam latihan ini di antaranya penggunaan zat-zat disorientasi dan penenang oleh musuh. Kami akan memeriksa ini selama latihan,” kata Kepala Badan Manajemen Darurat Nasional Israel, Yoram Laredo, dilansir Middle East Monitor pada Senin (1/11).

Harian Yedioth Ahronoth melaporkan latihan itu akan melibatkan partisipasi ribuan tentara Israel dan personel sipil. Latihan tersebut untuk mensimulasikan evakuasi massal sebagai tanggapan atas tembakan roket.

“Hari pertama latihan akan dikhususkan untuk Polisi Israel, untuk mensimulasikan kerusuhan berbasis nasionalistik di banyak bidang,” kata Laredo.

Latihan militer juga mensimulasikan konflik dengan kelompok Hizbullah Lebanon yang memiliki berbagai macam rudal presisi. Sebelumnya Israel telah menyetujui anggaran sekitar 1,5 miliar dolar AS untuk melatih militer melakukan serangan terhadap program nuklir Iran. Anggaran tersebut diharapkan dapat dicairkan pada November mendatang.

Dilansir Sputnik News, Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF), Aviv Kohavi, mengatakan Israel telah melakukan persiapan untuk bertindak atas program nuklir Iran. Kohavi menyatakan sebagian besar dari peningkatan anggaran pertahanan yang disepakati sebelumnya dimaksudkan untuk menyerang fasilitas nuklir Iran. Menurutnya menyerang program nuklir Iran adalah tugas yang sangat sulit dan membutuhkan lebih banyak keterlibatan intelijen, kemampuan operasional, dan persenjataan.

Pada Januari lalu, Kohavi menyatakan IDF sedang mengembangkan rencana operasional baru untuk memperkuat militer Israel. Kemudian pada Agustus, dia menyatakan kemajuan nuklir Iran telah mendorong IDF untuk mempercepat rencana operasi militer dengan mengajukan anggaran baru. []