Seorang tentara cadangan Israel dilaporkan mengakhiri hidupnya setelah dipanggil untuk kembali berperang, menurut laporan media Israel Kan pada Senin (4/11).
Identitas tentara tersebut tidak disebutkan dalam laporan tersebut.
Laporan ini muncul kurang dari seminggu setelah surat kabar Israel, Ha’aretz, melaporkan kasus bunuh diri seorang reservis bernama Asaf, yang mengakhiri hidupnya setelah hadir untuk panggilan dinas.
Menurut Ha’aretz, kematian Asaf terjadi setelah ratusan permohonan yang diajukan oleh ibunya selama tiga tahun, meminta perhatian atas situasi Asaf dari militer Israel, Knesset (parlemen Israel), dan kabinet pemerintah.
“Namun, tanggapan yang diterima berkisar dari ketidakpedulian hingga penghinaan,” tulis Ha’aretz mengenai kondisi Asaf, yang telah berjuang sejak dirinya diberhentikan dari militer.
Bulan lalu, CNN juga melaporkan bunuh diri seorang reservis lainnya, Eliran Mizrahi, yang berusia 40 tahun. Mizrahi mengakhiri hidupnya setelah kembali dari Gaza.
Militer Israel sendiri tidak mengungkapkan angka pasti mengenai jumlah tentara yang bunuh diri setelah bertugas di Gaza dan Lebanon, di mana Israel sejak Oktober tahun lalu melancarkan perang yang dianggap banyak pihak sebagai genosida dan eskalasi agresi mematikan.
Militer hanya mengungkapkan bahwa “ribuan” tentara mereka telah didiagnosis dengan gangguan stres pascatrauma (PTSD) atau gangguan mental lainnya.
Namun Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa pihaknya berencana untuk memperpanjang perang hingga mengeliminasi” gerakan perlawanan Hamas, sebuah ide yang dianggap mustahil.
Pada bulan Juni, juru bicara militer Israel, Daniel Hagari, sendiri mengakui, “Siapa pun yang berpikir kita bisa menghilangkan Hamas salah,” dan menambahkan, “Hamas adalah sebuah ide, Hamas adalah sebuah partai. Itu berakar dalam hati rakyat.”
Departemen Rehabilitasi Kementerian Pertahanan Israel mencatat lonjakan signifikan jumlah korban cedera di kalangan personel militer dan pasukan keamanan sejak dimulainya ofensif Israel terhadap Gaza pada 7 Oktober 2023. Menurut kementerian, sekitar 12.000 anggota militer dan keamanan telah terdaftar sebagai korban luka.
Jumlah tentara yang menerima perawatan meningkat sebesar 20%, dengan total sekitar 74.000 tentara. Di antara mereka, sekitar 1.500 tentara mengalami cedera berulang akibat pertempuran yang terus berlangsung.
Sejak dimulainya operasi darat Israel di Lebanon pada awal Oktober, sekitar 900 korban baru telah diterima di rumah sakit, yang menunjukkan peningkatan 1,5 kali lipat dibandingkan dengan jumlah cedera pada bulan September, tambah kementerian tersebut.