Tim negosiasi tingkat menengah Israel yang berada di Qatar selama beberapa hari terakhir untuk merundingkan kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan sandera dengan Hamas di Jalur Gaza, dijadwalkan kembali ke Israel pada Selasa malam.
Kantor Perdana Menteri Israel menyebutkan bahwa pekan ini telah menjadi “minggu yang signifikan” dalam pembahasan tersebut. Demikian laporan situs Times of Israel pada Rabu (25/12).
“Tim ini kembali ke Israel untuk melakukan pembahasan internal terkait kelanjutan negosiasi guna memulangkan para sandera,” demikian pernyataan Kantor Perdana Menteri.
Kementerian Luar Negeri Qatar menyatakan negosiasi masih berlangsung di Doha, dengan dukungan mediator dari Mesir dan Amerika Serikat.
“Kami tidak akan melewatkan satu pun pintu yang dapat membawa kami pada kesepakatan,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, Majid al-Ansari, dalam konferensi pers.
Tahapan Gencatan Senjata
Proposal gencatan senjata tersebut dilaporkan akan diterapkan dalam tiga tahap. Pada tahap pertama, Hamas diharapkan membebaskan para sandera “kemanusiaan” — yaitu perempuan, anak-anak yang tersisa, orang lanjut usia, dan mereka yang sakit.
Sandera laki-laki yang lebih muda akan dibebaskan pada tahap selanjutnya jika gencatan senjata tetap berjalan sesuai kesepakatan.
Di tengah laporan bahwa kesepakatan tersebut hampir tercapai, 10 keluarga dari para sandera yang merupakan ayah dari anak-anak mengirim surat kepada kabinet.
Mereka mengajukan alasan hukum mengapa sandera tersebut harus dimasukkan dalam tahap pertama pembebasan, menurut laporan Channel 12.
Dengan tajuk “Komitmen Israel kepada Anak-anak yang Ayahnya Menjadi Sandera,” mereka menegaskan bahwa keputusan mengenai prioritas pembebasan sandera harus didasarkan pada hukum internasional.
Menurut mereka, hal ini belum diperhatikan dalam definisi Israel tentang siapa yang dianggap sebagai sandera kemanusiaan.
Kekhawatiran Keluarga Sandera
Ada kekhawatiran di kalangan keluarga sandera bahwa siapa pun yang tidak dibebaskan pada tahap pertama gencatan senjata berisiko tetap ditahan dalam jangka waktu yang lebih lama.
Banyak yang khawatir kesepakatan dapat gagal sebelum tahap-tahap selanjutnya tercapai.
Di antara mereka yang menandatangani surat tersebut adalah mantan sandera Sharon Aloni Cunio, yang suaminya David Cunio masih ditahan; Bat-Sheva Yahalomi, istri dari sandera Ohad Yahalomi; dan Avital Dekel Chen, istri dari Sagui Dekel-Chen.
“Israel harus mengakui dan melaksanakan hak anak-anak yang ayahnya ditahan oleh Hamas,” tulis mereka. Mereka menambahkan bahwa kehidupan anak-anak tersebut “diabaikan dan dirugikan” selama ayah mereka masih dalam penahanan.
Channel 12 juga melaporkan, pejabat di Washington telah berkomunikasi dengan keluarga warga Amerika-Israel yang disandera di Gaza.
Mereka menyampaikan bahwa meskipun ada kemajuan, tidak ada perkembangan besar yang diharapkan dalam beberapa hari mendatang karena proses ini membutuhkan waktu. Saat ini terdapat tujuh warga negara ganda AS-Israel di antara para sandera.
Pada Senin lalu, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengungkapkan optimisme hati-hati terkait peluang kesepakatan pembebasan sandera dalam pidatonya di Knesset.
“Saya ingin menyampaikan dengan hati-hati,” katanya, “ada sedikit kemajuan.”
Baca juga: Israel gagal kendalikan Gaza utara
Baca juga: Israel tangkap demonstran yang serukan gencatan senjata dengan Hamas