Ditangkap pada tahun 2002 dari Tepi Barat, Moqada adalah seorang ayah dari empat anak. Ia ditembak langsung oleh tentara Israel saat penangkapannya.
Menyebabkan kelumpuhan di tubuh bagian bawah serta kerusakan pada sistem pencernaan. Ia mengalami kondisi kesehatan yang sangat buruk selama berada di penjara Israel.
Setelah lebih dari dua dekade dalam penderitaan di penjara, pihak berwenang Israel akhirnya membebaskan tahanan Palestina yang lumpuh, Mansour Moqada (56 tahun), pada hari Sabtu.
Sebelumnya, ia dijatuhi hukuman seumur hidup. Pembebasannya terjadi dalam tahap ke-6 pertukaran tahanan antara Israel dan faksi Palestina.
Meskipun telah dibebaskan, Moqada tidak sepenuhnya mendapatkan kebebasannya. Alih-alih mengizinkannya kembali ke kampung halamannya di Zawiya, Provinsi Salfit, Tepi Barat, ia diasingkan secara paksa ke luar wilayah Palestina.
Lumpuh dan penyakit serius di penjara
Moqada ditangkap oleh tentara Israel pada tahun 2002 di Tepi Barat yang diduduki. Saat penangkapannya, ia ditembak secara langsung.
Akibatnya, ia menderita kelumpuhan di tubuh bagian bawah serta kerusakan parah pada sistem pencernaannya, termasuk perut, usus, dan kandung kemih.
Menurut pernyataan dari Klub Tahanan Palestina, Moqada adalah salah satu dari sekian banyak tahanan yang menjadi korban kejahatan medis di dalam penjara Israel.
Meskipun telah menjalani serangkaian operasi bedah yang rumit, kondisi kesehatannya terus memburuk.
Ia dianggap sebagai salah satu tahanan dengan kondisi medis paling serius, menurut Komisi Urusan Tahanan dan Klub Tahanan Palestina.
Selama bertahun-tahun, Moqada harus hidup dengan usus buatan (plastik), sementara otoritas penjara Israel dengan sengaja mengabaikan kebutuhan medisnya.
Mogok Makan
Karena pengabaian medis yang sistematis, Moqada beberapa kali melakukan mogok makan sebagai bentuk protes terhadap perlakuan buruk yang ia terima.
Selama dalam tahanan, ia mengalami nyeri kronis dan berbagai masalah kesehatan, termasuk gangguan penglihatan dan penyakit gigi.
Setiap hari, ia membutuhkan lebih dari 12 jenis obat dan pereda nyeri untuk mengatasi penderitaannya yang berkepanjangan.
Moqada dibebaskan sebagai bagian dari tahap ke-6 pertukaran tahanan, yang mencakup pembebasan 369 tahanan Palestina. Jumlah itu termasuk 333 tahanan dari Gaza, yang ditangkap setelah 7 Oktober 2023, dan 36 tahanan yang sebelumnya divonis hukuman seumur hidup.
Menurut Kantor Informasi Tahanan Hamas, 24 tahanan yang dibebaskan telah diasingkan ke luar Palestina.
Kesepakatan pertukaran tahanan “Thufan Al-Ahrar” pada tahap pertamanya mencakup pembebasan total 1.737 tahanan Palestina.
Proses ini direncanakan berlangsung selama enam minggu, dengan pembebasan dilakukan secara bertahap setiap minggu.
Pada 19 Januari 2025, dimulailah gencatan senjata dan pertukaran tahanan yang terdiri dari tiga tahap, masing-masing berlangsung selama 42 hari, dengan syarat bahwa negosiasi untuk tahap berikutnya harus dilakukan sebelum tahap yang sedang berlangsung berakhir. Proses ini dimediasi oleh Mesir dan Qatar, serta didukung oleh Amerika Serikat (AS).
Dengan dukungan penuh dari Amerika Serikat, Israel telah melakukan genosida di Gaza sejak 7 Oktober 2023 hingga 19 Januari 2025. Hal iyu menyebabkan lebih dari 160 ribu warga Palestina tewas atau terluka, mayoritas adalah anak-anak dan perempuan. Lebih dari 14 ribu orang masih hilang akibat serangan brutal tersebut.
Sementara itu, di Tepi Barat, Israel dan para pemukim ilegal terus meningkatkan serangan mereka, yang menyebabkan 912 warga Palestina terbunuh, sekitar 7.000 orang terluka, serta 14.500 lainnya ditangkap oleh pasukan Israel.
Meskipun mengalami penyiksaan, penyakit, dan pengasingan paksa, Mansour Moqada tetap menjadi simbol ketahanan rakyat Palestina dalam menghadapi penindasan Israel.