Sunday, February 23, 2025
HomeBeritaUNRWA: Ratusan ribu warga Gaza terancam kedinginan

UNRWA: Ratusan ribu warga Gaza terancam kedinginan

Setelah Israel menghancurkan rumah warga Palestina dan hujan deras serta angin kencang semakin memburuk, Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) memperingatkan pada hari Kamis bahwa ratusan ribu warga Palestina di Gaza menghadapi ancaman kedinginan akibat cuaca buruk yang melanda wilayah tersebut.

“Banyak keluarga Palestina masih tinggal di tempat penampungan sementara akibat kehancuran besar di Gaza,” dalam sebuah unggahan UNRWA di platform X.

UNRWA menegaskan bahwa hujan deras dan angin kencang yang semakin memburuk, terutama dalam 24 jam terakhir, membuat ratusan ribu warga Palestina terancam kedinginan.

UNRWA Bersama Tim terus memberikan bantuan darurat yang sangat dibutuhkan, termasuk tenda, kasur, selimut, dan pakaian bagi para pengungsi di seluruh wilayah Gaza.

Lembaga ini juga membagikan sebuah video yang menunjukkan angin kencang menerbangkan tenda-tenda pengungsi yang terbuat dari kain dan plastik, serta menghamburkan barang-barang mereka di daerah Al-Mawasi, barat laut kota Khan Younis, di bagian selatan Jalur Gaza.

Pada hari Kamis sebelumnya, juru bicara Hamas, Abdul Latif Al-Qanou, mengatakan bahwa warga Palestina yang tinggal di tenda dan pusat penampungan mengalami malam yang sangat sulit dan bencana akibat badai yang melanda wilayah tersebut.

Ia menekankan bahwa kondisi ini terjadi karena mereka kehilangan tempat tinggal akibat pembantaian yang dilakukan Israel.

“Kenyataan tragis di Gaza akibat musim dingin dan kondisi cuaca yang buruk menuntut tekanan internasional dan tindakan mendesak untuk memaksa Israel mematuhi protokol kemanusiaan dalam perjanjian,” tambahnya.

Koresponden Anadolu melaporkan pada hari Kamis bahwa hujan deras yang turun semalaman telah membanjiri tenda-tenda pengungsi dan pusat-pusat penampungan di bagian utara dan selatan Gaza. Hal ini semakin memperburuk situasi kemanusiaan bagi warga Palestina yang terpaksa tinggal di tenda di atas reruntuhan rumah mereka yang hancur.

Di berbagai wilayah Gaza, para penyintas pembantaian terpaksa tinggal di daerah Al-Mawasi atau di antara puing-puing rumah mereka yang telah hancur. Mereka berlindung di tenda-tenda darurat yang terbuat dari kain dan plastik.

Selain itu, banyak warga Palestina yang kehilangan tempat tinggal kini hidup di jalanan, lapangan olahraga, ruang publik, dan sekolah tanpa perlindungan dari cuaca dingin serta badai.

Menurut Kantor Media Pemerintah di Gaza, selama lebih dari 15 bulan pembantaian, Israel telah menghancurkan sekitar 88 persen infrastruktur di Jalur Gaza, termasuk rumah-rumah serta fasilitas utama dan layanan publik.

Pada 19 Januari lalu, sebuah kesepakatan gencatan senjata antara Hamas dan Israel mulai berlaku di Gaza. Kesepakatan ini mencakup pertukaran tahanan dan terdiri dari tiga tahap, masing-masing berlangsung selama 42 hari, dengan negosiasi untuk memulai tahap kedua dan ketiga yang dimediasi oleh Mesir dan Qatar, serta didukung oleh Amerika Serikat (AS).

Dari 7 Oktober 2023 hingga 19 Januari 2025, Israel dengan dukungan AS melakukan genosida di Gaza yang menyebabkan lebih dari 159.000 warga Palestina terbunuh atau terluka, sebagian besar adalah anak-anak dan perempuan, serta lebih dari 14.000 orang dinyatakan hilang.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular