Puluhan Yahudi Haredi (Ultra-Ortodoks) pada Rabu, (21/8) memprotes wajib militer dan bentrok dengan polisi Israel di dekat kantor perekrutan militer di Yerusalem Barat.
Dalam rekaman video yang dipublikasikan oleh akun-akun media sosial Israel, pengunjuk rasa memblokir jalan di dekat pangkalan militer dan bentrok dengan petugas polisi yang mencoba membubarkan mereka.
Salah seorang pengunjuk rasa terlihat menyebut polisi sebagai “Nazi.”
Polisi Israel menyatakan protes tersebut “ilegal”. Polisi menggunakan kekuatan untuk memaksa para demonstran keluar dari jalan serta menjauh dari area kantor perekrutan.
Menurut laporan Anadolu, hanya puluhan Yahudi Haredi yang datang untuk wajib militer dari ribuan yang diminta untuk direkrut ke dinas militer.
Selama beberapa bulan, militer mengalami kekurangan personel di tengah perang yang sedang berlangsung di Gaza sejak 7 Oktober 2023. Hal ini juga diperparah dengan serangan militer di Tepi Barat, dan bentrokan lintas perbatasan dengan kelompok Hizbullah di Lebanon.
Baca juga: Dua jenderal Israel dikeroyok yahudi ultra-Ortodoks di pinggiran Tel Aviv
Baca juga: Waspadai siasat AS, Hamas pilih serang Israel dari dalam dengan bom syahid
Pada Juni, Mahkamah Agung Israel mewajibkan Yahudi Haredi untuk masuk militer dan menghentikan bantuan keuangan kepada institusi keagamaan yang siswanya menolak wajib militer.
Yahudi Haredi menyumbang sekitar 13% dari populasi Israel yang berjumlah sekitar 9,9 juta jiwa dan tidak menjalani wajib militer, mengabdikan hidup mereka untuk mempelajari Taurat.
Hukum Israel mewajibkan semua warga Israel yang berusia di atas 18 tahun untuk menjalani dinas militer, dan pengecualian untuk Yahudi Haredi telah menjadi isu kontroversial selama beberapa dekade.