Sebuah video yang dirilis militer Israel, yang disebut menampilkan “seorang pria bersenjata melewati garis kuning dan menembaki tentara”, memicu gelombang perdebatan luas di berbagai platform media sosial.
Keaslian video itu ramai dipertanyakan, bahkan banyak yang menilainya sebagai adegan yang direkayasa untuk membenarkan pelanggaran terhadap perjanjian gencatan senjata di Jalur Gaza.
Di tengah polemik tersebut, Hamas meminta para mediator bertindak cepat untuk menghentikan pelanggaran Israel dan menekan Tel Aviv agar mengungkap identitas orang bersenjata yang diklaim telah dikirim Hamas.
Tuduhan itu menjadi dasar bagi Israel melakukan serangkaian serangan udara intensif pada Sabtu lalu yang menewaskan lebih dari 20 warga Palestina.
“ Kami meminta para mediator serta pemerintah Amerika Serikat untuk menekan Israel mengungkap identitas orang bersenjata yang mereka tuduh berasal dari kami,” ujar Izat al-Rishq, salah satu pemimpin Hamas.
Ia menegaskan bahwa Israel “mencari-cari alasan untuk keluar dari perjanjian dan kembali ke operasi pemusnahan”.
sementara pelanggaran terhadap gencatan senjata, menurutnya, terjadi setiap hari.
Dalam pernyataan terpisah, kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyebut bahwa Hamas mengirim orang bersenjata ke wilayah yang dikuasai tentara Israel untuk menyerang, dan bahwa sebagai respons Israel “menetralisir” 5 komandan senior sayap militer Hamas.
Kantor Netanyahu juga mengklaim bahwa sepanjang masa gencatan senjata, puluhan anggota Hamas menyeberangi garis pembatas untuk menyerang pasukan Israel, serta menuduh Hamas mengeksekusi warga sipil Palestina di Gaza.
Di media sosial, sejumlah pengguna menyebut video itu sebagai “salah satu produksi propaganda terbesar” yang dibuat militer Israel sejak perang dimulai.
Mereka menyoroti berbagai kejanggalan: sosok bersenjata turun dari kendaraan modern tanpa plat nomor, berada di jalan beraspal yang dilengkapi lampu jalan, dan tampak menembak ke udara atau ke arah kosong tanpa target.
Sebagian warganet menekankan adanya perbedaan mencolok antara rekaman video dan citra satelit yang dibagikan militer Israel sendiri.
Jalan yang di klaim sebagai lokasi kejadian terlihat hanya berupa jalur tanah tanpa infrastruktur penerangan.
Kontradiksi ini, menurut mereka, memperkuat dugaan bahwa video tersebut direkayasa untuk menciptakan dalih baru bagi serangan lanjutan.
Komentar lain menyebut video itu “film dengan penggarapan buruk dan alur tak masuk akal”, menggambarkannya sebagai “propaganda murah” yang tak meyakinkan.
“Mobilnya baru keluar dari tempat cuci mobil!” sindir seorang pengguna.
Sementara yang lain mempertanyakan ketidakhadiran pesawat pengintai Israel yang biasanya menyasar bahkan warga sipil.
“Jika benar ada yang menyeberang, mengapa tidak langsung diserang? Dan di mana reruntuhan bangunan yang seharusnya ada di zona pertempuran?” katanya.
Beberapa aktivis menilai bahwa Israel sedang membangun narasi untuk memperluas ulang “bank target” melalui rekaman yang dianggap tidak autentik atau diambil dari arsip lama.
Menurut mereka, tidak ada bukti nyata adanya penyusup bersenjata ataupun pelanggaran garis kuning seperti yang diklaim.
Serangan udara dan artileri Israel, kata mereka, terus berlangsung dalam pola yang sama selama beberapa pekan terakhir tanpa jeda berarti.
Di tengah gencatan senjata yang rapuh dan medan perang yang tidak stabil, perdebatan ini mencerminkan besarnya ketidakpercayaan publik terhadap narasi resmi pihak-pihak yang berkonflik.
Video yang seharusnya menjadi bukti justru membuka babak baru pertanyaan: apakah itu dokumentasi kejadian, atau sekadar prolog bagi babak serangan berikutnya?


