Seorang warga Palestina dilaporkan gugur dalam sebuah kontak tembak dengan pasukan Israel di kawasan timur Kota Nablus, Tepi Barat, Senin (24/11).
Sumber medis mengatakan kepada Al Jazeera bahwa jenazah korban kini berada dalam penguasaan pasukan Israel setelah rumah tempat ia berlindung dikepung sepanjang malam.
Radio Militer Israel menyebut korban sebagai seorang pemuda yang dituduh melakukan penyerangan dengan kendaraan sekitar satu setengah tahun lalu, yang mengakibatkan dua tentara Israel tewas.
Sejak insiden tersebut, ia disebut “menghilang” sebelum akhirnya dibunuh dalam operasi militer terbaru.
Menurut laporan koresponden Al Jazeera di lapangan, militer Israel kembali melakukan penyerbuan ke Nablus dan mengerahkan tambahan pasukan di sekitar area yang menjadi jalur menuju Makam Nabi Yusuf di bagian timur kota.
Langkah ini dilakukan untuk mengamankan kedatangan ratusan warga pemukim Yahudi ke lokasi tersebut.
Beberapa jam sebelumnya, militer Israel mengumumkan terjadinya baku tembak dengan seorang warga Palestina di kawasan timur Nablus.
Saluran televisi swasta Channel 12 melaporkan bahwa konfrontasi tersebut berakhir dengan kematian sang pemuda setelah pasukan Israel menembakkan roket ke bangunan tempat ia bertahan.
Harian Israel Hayom menuliskan bahwa pasukan Israel menembakkan peluru kendali antitank ke arah bangunan itu.
Media tersebut juga mengklaim bahwa pemuda itu sempat menyerahkan diri kepada aparat keamanan Palestina di Nablus setelah dugaan penyerangan dengan kendaraan.
Israel disebut meminta agar ia diserahkan, namun otoritas Palestina menolak permintaan tersebut—klaim yang tidak dikonfirmasi oleh pihak Palestina.
Operasi militer pada Senin malam itu terjadi setelah rangkaian penggerebekan besar-besaran di Nablus pada Sabtu lalu.
Saat itu, pasukan Israel memasuki wilayah kota lama dan sekitarnya, memicu suara tembakan intens sepanjang operasi penangkapan, menurut kesaksian warga.
Pasukan Israel juga memasuki kawasan Ras al-Ain dan Kota Huwara di selatan Nablus, melakukan penggeledahan rumah ke rumah dengan disertai pengerahan personel secara masif.
Rangkaian operasi ini berlangsung di tengah meningkatnya intensitas serbuan militer Israel ke berbagai kota dan permukiman Palestina di Tepi Barat.
Aksi tersebut berjalan seiring dengan meningkatnya kekerasan yang dilakukan kelompok pemukim Yahudi dengan perlindungan militer, yang melonjak sejak pecahnya perang dan serangan brutal Israel di Jalur Gaza pada Oktober 2023.


