Thursday, June 5, 2025
HomeBeritaWarga Gaza rindu tunaikan ibadah Haji

Warga Gaza rindu tunaikan ibadah Haji

Di tengah hiruk-pikuk jutaan umat Muslim yang memadati Tanah Suci untuk menunaikan ibadah haji tahun ini, seorang warga Palestina, Iyad Adwan (52), hanya bisa menatap dari kejauhan, larut dalam kerinduan dan kesedihan.

Harapannya untuk berangkat ke Mekah pupus sudah, terhimpit kenyataan pahit: perang, blokade, dan keterasingan di tanah kelahirannya sendiri.

Iyad, ayah lima anak yang berasal dari Rafah, kini hidup sebagai pengungsi bersama keluarganya di Khan Younis.

Tahun lalu, ia sempat mencicipi secercah harapan ketika berhasil mendaftarkan diri dan istrinya untuk berhaji pada musim 2022-2023.

Namun, agresi militer Israel yang berkepanjangan mengubur impian itu dalam reruntuhan dan duka.

“Kami ditakdirkan untuk hidup dalam pengungsian, dalam blokade, penderitaan, dan kesedihan. Kondisi psikologis kami sangat buruk karena tidak terbiasa dengan situasi seperti ini. Tapi ini semua kehendak Allah. Apa yang bisa kami lakukan? Kami tidak berdaya. Padahal kami sungguh ingin menjalani ibadah suci ini, hari-hari mulia yang menjadi impian setiap Muslim,” ujar Iyad dalam wawancara dengan kantor berita Reuters.

Ia melanjutkan bahwa warga Gaza mendaftar seperti warga lain untuk menunaikan haji ke Baitullah.

“Saya dan istri saya. Tapi perang membuat kami tak bisa berangkat. Hingga kini, situasinya belum membaik. Perbatasan ditutup, dan kami masih terkurung dalam kondisi yang serba sulit,” imbuhnya.

Bagi Iyad dan ribuan warga Gaza lainnya, perang menggantikan keheningan spiritual musim haji dengan dentuman roket dan raungan senjata.

“Alih-alih bisa khusyuk menjalani rukun Islam kelima, kami justru digantikan oleh suara tembakan, roket, dan pemandangan mengerikan: jasad bergelimpangan di jalanan, ketakutan yang merajalela, dan situasi yang benar-benar di luar batas pengalaman hidup kami,” tambahnya.

Sejak serangan militer Israel yang disebut “Thaufan Al-Aqsha”, lebih dari 54.000 warga Palestina dilaporkan gugur, sebagian besar infrastruktur hancur, dan jutaan warga kini berlindung di tenda-tenda pengungsian. Gaza berubah menjadi medan luka yang tak kunjung sembuh.

Dalam harapan yang nyaris putus, Iyad tetap menyimpan satu permintaan: kesempatan untuk menunaikan ibadah haji meskipun sekali dalam seumur hidupnya.

“Kami hidup dalam kelaparan dan kondisi yang mengenaskan. Kami berharap siapa pun yang memiliki kuasa dan kemampuan, terutama Otoritas Palestina, bisa menciptakan ruang dan kesempatan agar kami dapat menunaikan ibadah ini. Setidaknya sekali, biarlah kami merasa menjadi manusia,” pungkasnya.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular