Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu terpaksa mengambil jalur penerbangan yang lebih panjang saat menuju Washington dari ibu kota Hungaria, Budapest, untuk menghindari kemungkinan pendaratan darurat di negara-negara yang mungkin memberlakukan surat perintah penangkapan dari Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) terhadapnya.
Menurut laporan harian Israel, Haaretz, pada Senin (7/4), pesawat Netanyahu terbang melalui jalur penerbangan yang sekitar 400 kilometer lebih panjang untuk menghindari negara-negara yang bisa menegakkan surat perintah tersebut jika terjadi pendaratan darurat.
“Israel percaya bahwa negara-negara seperti Irlandia, Islandia, dan Belanda bisa saja bertindak untuk menegakkan surat perintah tersebut,” ujar Haaretz.
Sejak dimulainya perang Israel di Gaza pada Oktober 2023, semua penerbangan Netanyahu menuju AS melintasi Yunani, Italia, dan Prancis, menuju Samudra Atlantik, dan kemudian ke AS.
Sesampainya di Washington, DC, Netanyahu disambut dengan aksi protes yang mendesak agar diadakan gencatan senjata di Gaza dan perjanjian pertukaran tahanan, demikian dilaporkan Haaretz.
Pada Kamis sebelumnya, Netanyahu tiba di Budapest untuk kunjungan resmi, meskipun ada surat perintah penangkapan dari ICC yang dikeluarkan terhadapnya terkait dugaan kejahatan perang di Gaza. Setelah kedatangannya, pemerintah Hungaria mengumumkan akan keluar dari ICC.
Pada November lalu, ICC mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, dengan tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel saat ini juga menghadapi gugatan genosida di Pengadilan Internasional terkait aksi militernya di Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 50.700 orang sejak serangan oleh kelompok Hamas pada 7 Oktober 2023.