Tokoh oposisi Israel, Yair Golan, pada Selasa (20/5/2025) melontarkan kritik keras terhadap pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Dalam wawancara dengan lembaga penyiaran publik Israel, Kan, Golan menyebut bahwa Israel sedang menuju status sebagai negara paria, seperti Afrika Selatan pada era apartheid, akibat kebijakan militernya di Jalur Gaza.
“Israel sedang menuju status sebagai negara paria jika kita tidak kembali bertindak sebagai negara yang waras,” ujar Golan.
“Negara yang waras tidak berperang melawan warga sipil, tidak membunuh anak-anak seperti hobi, dan tidak menjadikan pengusiran penduduk sebagai tujuan,” tambah mantan jenderal tersebut.
Golan juga menuduh kabinet pemerintahan saat ini dipenuhi oleh “orang-orang pendendam yang tidak bermoral dan tidak mampu memimpin negara di masa krisis.” Ia menyebut situasi ini sebagai ancaman bagi keberlangsungan negara Israel itu sendiri.
Menanggapi pernyataan tersebut, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyebut pernyataan Golan sebagai “fitnah berdarah” dan bentuk “hasutan yang liar.” Dalam pernyataan resminya, Netanyahu membela pasukan pertahanan Israel (IDF) dan mengatakan bahwa “tentara Israel adalah tentara paling bermoral di dunia.”
Sejak dimulainya serangan ke Gaza pada Oktober 2023, pasukan Israel telah menewaskan lebih dari 53.500 warga Palestina, mayoritas adalah perempuan dan anak-anak, menurut data otoritas Palestina dan laporan internasional.
Pada November 2024, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya, Yoav Gallant, atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel juga tengah menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) atas perang yang masih berlangsung di wilayah kantong tersebut.