Warga Maroko memprotes partisipasi seorang menteri Israel dalam konferensi internasional di ibu kota Maroko, Rabat. Demikian laporan kantor berita Anadolu pada Jumat (21/2).
Demonstrasi digelar di beberapa wilayah seperti kota Rabat, Meknes, dan Ait Melloul.
Aksi ini dilakukan sebagai respons terhadap seruan dari organisasi masyarakat sipil, seperti “Lembaga Maroko untuk Mendukung Isu-isu Umat” dan “Kelompok Kerja untuk Palestina”.
Menteri Transportasi Israel, Miri Regev, menghadiri “Konferensi Menteri Global Keempat tentang Keselamatan Jalan” yang diselenggarakan di Kota Marrakech (utara) pada Selasa dan Rabu.
Konferensi ini diadakan secara bersama oleh Kementerian Transportasi dan Logistik Maroko serta Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Menurut koresponden Anadolu, ratusan warga Maroko berpartisipasi dalam unjuk rasa di kota Ait Melloul (tengah), Meknes, dan Rabat (utara) usai salat Jumat, memprotes kehadiran Regev dalam konferensi tersebut.
Para demonstran meneriakkan slogan-slogan seperti: “Tidak ada sambutan untuk menteri itu”, “Maroko adalah tanah merdeka, Miri keluar dari sini”, dan “Ini adalah era pembebasan, Gaza menolak pengusiran”—merujuk pada rencana yang diungkapkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump baru-baru ini.
Dalam pidatonya pada unjuk rasa di Rabat, Aziz Hanawi, anggota Kelompok Kerja untuk Palestina, mengkritik keputusan untuk mengizinkan kunjungan menteri Israel ke negaranya.
Ia menekankan pentingnya mempertimbangkan genosida yang dialami oleh rakyat Palestina. Ia juga mendesak agar tidak ada pejabat Israel yang diterima di Maroko selama Israel terus melakukan pembunuhan dan pengusiran terhadap rakyat Palestina.
Aksi protes serupa sebelumnya juga terjadi di berbagai kota Maroko dalam beberapa hari terakhir.
Hingga pukul 20.05 GMT, belum ada pernyataan resmi dari pemerintah Maroko terkait kunjungan menteri Israel tersebut.
Namun, pada 10 Desember 2020, Maroko mengumumkan pemulihan hubungan diplomatik dengan Israel setelah dibekukan sejak meletusnya Intifada Palestina kedua pada tahun 2000.
Maroko dikenal dengan sikap resminya yang mendukung solusi dua negara dan hak-hak rakyat Palestina.
Di sisi lain, negara ini juga terus menyaksikan gerakan rakyat yang menolak normalisasi hubungan dengan Israel. Khususnya, setelah serangan genosida yang dilancarkan Israel di Jalur Gaza dengan dukungan Washington antara 7 Oktober 2023 hingga 19 Januari lalu.
Serangan itu menyebabkan lebih dari 160.000 warga Palestina tewas dan terluka, sebagian besar adalah anak-anak dan wanita, serta lebih dari 14.000 orang hilang di tengah kehancuran yang luas.