Di tengah derasnya serangan militer Israel yang menimbulkan banyak korban jiwa, warga Gaza harus bergulat dengan krisis yang lebih senyap: kekurangan air.
Air kini berubah menjadi senjata tersembunyi yang membayangi kehidupan sehari-hari, baik di rumah maupun di tempat pengungsian.
Dalam situasi genting ini, muncul sebuah klaim baru dari pihak Israel. Sebuah video singkat yang beredar di media sosial disebut-sebut sebagai bukti bahwa kelompok Hamas mencuri pipa air dan mengubahnya menjadi roket.
Potongan gambar itu dipromosikan secara luas oleh akun-akun Israel sebagai “fakta” yang membenarkan narasi resmi Tel Aviv.
Namun, penelusuran yang dilakukan tim Al Jazeera Investigasi mengungkap cerita lain. Video tersebut bukanlah dokumentasi baru, melainkan potongan lama yang diambil di luar konteks.
Pipa berubah menjadi rudal
Pada 14 Agustus lalu, kantor Coordinator of Government Activities in the Territories (COGAT)—lembaga militer Israel yang menangani urusan sipil di wilayah pendudukan—mengumumkan rencana membuka dua jalur pipa baru dari Israel menuju Gaza.
Program itu dipromosikan sebagai “inisiatif kemanusiaan untuk memperbaiki situasi air”.
Namun, bersamaan dengan pengumuman itu, sebuah kampanye digital diluncurkan. Akun-akun pro-Israel di media sosial menyebarkan video yang disebut-sebut memperlihatkan pipa air dipakai sebagai bahan pembuatan roket.
Unggahan pertama datang dari akun bernama Ncole di platform X.
“Mereka mencuri pipa air untuk membuat roket membunuh kami, dan sekarang kami harus memasok air atas nama kemanusiaan. Tak ada negara lain di dunia diminta melakukan hal gila semacam ini,” pesannya keras.
Narasi itu segera disambut akun-akun lain dalam bahasa Inggris dan Spanyol, lengkap dengan komentar yang menggambarkan warga Gaza sebagai “masyarakat yang hanya memuja kematian”.
Fakta di balik potongan video
Hasil pemeriksaan digital menunjukkan, video itu berasal dari tahun 2020. Potongan tersebut pernah ditayangkan dalam program investigasi Ma Khafi A’zham (Apa yang Tersembunyi Lebih Besar) berjudul Al-Safqah wa al-Silah (Kesepakatan dan Senjata) di Al Jazeera.
Laporan asli justru menyingkap bagaimana kelompok perlawanan menemukan pipa tua di lokasi bekas permukiman Israel dalam wilayah Gaza.
Pipa itu dulunya merupakan bagian dari jaringan kolonial lama yang mengalirkan air tanah Gaza ke wilayah Israel.
Artinya, potongan video itu tidak merekam pencurian pipa dari infrastruktur aktif, melainkan dokumentasi sejarah infrastruktur lama yang sudah tidak terpakai.
Dengan demikian, potongan lama itu didaur ulang menjadi “bukti baru” untuk membangun narasi bahwa krisis air di Gaza adalah akibat ulah rakyatnya sendiri, bukan karena kebijakan blokade Israel.
Sementara narasi itu diproduksi dan disebarkan keluar, kenyataan di lapangan justru berbeda. Direktur Perencanaan Air dan Sanitasi Kota Gaza, Maher Salem, menegaskan bahwa seluruh layanan dasar lumpuh.
Kekurangan peralatan, sumber daya, dan akses ke wilayah terdampak membuat masyarakat berada di ambang kehausan.
“Kami benar-benar tidak mampu menyediakan layanan,” kata Salem.
Ia juga menambahkan bahwa penduduk Gaza menghadapi krisis air yang akut di bawah kepungan militer Israel yang belum berhenti.
Dengan kata lain, video singkat yang dijadikan propaganda bukan hanya gagal menjelaskan realitas, melainkan juga berfungsi sebagai dalih untuk melanjutkan blokade yang memperparah penderitaan warga sipil.