Jaksa Turki menuntut hukuman hingga 45 tahun penjara untuk tujuh tersangka yang didakwa melakukan spionase terhadap orang-orang yang menjadi target badan intelijen Israel, Mossad, lansir Daily Sabah pada Sabtu.
Jaksa di Istanbul mengajukan gugatan pada Kamis terhadap tujuh tersangka dengan tuduhan melakukan spionase politik atau militer.
Tujuh tersangka tersebut, Hamza Turhan Ayberk, Funda Kadayıfçıoğlu, Ercan Kama, Ömer Burak Gezer, Ismail Kaya, Mehmet Yetimova, dan Özkan Şahin, menghadapi hukuman antara 18 hingga 45 tahun penjara karena menjual informasi kepada agen Mossad, demikian menurut dakwaan.
Penyelidikan mengungkapkan bahwa Ayberk, seorang detektif swasta, pertama kali dihubungi pada 2019 oleh seorang agen intelijen Israel yang menggunakan nama kode “Victoria.”
Ayberk bertemu langsung dengan Victoria di Belgrade pada 2019 yang kemudian memperkenalkannya pada dua agen Mossad lainnya dengan nama kode “Robert” dan “Andrea.”
Ayberk kemudian diberi tugas untuk menyelidiki individu dan perusahaan yang dianggap oleh Mossad sebagai ancaman terhadap kebijakan luar negeri dan kepentingan nasional Israel, menurut dakwaan tersebut.
Agen Mossad lain dengan nama kode “Marc” meminta Ayberk untuk mencari koneksi di Dubai, Irak, dan Afrika Selatan, tempat di mana dia diperintahkan untuk mengumpulkan informasi dan dokumen tentang individu tertentu dengan imbalan sejumlah besar uang dalam bentuk cryptocurrency.
Ayberk kemudian meminta bantuan tersangka lainnya dalam kegiatannya.
Menurut dakwaan, Ayberk memiliki total 98 rekening, 63 di antaranya aktif, di bank-bank Turki.
Rekening-rekening ini menerima transfer uang dengan total 4.126.628 lira (sekitar $118.956) antara 2019 hingga 2023.
Tugas yang diberikan kepada Ayberk bersifat spionase, bukan sekadar pekerjaan biasa, demikian menurut dakwaan tersebut.
Ayberk sendiri mengaku bertemu dengan Victoria, melakukan “beberapa pekerjaan” untuknya sebelum dia bersikeras untuk bertemu langsung dan menyetujui untuk melanjutkan tugas lebih lanjut, yaitu penyelidikan di Istanbul dan seluruh Turki.
Ayberk juga mengonfirmasi bahwa ia meminta agar pembayaran dilakukan dalam bentuk Bitcoin untuk menghindari jejak hukum.
Seiring dengan berlanjutnya genosida Gaza, Turki telah mengungkap beberapa jaringan yang dioperasikan oleh Mossad di negara itu.
Sejak Januari, pihak berwenang telah menangkap atau menahan puluhan orang yang diduga memiliki kaitan dengan Mossad. Enam orang didakwa pada Maret lalu.
Mereka diduga merekrut warga Turki dan orang-orang dari negara lain yang tinggal di Turki untuk melakukan spionase terhadap warga Palestina, khususnya yang terkait dengan kelompok perlawanan Hamas.
Mossad juga diduga merekrut warga Palestina dan Suriah di Turki sebagai bagian dari operasi terhadap orang asing yang tinggal di Turki.
Turki dan Israel melanjutkan hubungan yang sempat membeku tahun lalu setelah bertahun-tahun tegang akibat tindakan agresi Israel terhadap Palestina. Namun, hubungan kembali memburuk setelah 7 Oktober, dimulainya putaran baru konflik Palestina-Israel. Ankara adalah salah satu kritikus paling keras terhadap tindakan militer Israel di Gaza.