Wednesday, March 12, 2025
HomeBeritaWarga Latakia demo dukung pemerintah, serukan persatuan Suriah

Warga Latakia demo dukung pemerintah, serukan persatuan Suriah

Ratusan warga sipil berkumpul di Latakia, Suriah, pada Selasa untuk menyatakan dukungan terhadap pasukan pemerintah setelah insiden-insiden terbaru di provinsi tersebut.

Massa berkumpul di Alun-Alun Sheikh Dahir di pusat Latakia, membawa spanduk dengan pesan dalam bahasa Arab, termasuk: “Pasukan rezim yang digulingkan telah menghancurkan infrastruktur,” “Pemerintah Al-Sharaa mewakili saya,” dan “Kami berdiri bersama pasukan keamanan.”

Beberapa demonstran membawa bendera Tentara Bebas Suriah, sementara yang lainnya memperlihatkan foto-foto petugas keamanan yang tewas dalam bentrokan antara 6 dan 10 Maret.

Perselisihan sektarian yang coba dimulai oleh pasukan rezim yang digulingkan gagal, kata peserta aksi, Rana al-Sayyid, kepada Anadolu. “Kami akan tetap bersatu hingga akhir. Kami sepenuhnya menolak separatisme. Semoga Tuhan melindungi pasukan keamanan kami.”

Demonstran lainnya, Muna al-Sayyid, mengutuk serangan yang dilakukan oleh pasukan rezim yang digulingkan dan menyampaikan belasungkawa kepada petugas keamanan yang gugur.

Muawiya Sahyouni, peserta lainnya, menekankan bahwa tidak ada orang di Suriah yang seharusnya dipaksa untuk mengungsi. “Semua orang adalah keluarga kami. Kami tidak ingin ada Alawite yang terpaksa mengungsi. Negara kami lelah karena perang,” kata Sahyouni.

Bilal Salouha mengungkapkan rasa lelah yang sama, mendesak agar konflik yang berlangsung segera dihentikan. “Kami lelah dengan pertumpahan darah. Kami juga meminta mereka yang tinggal di luar negeri untuk kembali ke kampung halaman mereka,” ujarnya.

Minggu lalu, provinsi pesisir Suriah, Latakia dan Tartus, menyaksikan serangan terkoordinasi oleh pendukung rezim Bashar al-Assad yang digulingkan. Ini adalah serangan paling intens sejak jatuhnya rezim tersebut, menargetkan patroli dan pos pemeriksaan keamanan yang menyebabkan korban jiwa.

Setelah jatuhnya rezim Assad pada bulan Desember, otoritas baru Suriah meluncurkan inisiatif untuk menetapkan status anggota mantan rezim dalam militer dan pasukan keamanan, dengan syarat mereka menyerahkan senjata dan tidak terlibat dalam pertumpahan darah.

Meskipun puluhan ribu orang menerima inisiatif tersebut, beberapa kelompok bersenjata yang terdiri dari sisa-sisa pasukan rezim, terutama di wilayah pesisir tempat pejabat tinggi Assad ditempatkan, menolaknya.

Seiring berjalannya waktu, kelompok-kelompok ini melarikan diri ke daerah pegunungan, memicu ketegangan, dan menggoyahkan stabilitas di wilayah tersebut, serta melancarkan serangan sporadis terhadap pasukan pemerintah dalam beberapa pekan terakhir.

Assad, pemimpin Suriah selama hampir 25 tahun, melarikan diri ke Rusia pada 8 Desember 2024, mengakhiri rezim Partai Baath yang berkuasa sejak 1963.

Pizaro Idrus
Pizaro Idrus
Pengajar HI Universitas Al Azhar Indonesia, Mahasiswa PhD Hubungan Antarbangsa Universitas Sains Malaysia.
ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular