Tuesday, March 4, 2025
HomeBeritaUsai raih Oscar, pembuat film "No Other Land" serukan penghentian pembersihan etnis...

Usai raih Oscar, pembuat film “No Other Land” serukan penghentian pembersihan etnis di Palestina

Para pembuat film dokumenter No Other Land menyerukan diakhirinya pembersihan etnis yang dialami rakyat Palestina di Gaza dan Tepi Barat.

Seruan ini disampaikan setelah film tersebut memenangkan penghargaan Oscar untuk kategori Film Dokumenter Panjang Terbaik.

Para sutradaranya—Basil Adra, Yuval Abraham, Hamdan Bilal, dan Rachel Szor—naik ke panggung untuk menerima penghargaan tersebut.

“Kami meminta dunia untuk mengambil langkah serius guna mengakhiri ketidakadilan dan pembersihan etnis terhadap rakyat Palestina,” kata jurnalis sekaligus aktivis Palestina, Basil Adra, dalam pidatonya.

Ia mengungkapkan bahwa ia adalah seorang ayah yang tidak ingin melihat putrinya menderita sepertinya.

“Film ini menggambarkan kenyataan pahit yang telah kami alami selama beberapa dekade, dan kami masih terus berjuang,” imbuhnya.

Sementara itu, jurnalis Israel Yuval Abraham mengatakan bahwa pembuatan ini dibuat bersama antara Palestina dan Israel.

“Karena suara kami lebih kuat saat bersatu. Kami menyaksikan kehancuran yang dialami Gaza dan rakyatnya, dan ini harus dihentikan,” ungkapnya.

Ia juga menyebut Basil Adra sebagai “saudaranya”. Ia menyayangkan kenyataan bahwa mereka tidak memiliki kesetaraan.

“Saya hidup dalam sistem yang memberi saya kebebasan di bawah hukum sipil, sementara Basil tunduk pada hukum militer yang menghancurkan hidupnya,” ungkapnya.

Abraham menyerukan agar diakhirinya kekerasan yang telah berlangsung di Timur Tengah selama beberapa decade.

Namun, katanya, diperparah setelah 7 Oktober 2023 serta respons Israel yang brutal terhadap Gaza.

Ia juga meminta dunia untuk mengambil “jalan yang berbeda”, yakni solusi politik yang adil, tanpa dominasi satu pihak atas pihak lain, serta menjamin hak bagi kedua bangsa.

Selain itu, ia mengkritik pemerintah Amerika Serikat (AS), menuduh kebijakan luar negerinya menghambat jalur menuju perdamaian.

Film dokumenter ini mengisahkan sebuah keluarga Palestina yang diusir oleh pemerintah Israel dari rumah mereka di desa Masafer Yatta, Tepi Barat yang diduduki.

Meski sukses, film ini tidak mendapatkan distribusi bioskop di AS. Menurut para pembuatnya disebabkan oleh sensitivitas politik seputar konflik Israel-Palestina, seperti dilaporkan oleh jaringan berita Amerika NBC News.

No Other Land berdurasi 95 menit dan merupakan hasil kerja selama bertahun-tahun.

Film itu menggabungkan peran pengacara dan jurnalis Palestina Basil Adra, fotografer dan petani Palestina Hamdan Bilal, jurnalis investigasi Israel Yuval Abraham, serta sinematografer Israel Rachel Szor.

Keempatnya terlibat dalam pengambilan gambar, penyutradaraan, dan penyuntingan film, serta muncul di dalamnya.

Persahabatan lama antara Basil dan Yuval menjadi sorotan utama dalam film ini. Terdapat momen perbedaan dan pertentangan akibat realitas antara kebebasan mutlak kepada salah satu dari mereka, sementara yang lain mengalami penindasan.

Film ini direkam sebelum peristiwa Thufan Al-Aqsa (Badai Al-Aqsa). Namun, seolah menjadi bukti nyata kebijakan penghancuran dan pengusiran paksa yang semakin intensif sejak saat itu.

Fokus utama film ini adalah operasi penghancuran rumah yang dilakukan oleh tentara Israel terhadap warga Palestina di desa-desa Masafer Yatta, yang terletak di selatan Tepi Barat, dekat Hebron.

Selama bertahun-tahun, desa-desa ini mengalami penindasan dan penghancuran sistematis untuk mengusir penduduk Palestina dan mengubahnya menjadi zona pelatihan militer, yang membuka jalan bagi proyek permukiman baru.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular